Chapter 4 : What?!

648 30 16
                                    

3 orang yang berada di belakang Vallen pun perlahan-lahan mendekati Vallen dan Ara yang masih diem di tempat. Sekarang jemari Vallen dan Ara sudah bertautan, seperti mereka sedang berbicara lewat sentuhan.

"1.. 2.. 3.." Mereka berdua bergumam.

"PETER! GUE SAMA ARA KE TOILET YA!" Teriak Vallen pada Peter selaku ketua kelas dan langsung menarik Ara menjauh dari situ.

Mereka berlari sekencang yang mereka bisa menuju arah toilet.

Tapi keberuntungan tidak berada di pihak mereka.

Sekarang, 3 orang menyebalkan yang sayangnya tampan tersebut sudah dengan mudahnya menyusul mereka dan memblokade jalan.

"Hey, girls. Mau pada kemana lo?" Ucap salah satu dari mereka yang mukanya mirip dengan yang satunya, mereka kembar.

"Iya, mending lo berdua ikut kita aja yuk!" Ucap anak kembar yang satunya, sedangkan Theo hanya berdiri dengan angkuhnya disertai seringaian menyebalkan.

"EH PAK KEPSEK! MAU KEMANA PAK?" Teriak Ara ke arah belakang mereka bertiga.

"IYA PAK, MAU KEMANA PAK?" Bantu Vallen.

"Oh iya pak kepsek ya, hmm."

"Oh pak kepsek doang, gue ga takut."

"Oh pak kepsek, sekarang semua guru sama kepsek juga lagi pada rapat, jadi lo berdua mau bohongin kita, bocah kecil, hm?" Ucap Theo dengan angkuhnya sambil melipat tangan di depan dada.

"Skak Mat!" Seru 2 orang di sebelah Theo, yang sebenarnya sudah tahu fakta yang satu itu.

Vallen dan Ara tidak bisa berkutik lagi, lalu Vallen membisikkan sesuatu kepada Ara, "Ra, gimana kalo kita kabur lagi?"

"Yok! 1. 2. 3! Lariiii!" Seru Ara.

Vallen dan Ara yang ingin berbalik arah dan berlari pun kalah cepat dengan tangan cowok-cowok di belakangnya. Saat Vallen dan Ara ingin berbalik dan lari, tangan mereka ditarik dengan cepat dan kuat, sehingga mereka berbalik lagi dan menabrak tubuh cowok di hadapannya masing-masing. Vallen menabrak tubuh Theo, dan Ara menabrak tubuh Flint.

BUGH.

"Aww, muka gue" seru Vallen dan Ara berbarengan.

"Daripada lo berdua nyoba kabur lagi, mending lo ikut gue aja sekarang, karena lo ga bakal bisa kabur." Theo berbicara dengan muka datar-nya.

"GA! Gue mau balik!" Vallen memberontak. Saat Vallen memberontak, Theo menyeret tangan Vallen untuk ikut pergi bersamanya.

"Lo berdua bawa temennya si Vallen balik ke kelasnya, udah itu temuin gue di tempat biasa, buat nentuin pilihan buat nih cewek." Perintah Theo dan mendapat anggukan mengerti dari lawan bicaranya.

"Raaa! Tolongin gueee" teriak tolong Vallen yang sekarang kembali diseret oleh Theo menuju tempat tujuannya.

"Iya Va! Arghhh, lo berdua gausah dorong-dorong gue!" Saat Ara ingin membantu, ia di dorong oleh 2 cowok kembar tersebut kembali menuju ke arah kelas.

"Ikut gue aja Vallen. Apa susahnya sih, hm?" Theo mengucapkan itu sambil memberikan senyuman tipis-nya, saking tipisnya Vallen tidak bisa melihat senyuman itu.

"Mamaa, tolongin Valeeen.."
•••
"Udah, buka aja mata lo. Kita udah sampe dari tadi dan lo cuma diem berdiri disitu sambil tutup mata kaya orang gila." Suara itu menyadarkan Vallen. Sekarang Vallen sudah membuka mata dan memperhatikan sekitar, "gue ada dimana sih?"

"Lo berada di daerah kekuasaan gue. Mau apa lo?" Theo memperhatikan Vallen tajam. Sekarang mereka berada di ruang basket yang emang khusus untuk team basket sekolah, dan memang daerah kekuasaan ketua team basket, Theodore Cooper.

"Sekarang gue mau bikin kesepakatan sama lo, lo mau jadi--"

"Hey bro! Sorry gue ga bawa nih cewek ke kelas, kayanya gue mau jadiin dia sesuatu juga, soalnya dia lucu, ngeberontak gitu padahal dia gabisa apa-apa" seru salah satu cowok di depan pintu.

"Lucu-Mu" sewot Ara.

"Ra, sini sama gue" panggil Vallen pada Ara agar dia mendekat.

"Jadi lo bertiga mau ngapain kita disini, sih? Gue kayanya ga ngapa-ngapain lo, dan kita gapernah kenal sebelumnya, dan gue gapernah ada masalah sama lo, dan Ara pun gakenal lo, dan kita emang gasaling kenal, dan gue gamau nyari masalah sama lo, dan gue pun gamau kenal sama lo. Dan sekarang kenapa lo ngincer gue? Apa cuma gara-gara insiden jatuh yang gapenting di koridor kemarin? Itu doang?" Vallen mengungkapkan kekesalannya yang sudah ia pendam dari kemaren.

"Iya, gue gasuka kejadian kemaren, dan gue tertarik sama lo. Kayanya lo cerewet banget ya. Dan sepertinya lo satu-satunya cewek yang ga terpesona sama gue, dan lo ga berusaha ngedeketin gue, lo malah berusaha menghindar dan menjauh dari gue, itu yang bikin gue tertarik sama lo." Ucap Theo tenang.

"Dan, gue tertarik juga sama lo, nama lo Ara kan? Oh iya, nama gue Flint Malcolm dan disebelah gue ini yang sok-sok an mirip gue namanya Clint Malcolm, fyi Malcolm Twins" seru cowok yang rambutnya messy but.. handsome as hell.

"Eits, gue Clint Malcolm, dan gantengan gue dari pada dia yang sok mirip gue, najis" seru cowok yang satunya lagi yang rambutnya rapih keatas dan you-know lah.. Handsome as hell tho.

"Jadi, tujuan kalian bawa kita kesini buat apa?" Akhirnya Ara angkat bicara.

"Gue lanjutin omongan gue yang tadi. Kita bikin kesepakatan, lo mau jadi pacar gue atau babu gue? Eh sorry, budak kayanya lebih cocok." Theo melanjutkan ucapannya.

"What the hell?! No 'till a million years!" Seru Vallen kesal, banyangin aja, lo disuruh milih buat jadi pacarnya yang ga lo kenal sama sekali dan sangat-sangat menyebalkan, atau jadi babu/budaknya yang dipandang rendah dan disuruh-suruh seenaknya, gue sih gamau dua-duanya, batin Vallen dan Ara.

"Dan itu berlaku buat lo juga, Arabella Collins." Seru Flint.

"Yah, untuk lo juga, Ara." Lanjut Clint.

"Dih, kenapa gue jadi kebawa-bawa, itukan masalah si Vallen sama Theo, kenapa lo berdua jadi ikutan?" Kesal Ara.

"Gapapa lah, lucu gangguin lo" seru Clint dan disetujui oleh anggukan dari Flint.

"Jadi lo berdua mau jadi apa, hm?" Theo bertanya dengan nada datarnya, lagi.

"Gue. Gabakal. Sudi. Jadi. Budak. Ataupun. Pacar. Lo. Sampe. Kapan. Pun. Dan. Lo. Semua. Gausah. Gangguin. Kita. Lagi. Dan. Menjauh. Dari. kita. Dan. Kita. Gapernah. Kenal. Dan. Kita. Gamau. Kenal. Lo. Bertiga. Go. Away. You. BASTARD!" Seru mereka bersamaan sambil pergi berlari ke arah pintu keluar ruang basket.

"Hmph, muka nya lucu"

"Iya, tapi mereka jadi gimana?"

"Tunggu aja tanggal mainnya." Ucap Theo sambil tersenyum misterius.
•••
A/N
Heyo! Ini gajelas banget emang, maaf ya ceritanya kalo anehh, disuruh cepet-cepet update sama orang alay😓😓 semoga ceritanya memuaskan yaa, makasih guyz!💞

Vallen [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang