Chapter 9 : Confession

89 10 6
                                    

"Eh, Tobias, sini masuk, tante buatin minum ya," Mama Vallen yang baru keluar rumah kembali masuk dan mulai menyiapkan minum.

"Iya makasih tante," sahut Tobias dari luar.

Vallen hanya bisa terdiam dan berdiri dengan kaku di hadapan Tobias. Vallen merasa rasa bersalahnya selama ini disebabkan oleh Tobias yang menjauhkannya dengan Clover. Tapi, perasaan dihatinya tak bisa berbohong, hanya dengan tatapan tulus cowok dari masa lalunya, Vallen seakan luluh kembali dan menjadi cewek lemah karena seseorang di hadapannya sekarang ini.

"Va, please. Gue minta lo lupain Clover dan lupain rasa bersalah lo tentang kita. Ini semua bukan salah lo, bukan salah gue, dan juga bukan salah Clover, ini semua adalah salah perasaan kita yang terikat satu sama lain yang bikin satu orang terluka, dan itu Clover. Gue tau perasaan lo ke gue dan sebaliknya, lo juga tau perasaan gue ke lo, tapi karena Clover gabisa nerima itu bukan berarti lo gabisa nerima gue, karena perasaan kita sama, dan perasaan kita tumbuh terus-menerus," cerita masa lalu Vallen kembali terdengar di ucapan panjang Tobias.

Masa lalu yang cukup menyakiti hati Vallen.

"Semenjak kepindahan lo, gue ngerasa hancur dan gue ngerasa hidup gue ga berarti lagi. Gue terus nyari dimana keberadaan lo, sampe gue tanya seluruh sekolah dan gue ga nemuin apa-apa, karena lo pergi secepet itu dan ga ninggalin pesan terakhir buat gue," Tobias mulai berjalan mendekati Vallen yang masih berdiri dengan kaku.

"Dan lo fikir kalo lo pergi dan ga munculin diri lagi, gue bisa suka sama Clover gitu? Engga, Va, lo salah besar. Dengan kepergian lo, gue semakin fokus nyariin lo, sampe-sampe semua usaha yang dilakuin Clover ga pernah gue tanggepin, sedikit pun. Semua yang ada difikiran gue cuma lo, cuma lo yang dengan teganya pergi ninggalin gue." Tobias yang semakin dekat mulai menundukkan kepalanya dalam. Ia mulai mengingat masa kehancurannya, masa hidupnya tanpa Vallen.

"Clover pindah setelah satu bulan lo pergi, dan gue ga merasa apapun dengan kepergian dia, karena gue gaada rasa apapun sama dia, beda sama lo Va. Gue terus nyariin lo kemana pun yang gue bisa, dan akhirnya gue nemuin lo di kota ini. Lo tau sebahagia apa gue saat gue nemuin lo disini? Gue merasa orang paling beruntung di dunia, karena gue bisa nemuin lo lagi, bisa nemuin kebahagian gue lagi. Dan please, Va, jangan pernah lo ninggalin gue lagi, ya?" perlahan-lahan air mata Tobias menetes dengan sendirinya. Kehancurannya selama 2 tahun ini terbalaskan dengan kehadiran seseorang yang paling berarti dihidupnya, sumber kebahagiannya.

Vallen yang merasakan kehancuran lelaki dihadapannya pun ikut menangis, merasa bahwa ialah seseorang yang merenggut kebahagiaan Tobias, dan ia lebih merasa bersalah karena itu.

Vallen perlahan mendekati Tobias dan menghapus airmata di pipinya dengan lembut, dan sekarang mulai saling bertatapan, "Gue sekarang ada disini, Tob. Maafin gue yang udah ninggalin lo selama ini, gue gatau lo bakal sehancur ini, dan lo juga harus tau, kalo gue sama hancurnya dengan lo. Gue harus selalu tahan buat ga mikirin lo lagi, gue harus selalu tahan untuk ga ngehubungin lo lagi, gue harus tahan ga bisa liat muka lo lagi, dan itu cukup menyakiti gue. Dan rasa bersalah gue ke Clovy cukup besar, karena dia adalah sahabat terbaik gue, dan lo juga, Tob. Sekali lagi gue minta maaf atas kesalahan gue ninggalin lo, maaf," melihat airmata mengalir dengan deras di wajah Vallen membuat Tobias dengan cepat memeluk Vallen dengan erat. Tobias mengelus-elus rambut Vallen terus-menerus sambil sesekali mengecup pucuk kepalanya.

"Gue sayang banget sama lo, Va, sayang banget," Tobias mengucapkan kalimat itu terus-menerus sambil terus memeluk tubuh bergetar Vallen.

Merasa Vallen sudah mulai tenang, Tobias melepaskan pelukannya dan menghapus airmata yang masih membanjiri wajah Vallen, dengan tersenyum Tobias berkata, "mulai sekarang, kita, Tobias dan Vallen, akan terus bersama, dan hadapin apa yang ada di depan kita dengan semangat bersama, hadapin bareng-bareng dan rasain bareng-bareng. Gue sayang banget sama lo, Va,"

Vallen pun dengan cepat memeluk Tobias lagi dan mulai mengangguk dalam pelukannya, "Gue juga sayang banget sama lo, Tob,"

"Kita mulai dari awal lagi ya, Va" Tobias melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Vallen.

Mereka saling bertatapan dengan rasa rindu yang mulai datang kembali, "ya tob, kita mulai semua dari awal ya," Vallen tersenyum tulus sambil terus menatap wajah Tobias.

Melihat kehangatan yang mengelilingi kedua manusia di depannya membuat sesuatu dalam diri seseorang yang berada di ujung jalan tak terima.

Ia merasa dikhianati kembali.

Dan sekarang ia kembali.

Dan akan memperjuangkan keinginannya mulai detik ini.

Dan ia tak ingin melepaskannya lagi, walaupun dari awal ia memang tak mendapatkannya.

Tapi ia akan berusaha terus membuat sesuatu berubah dan ia akan memilihnya.

Walaupun harus dengan cara kotor.

"I'm back," gumamnya.
•••
A/N
Setelah 20juta tahun lamanya ga update, akhirnya update juga😂 gatau masih ada yang baca atau engga, tapi ya, i'm back!❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Vallen [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang