Chapter 8 : 3 in 1

285 27 14
                                    

"THEO?!" Teriak Vallen.

"Apasih Va, lo berisik banget deh" Theo masih menggeliat di tempatnya.

"Kok ada lo disini?" Sekarang Vallen garuk-garuk kepalanya yang membuat rambutnya makin berantakan.

"Jadi tadi malem lo mau gue tinggalin gitu aja? Yaudah"

"Kenapa lo ga bangunin gue? Ih kan gue gaenak sama lo jadi harus tidur disini sama gue" Vallen merasa bersalah sama Theo.

"Tenang aja bro, gue kan tahan banting, lo kali yang gapapa? Pegel semua kan badan lo?" sebersit rasa khawatir muncul di benak Theo.

"Gapapa kok, gue juga strong! Yaudah sana pulang, istirahat aja lo sana pergi, hush!" tangan Vallen memberi isyarat Theo untuk pergi.

"Ciee, perhatian banget sama gue Va, ehem"

"Dih males banget coy! Udah sana lo pulang, males gue liat muka lo mulu, mending liatin Abang Adam Levine, whoaa" sekarang Vallen malah membayangkan Adam Levine berada di sebelahnya.

"Gantengan gue kali daripada Adam Levine, dia udah tua Va, gue masih muda gini ganteng lagi, kurang apa gue?" Sekarang Theo malah membanggakan dirinya sendiri.

"Dih geli, udah ah sana lo pergiii!" Seru Vallen sambil mendorong-dorong bahu Theo untuk keluar dari mobilnya.

"Eh tunggu, ini jaket lo?" Vallen baru menyadari ada jaket yang membuatnya hangat semalaman ini.

"Iya, lo pake dulu aja, jangan lupa balikin ke gue, bye!" Theo langsung lari meninggalkan mobil Vallen dan masuk ke dalam mobil mewah yang sudah terparkir di ujung jalan.

"Hm, hihihi" sekarang Vallen malah mengeratkan pelukannya ke jaket Theo sambil tertawa kecil.

"Eh gue ngapain? Udah ah masuk aja, pegel badan men" Vallen langsung keluar dari mobil dan menguncinya. Ia berjalan menuju teras rumah dengan jaket yang masih menyelimutinya.

"Maaaa! Kok ga nyariin aku sih?" Vallen kesal juga membayangkan mamanya yang ga khawatir sama dia, tanyain gitu atau apalah.

"Ngapain Mama nyariin kamu, orang kamu ada di mobil depan kan sama ehemm" seru Mama Vallen sambil cekikikan.

"Dih, temen Vallen doang kali maaah! Alay ih" Vallen sekarang malah sewot sama Mamanya.

"Iya deh iya percaya, kenapa temennya ga dikenalin ke mama, hm?" Seru Mama Vallen sambil mengedipkan matanya dan langsung lari ke dapur.

"MAMA IHHHHH!" Vallen berteriak jengkel ke arah dapur.

Begitulah kebiasaan Mama Vallen yang senang sekali menggoda anak satu-satunya.

•drrt•
Perfect Guy : Va, jangan mentang2 tadi gue ga ngapa-ngapain lo, tugas lo sebagai budak gue ilang. Wait until tomorrow bby, bye!

"Sht, gue kira dia udah lupa" Vallen mengacak-acak rambutnya frustasi. Setelah itu Vallen menyadari sesuatu, "Njir, alay banget namanya, HAHAHAHA"

Tapi Vallen langsung membayangkan lagi kesuraman hidupnya, "Sesuram apa besok hari gue"

"Bodo amat, like i care"

Snapchat : kenzorodriguez added u as a friend.

"Dih si Kenzo nih" Vallen pun nge add back Kenzo dan membuka snapchat dari Kenzo.

Video dengan Kenzo berada di halaman rumah dengan membawa bunga, setelan casual dengan kaos abu-abu pun membuat penampilan Kenzo sangat menawan.

