Chapter 1 : How We Met.

945 40 2
                                    

Masa penerimaan siswa baru telah berakhir, mereka semua sekarang sedang mempersiapkan diri menjadi murid di Maxwell International School.

"Finally, gue jadi Max's yang sesungguhnya" ucap seorang gadis mungil dengan mata biru cerahnya yang berbinar bahagia. Rambut blonde nya yang diurai berkibar-kibar di udara.

"Berasa iklan shampoo banget ga gue."

"Iya, untung rambut lo bagus" balas seseorang yang tiba-tiba berada di sebelah Vallen saat ini.

"Maaf?"

"Kenalin, nama gue Arabella Collins. Panggil Ara aja, gue mencalonkan diri menjadi temen baru lo"

Vallen yang sedikit kaget dengan sifat blak-blakannya Ara terdiam sebentar dan sekarang tersenyum dengan lebarnya, "Nama gue Vallen O'Connor, panggil Vallen aja, dan gue menerima lo menjadi temen baru gue"

Seketika itu, suasana menjadi hening.

"HAHAHA" mereka tertawa dengan bahagianya tanpa tahu alasan mereka tertawa.

"Lo idiot sumpah"

"Lo juga idiot"

Sejak saat itu mereka bersahabat.
•••
Vallen dan Ara menjadi murid yang menonjol dalam bidang pelajaran, dan mereka bekerja sama dengan baik. Mereka pun mulai memahami satu sama lain mengenai masalah pribadi sampai masalah yang gapenting sama sekali.

Dan mereka pun menyetujui sebuah pernyataan:

Popular hanya status dan tidak menjamin  ketentraman hidup manusia.

Vallen juga menyatakan bahwa ia benci menjadi popular dan benci yang ada didalamnya. Ia juga tidak suka dengan badboy dan komunitas yang menganggap diri mereka popular. Who do you think you are, dude?

"Gue yakin ada sesuatu dibalik kebencian lo sama 'popular', ya kan?"

Vallen hanya menjawabnya dengan mengangkat bahu. Ara mengerti bahwa sahabatnya ini memiliki masalah dibalik itu.

"Ohiya, gimana, udah ketemu kriteria cowo idaman lo?"

Vallen memang mempunyai kriteria idaman yang agak mainstream tapi dia suka sekali dengan tipe seperti ini: Cowok dengan tubuh tinggi tegap, rambut brunette, kulit putih sedikit kecoklatan, dan point yang paling penting adalah he has a blue damn eyes.

Ia merasa akan memandangi cowok dengan kriteria seperti ini tanpa berkedip. Ara hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya saat Vallen dengan hebohnya menceritakan kriterianya sambil menunjuk-nunjuk artis Hollywood yang mirip dengan kriterianya.

"Udah ah, gue cape teriak-teriak mulu. Caw kantin Ra!"

"C'mon"

Mereka sekarang berada di kantin dan sedang menikmati makanan mereka masing-masing. Mereka dengan bahagianya bercanda gurau tanpa memperhatikan sekitar.

Saat ketawa mereka yang membahana itu reda, mereka merasa ada yang memperhatikan ke arah mereka.

Ara yang penasaran pun mencari arah si 'penglihat' dan langsung memalingkan muka sambil bertanya pada Vallen, "Va, lo ngerasa ada yang merhatiin ga sih?"

"Iya sih Ra, tapi bodo amatlah. Mungkin muka gue terlalu cantik" dengan muka gatau malunya Vallen mengibaskan rambut ke arah Ara.

"Dih najis, lo jangan kaget pas ngeliat orangnya ya Va. Sampe lo teriak, gue colok tuh mata"

"Alay lo" seketika itu pun Vallen menengadahkan kepalanya dan langsung bertemu dengan mata hazel indah yang sedang memandanginya.

Vallen teriak, "O--" lalu dia menutup mulutnya sendiri.

"Omaigat! Itu siapa ga Ra? Duh gue malu ih."

"Itu namanya Kenzo Rodriguez Va. Gantengnya ganahan yah? Sayangnya dia badboy Va, lo anti sama badboy kan?"

"Ganteng banget Ra, yaampun. Tapi sayangnya badboy. Gue gabisa apa-apa"

Ada hening beberapa saat, lalu Kenzo bergerak dari mejanya menuju ke arah Vallen dan Ara. Mereka yang melihat itu langsung berpandangan dan kemudian mengangguk.

"1.. 2.. 3!"

Mereka berlari menuju kelas mereka dan Vallen meninggalkan Ara yang masih berlari dibelakang.

Vallen menengok ke arah belakang tetap sambil berlari, "Ra! Buruan!"

Saat Vallen ingin berbalik kearah depan, ia merasakan badannya sakit menubruk sesuatu.

BUGH

Vallen langsung jatuh terduduk di lantai. Sekarang ia masih meringis kesakitan sambil memegang pantatnya di lantai, "Ga sakit kok, GA"

Saat ia menengok ke depan, ia melihat iphone-nya tergeletak dengan mengenaskan di lantai, dan ia melihat satu iphone lagi yang berwarna hitam tergeletak di sebelahnya.

"Orang yang nabrak gue mana?" Vallen mencari-cari orang yang menabraknya karena ia hanya duduk di lantai sendiri.

Tiba-tiba ada suara cowok yang berbicara dengan sedikit berteriak dengan suara beratnya, "Holy crap! Iphone gue"

Saat mendengar suara itu, Vallen menengok ke atas dan melihat seseorang yang masih berdiri sambil melihat ke arahnya dengan tatapan tajam.

Vallen yang masih tidak mengerti apapun hanya bisa memandangi wajah orang di depannya tanpa berkedip.

Orang yang dipandangi Vallen bergerak, dan akhirnya Vallen sadar. Saat ia hendak mengambil iphonenya yang terjatuh, ia juga melihat tangan lain yang mengambil iphone di sebelahnya. Saat mereka sudah berdiri, mata mereka bertemu lagi dan saling melemparkan tatapan tajam.

Dengan suara sinis yang dominan dan diiringi tatapan tajamnya, cowok yang berada di hadapan Vallen berkata, "Hey! I'm watching you, little b*tch!"

Vallen yang tidak terima dibilang seperti itu pun membalas dengan suara yang tak kalah sinis, "I'm watching you too, big bastard!"
•••
A/N
Heyyy! Ketemu lagi😁 ini ada yang diubah yah, maaf kalo ga lebih baik dari yang sebelumnya. Dan semoga sukaa💞💞 sekalian check cerita aku yang lain ya guyz, judulnya "Uninvited Princess" teenfiction juga, thx💋

Vallen [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang