♦ Chapter 1 ♦

764 87 10
                                    

Gwangju Airport, South Korean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gwangju Airport, South Korean.

Matahari bersinar cukup terik sekarang, membuat Yoshi harus menyipitkan mata begitu keluar dari bandara. Setelah semalaman memikirkan ucapan Pria Tua Keparat itu, Yoshi akhirnya memutuskan untuk pergi ke Korea Selatan menggunakan uang tabungannya. Tentu setelah mendapatkan tawaran pekerjaan oleh sang paman.

Paman, aku sudah tiba. Kirimnya pada aplikasi pesan.

Kini, yang harus Yoshi lakukan hanyalah menunggu sebentar di sebuah kedai kopi. Sembari menikmati secangkir kopi, derap langkah, dan wajah-wajah asing, mendadak nostalgia menyergapnya. Yah, keengganan Yoshi untuk pergi ke Korea adalah karena ini. Kenangan akan keluarganya yang dulu sempurna. Penuh canda dan kebahagiaan saat itu. Lalu tak lama semuanya sirna.

Ayahnya mengalami kecelakaan saat bekerja. Penglihatannya direnggut, pekerjaannya dicabut. Setelah memutuskan untuk kembali ke Jepang, sang ibu kemudian berupaya keras menjadi kepala keluarga. Sangat keras, hingga kesehatannya menurun, dan berakhir sakit-sakitan. Meski ia hanyalah bocah bau kencur kala itu, namun seorang Yoshi sudah dapat mengerti, bahwa tak ada lagi waktu untuknya bermain setelah itu. Keluarganya butuh dirinya untuk mendapatkan sesuap nasi. Kemudian, bersama sang kakak, ia sambangi setiap turis, menawarkan berbagai oleh-oleh.

Pekerjaan itu ia jalani bersama sang kakak cukup lama. Hingga seiring berjalannya waktu, sang kakak berubah. Menjadi semakin tak terkendali dan tak tersentuh. Kerap kali pertengkaran terjadi antara ibu dan kakaknya, lalu berakhir Ibu yang menangis dan pintu yang terbanting keras.

"Sial." Yoshi cepat-cepat mengusap pipinya yang mulai basah. Oh, astaga. Ia benci harus mengenang itu semua. Bangkit dari duduk, Yoshi memutuskan untuk membasuh wajahnya. Barangkali pikirannya akan semakin segar dan semakin baik.

Memasuki kamar mandi, bersegeralah ia membasuh wajah. Menyegarkan. Sembari memperhatikan cermin, ia bergumam, "Ayolah, kau pasti bisa." Menyemangati diri sendiri adalah rutinitas Yoshi ketika mendadak hatinya diselimuti sendu. Meski tak sepenuhnya lega, setidaknya ia merasa lebih baik.

Bruk!

Suara berdebam yang cukup keras membuat Yoshi yang tadinya melamun, nyaris terlonjak. Sebuah kamar mandi di ujung sana asalnya. Maka, dengan segera ia mengetuk pintu itu. Berusaha memastikan tak ada hal yang harus ia khawatirkan. Namun, tak ada jawaban. Kekalutan semakin dirasakannya ketika mendapati bahwa ada suara nafas berat serta rintihan seseorang di dalam.

"T-tunggu sebentar! Aku akan mencarikan bantuan!"

Tak lama, bantuan datang. Seorang pria tua dengan nafas tersengal-sengal ditemukan tergolek lemas di lantai kamar mandi. Lantas, tenaga medis langsung mengambil tindakan untuk membawa pria tua itu ke rumah sakit.

"Apa ia akan baik-baik saja?" tanya Yoshi cemas sebelum ambulan itu membawa sang pria pergi. Wajah putihnya semakin pucat karena khawatir akan pria tersebut.

CHERRY BOY || YOSHI || JunJiJaeShiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang