Loha~
—·—·—·—·—·—
"Jadi, anak itu mengamuk lagi?"
"Benar, Tuan."
Ruangan itu gelap. Hanya sorot lampu temaram yang membidik sebagai satu-satunya pencahayaan. Dan tepat dibawahnya, seseorang terduduk. Misterius tatkala hanya punggung tegap berbalut jas hitam yang menjadi sorot utama.
"Kau pikir aku akan terkejut, Eliz?" Si Tuan tak mengalihkan pandangan barang sejenak, bahkan memutar kursi, sekedar melirik asisten cantik berkacamatanya pun tak ia lakukan. "Bahkan, jika anak itu benar-benar ingin menghabisi setiap orang yang memiliki warna mata yang sama dengan pembunuh ibunya itu, aku pun tak akan terkejut."
"Karena kupikir, aku juga akan melakukan hal yang sama."
Sempat hening mengisi ruang tersebut. Terlena dengan suara berat sang tuannya sendiri, sang asisten rupanya lalai akan tujuannya menemui sang tuan, selain untuk memberitahu tentang amukan si sulung Yeom.
"Maafkan saya, Tuan Yeong-chol." Eliz dengan gugup, membenarkan kacamatanya, lantas meletakkan sesuatu. "Tapi, Anda harus melihat ini."
"Harus?" Park Yeong-chol, pria berumur empat-puluhan itu terkekeh pelan. "Apa taruhanmu sampai mengharuskanku untuk membacanya, Eliz?"
"Kesetiaan saya, Tuan."
Setitik pun tak terdengar ragu dalam jawaban Eliz, membuat Yeong-chol sedikit terkesan.
"Baiklah, kita lihat apa yang kau bawa."
Kursi pun berbalik, sorot utama lantas berganti. Serta merta, mata segelap malam Yeong-chol menubruk objek diatas meja. Tangannya terulur, mengambil alih benda itu. Tatanan rambut yang disugar keatas rapi, membuat keningnya terpampang. Nyata kerutan yang sedikit mempersempit T zone sempurnanya.
"Otsuka ... Yoshimura. Hmmm."
Sebuah foto pemuda dengan wajah bak malaikat itu tertempel pada kliping, lengkap dengan biodata dan segala hal tentangnya. Termasuk, tes DNA yang menunjukkan ketidakcocokan dengan kedua orang tuanya.
"Jadi, dia bukanlah seorang Otsuka? Menarik," gumamnya lirih, seraya membalik lembar berikut. Kemudian, tersodor potongan surat kabar, bukti pembelian tiket pesawat, hingga foto-foto yang bertumpuk berantakan dihadapannya.
Sesuatu mengusiknya. Yaitu, potongan surat kabar yang berada di tumpukan teratas, tentang kasus pembunuhan Yeom Mina. Yaitu istri seorang Yeom Insu, sekaligus satu-satunya wanita yang pernah mengisi hatinya. "Sial!"
Sebelum badai nostalgia mengacaukan pikirannya, cepat-cepat ia beralih.
Lembar berikutnya, nyatanya masih potongan surat kabar lain, hanya saja yang ini adalah tentang pencarian besar-besaran yang dilakukan kepolisian untuk mendapatkan sang pelaku. Tahun terbit menunjukkan angka 2003 - 2013. Hingga, sebuah surat kabar menandakan penghentian penyidikan.
"Kasus kematian Yeom Mina ditutup oleh pihak keluarga."
Kilas balik memaksa muncul. Yeong-chol teringat akan bagaimana ia menggaungkan makian atas keputusan Insu, tepat setelah ia berhasil menerobos paksa puluhan ajudan yang menyergap.
Disana, di balkon, berdiri dengan tenang seorang pewaris tahta Yeom. Tenang, tak terkejut. Pastilah Insu tahu bahwa dirinya akan meledak.
"Oh, selamat datang, Yeong-chol temanku," ucap Insu serupa menyambut tamu. "Kau datang lebih cepat dari yang ku kira."
"Hentikan omong kosongmu!" amuk Yeong-chol. "Kau benar-benar bajingan pengecut!"
Senyum ramah itu akhirnya raib, begitu kata-kata Yeong-chol terhunus padanya. Insu memandangnya. Dengan cara yang dingin, namun menusuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERRY BOY || YOSHI || JunJiJaeShi
FanficDengan keinginan menuntaskan hutang, seorang pemuda memutuskan untuk pergi sendirian ke Negeri Gingseng. Dan dalam sekejap, karena rentetan teka-teki masa lalu di negeri itu, membuatnya menyesali kepergiannya. ~ Hutang. Satu alasan kenapa seorang...