Butuh pengglowing sinyal😥---------------
"Kita benar-benar beruntung hari ini!" Dengan semangat sesuai umurnya. Empat-lima. Seorang pelayan wanita menggebrak pintu ruang minum teh. "Tuan Junkyu dan Jaehyuk juga datang!"
Piranti-piranti yang sempat tergenggam, langsung terlupakan. Kemoceng di tangan, sapu mini, kain lap berserat tinggi, semprotan anti bakteri. Nyatanya, kabar kedatangan tentang dua tuan muda, nampak lebih menarik daripada menyelesaikan tugas. Terbukti dengan kericuhan yang terjadi sebab mereka yang berdesakan, ingin tahu rupa tuan-tuan muda mereka sekarang.
"Dimana mereka sekarang?"
"Ada di ruangan sebelah!"
Lantas, berbekal nyali sebesar kemungkinan mereka akan dipecat, para pelayan itu kini mengintip melalui ventilasi udara yang kebetulan, mengarah ke ruang utama. Alias, ruang keluarga jika keluarga Yeom baik-baik saja.
"Sungguh, tak sia-sia juga aku menghabiskan sepuluh tahun berada disini!" ujar salah satu yang paling tinggi.
"Benar, disuguhi seorang Jihoon saja aku sudah tak berdaya. Dan sekarang mereka bertiga bersama-sama, oh astaga, aku seperti di surga!"
Rupanya, mereka terlanjur sibuk dengan dunia mereka, hingga kehadiran seseorang yang kini berkacak pinggang, tak disadari para pelayan wanita tersebut. "Kuharap, kemoceng dan piring-pring akan bekerja sendiri-sendiri, hingga aku bisa dengan mudahnya mengintip dan memuji betapa tampannya tuan-tuanku."
"Ah, kau benar Bibi Kim, seandainya saja bisa begit-eh! Bibi Kim!"
Gagal sudah kegiatan penyegaran mata, bahkan sebelum mereka benar-benar melihat para tuan muda itu. Dasar Bibi Kim! umpatan mereka menggema di dalam batin, begitu dihadiahi pekerjaan tambahan.
"Kerjakan pekerjaanmu, dan kau boleh mengumpatiku sesuka hatimu!"
Ruangan tempat biasa minum teh itu kini hanya menyisakan seorang wanita paruh baya, Kim Soo Jung, sang kepala pelayan. Dan juga, senior diantara para pelayan senior.
"Aish, salah apa harus mengurus mereka...."
Sanggul rendah wanita itu sedikit bergoyang, saat kepalanya melongok, hendak melihat ke pada tiga tuan mudanya. Ada sekerat kerinduan menyelimuti hatinya, tatkala ingin mendapati bagaimana rupa mereka sekarang. Meski tak bisa. Benaknya pun berenang menjauh ke masa lalu, diingatnya saat senyum riang masih berada di masing-masing wajah.
Sebelum sang nyonya meninggal, Kim belumlah menjadi kepala pelayan. Ia kala itu hanya ditugasi untuk merawat para Yeom kecil. Dan pekerjaannya berganti, tatkala usia mereka 15 tahun. Waktu yang cukup, untuk membuatnya tahu beberapa karakter mereka.
Jihoon, itu ibarat gunung. Ia benar-benar keras sekaligus tak tersentuh. Butuh perjuangan berat agar dapat mengenal bagaimana sebenarnya gunung tersebut. Karena Jihoon jarang menaruh perhatian pada siapa yang bukan urusannya, dan selalu mengerjakan sesuatu sendiri. Ia tak pernah suka jika keperluannya dikerjakan orang lain. Terlebih orang asing, dimana Kim pernah kerepotan karena sikap dingin bocah itu.
"Mulai sekarang, Bibi Kim akan menjadi pengurus kalian. Jadi, jika kalian-"
"Funai, bilang pada Kakek untuk memecat wanita ini atau ia akan makan gaji buta."
"A-apa?"
"Aku tak butuh orang untuk mencampuri urusanku."
Namun, Jihoon bisa jadi sehangat selimut jika itu menyangkut orang-orang yang dikasihinya. Hanya segelintir orang, seingat Kim. Sang ibu adalah salah satu, dari siapa yang dapat merasakan kehangatan selimut hati anak sulungnya tersebut. Kim bertaruh, pasti itulah alasan kenapa banyak gadis mengejarnya, walaupun harus berjuang keras. Tentu saja, hanya agar menjadi bagian dari 'segelintir' itu! Pesona pria dingin yang tak main-main.
![](https://img.wattpad.com/cover/308902024-288-k92124.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERRY BOY || YOSHI || JunJiJaeShi
Fiksi PenggemarDengan keinginan menuntaskan hutang, seorang pemuda memutuskan untuk pergi sendirian ke Negeri Gingseng. Dan dalam sekejap, karena rentetan teka-teki masa lalu di negeri itu, membuatnya menyesali kepergiannya. ~ Hutang. Satu alasan kenapa seorang...