"Please see me, reaching out for someone i can't see.." Isi video Kenzo adalah tangannya yang membawa bunga dan tambahan wink di akhir lagu itu sudah cukup membuat lutut Vallen lemas.

"Kayaknya gue kenal ini halaman" Vallen berfikir.

"LLEN! ADA COWOK DI DEPAN TUH!" Teriak Mama Vallen dari arah depan rumah.

"Huh, i got it" Vallen melengos kesal.

"Len, kamu jangan banyak-banyak dong yang mau dikenalin ke Mama, nanti Mama ambil satu loh, hahaha" Mama Vallen malah langsung lari menuju kamar-nya.

"MAMAAAAA!!!!" Kesal Vallen yang sekarang sedang menghentak-hentakkan kakinya. Kesal juga dia baru masuk rumah sudah ada tamu lagi ditambah mamanya yang menyebalkan, how wonderful.

Sekarang Vallen berjalan ke arah depan dan membuka pintu. Muka berseri-seri Kenzo pun langsung menyambut pagi hari Vallen.

"Hello Va! Gue ganggu ga? Btw, ini ada bunga buat lo" kalimat Kenzo diakhiri dengan senyuman lebarnya. Vallen pun ikut tersenyum senang sambil menerima bunga tersebut.

Tapi, perlahan-lahan senyum Kenzo menghilang dan digantikan raut wajah jengkel, "Va, itu jaket siapa?"

"Eh mm, jaket bokap gue hehehe" Vallen pun tak tahu kenapa ia tidak bisa jujur sama Kenzo sekarang ini, seperti ada yang mengganjal di hatinya.

"Ohh oke"

Gue tau itu jaket Theo, gue tahu Va, kenapa lo ga jujur, batin Kenzo.

"Mau masuk dulu?"

"Eh tunggu. Lo belum ganti baju? Kok masih pake baju sekolah? Terus kenapa juga lo pake jaket Theo, Va?" Kata-kata tersebut terlontar dengan sendirinya.

"Eh mm, gue.. Itu.."

"Yaudah, gue balik ya Va, bye" Kenzo langsung membalikan badannya dan masuk mobilnya yang terparkir di depan rumah Vallen.

"KENZO!" Vallen tak tahu kenapa ia mengejar Kenzo, tapi Kenzo malah membanting pintu mobilnya dan melaju kencang.

"Tuh anak kenapa sih, gue ada salah apa?"

"Lo kenapa, Va?" Tiba-tiba muncul seorang cowok dengan dandanan rapih dan tentunya sangat.. Menawan.

"Ngapain lo disini, Tob? Lo tau rumah gue darimana? Buat apa lo nemuin gue lagi?"

"Va-"

"Cukup Tob, gue harap lo ga munculin muka lo depan gue lagi, gue udah capek, gue gakuat lagi, masa lalu itu udah gue ikhlasin, jadi tolong lo juga ikhlasin gue yang gamau ketemu lo lagi, please" Vallen mengucapkan kalimat tersebut sambil menunduk dan menutup mata. Masa lalu itu belum ia ikhlaskan, ia masih menahan perihnya hingga saat ini.

"Gue bisa ngerubahnya Va, sekarang Clovy udah gaada. Tapi ada gue disini, ada gue disamping lo sekarang, ada gue yang selalu support lo, ada gue Va, ada gue" Perlahan-lahan tangan Tobias menggenggam kedua tangan Vallen.

"Gue gatau Tob, gue gatau harus ngapain" Vallen masih menundukkan kepalanya.

"Yang lo harus lakuin sekarang adalah tatap mata gue, cari kebohongan atau apapun yang lo raguin dari gue, gue sayang sama lo Va, gue sayang sama lo" seru Tobias yakin. Sorot mata teduh itu masih sama, masih menunjukkan keyakinannya.

"Tob, gue gatau.."
•••
A/N
Ehehehehe, hello. Hehehe. Gatau mau ngomong apa, bhaaay!
Jangan kangen ya. HEHEHE.

Vallen [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang