Part 3

232 12 0
                                    

Setibanya di kamar, Shane langsung membaringkan Velyn di kasur tanpa menunggu perintah Naomi.

Sejujurnya Velyn kaget, saat dirinya tidur di kamar Naomi. Dia tahu kamar Naomi, karena dia sering main ke sini.

"Kak, gantiin pakaian Kak Ve," suruh Shane tanpa takut Naomi ngamuk.

Shane tahu kalau sang kakak sangat menyayangi Velyn, jadi dia pastinya tidak akan diizinkan melihat tubuh Velyn walau bukan modus.

Naomi menghela nafas, dia menyuruh Shane berbalik memunggungi mereka dan Shane setuju saja. Dia mengambil pakaian lengkap untuk Velyn, lalu dia membantu Velyn untuk duduk.

Walau meringis, Velyn tidak mengeluarkan satu suara pun. Naomi segera menganti pakaian Velyn, tentu saja Velyn malu karena Naomi secara tidak langsung melihat tubuhnya.

Ingin menolak, dirinya tidak punya tenaga. Sekali lagi, berdebat sama Naomi harus punya tenaga lebih. Debat sama Shane menguras tenaga, tapi debat sama Naomi jauh lebih menguras tenaga.

Tiba-tiba Naomi berhenti, saat dia membuat Velyn half naked. Naomi berhenti, karena dia kaget melihat punggung Velyn banyak bekas luka.

Dia tidak tahu apa yang terjadi, terlebih Velyn yang dulunya sebagai sahabat tidak pernah menceritakan kehidupan dia.

"Kenapa badanmu banyak bekas luka?" tanya Naomi, sayangnya Velyn hanya diam saja.

Bukannya Velyn tidak mau menjawab, tapi dia berpikir pertanyaan itu tidak ada gunanya. Buat apa menanyakan hal menyakitkan yang sudah berlalu?

"Jawab, Ve!" bentak Naomi, Velyn kaget.

"Dicambuk baj*ng*n," balas Velyn pelan.

Bahkan menyebut nama papa nya saja, Velyn tidak sudi. Anak mana yang sudi menyebut nama seorang pembunuh yang membunuh sang mama di depan matanya sendiri?

"Dicambuk?" gumam Naomi yang masih terdengar.

Jujur Shane dan Naomi kaget mendengar hal ini, apalagi kamar Naomi sangat hening. Sekecil apa pun suaranya, pasti terdengar jelas.

Pertanyaan dalam pikiran Shane, orang tua mana yang tega menyakiti darah daging mereka? Jika ada, maka orang itu sudah gila.

Orang tua mereka saja sangat menyayangi mereka, mereka tidak tahu seberapa menderitanya Velyn semasa kecilnya.

Tapi Naomi tetaplah Naomi, dia tetap menaruh dendam pada keluarga yang telah membunuh orang tuanya.

Setelah memakaikan Velyn pakaian baru, Naomi membaringkan kembali Velyn. Velyn diam saja, dia sudah sangat lelah.

Diizinkan atau tidak, Velyn memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpi. Naomi membiarkan saja, dia tidak melarang karena dia tahu Velyn sangat kesakitan.

"Sudah selesai Shan, balik lagi aja," kata Naomi diangguki Shane.

Shane berbalik dan melihat wajah damai Velyn, ingin rasanya dia membantu Velyn lepas dari perbudakan Naomi.

Tapi dia diam saja, semua yang Naomi lakukan pasti ada alasannya dan dia percaya hal itu. Terlebih Naomi bukan orang bodoh, untuk kepekaan Naomi lah juaranya.

Tidak lama, seseorang yang sudah mengetuk pintu langsung masuk dan melihat mereka yang menatap orang itu.

Orang tersebut bernama Imel, Imel masih kerabat Naomi dan Shane atau bisa dikatakan sepupu mereka.

Imel seorang dokter yang Naomi percaya, dia tidak mau diperiksa sama siapa pun kecuali Imel lepas tangan.

"Kalian tidak luka, kenapa panggil Kakak?" tanya Imel heran.

"Bukan kami tapi Kak Ve, Kak," balas Shane membuat Imel mengalihkan pandangannya.

Imel kaget melihat wajah pucat Velyn terlebih babak belur, siapa yang tidak tahu Velyn di keluarga mereka? Hampir semua tahu, apalagi Velyn yang selalu melindungi dan menghibur Naomi.

Lantas, siapa yang membuat Velyn babak belur? Ingin bertanya tapi dia memilih untuk mengobati Velyn. Imel memeriksa Velyn dan cukup kaget melihat kondisinya yang lemah.

"Kenapa Ve babak belur?" tanya Imel menatap keduanya.

"Aku pukul," balas Naomi santai tanpa dosa, membuat Imel kaget.

Imel tahu tempramen Naomi, tapi dia tidak habis pikir apa yang membuat Naomi sampai semurka itu hingga Velyn jadi korbannya. Padahal setahu dia, hubungan mereka baik-baik saja.

"Kau gila! Dia bisa mati," kata Imel kesal dengan sepupunya ini.

"Lebih bagus," balas Naomi dengan nada sinis.

Imel menyadari keanehan di sini, Naomi orang yang peduli sama Velyn. Bisa-bisanya Naomi mengatakan kalau Velyn mati itu hal bagus, pasti sesuatu yang besar telah terjadi.

"Sebenarnya ada apa?" tanya Imel menatap keduanya lebih tepatnya ke arah Shane.

"Biar Shane jelaskan tapi di luar ya, Kak," balas Shane seolah tahu tatapan Imel.

"Baiklah, ini resep obat yang harus dia minum dan pastikan dia makan bubur dulu," tegas Imel diangguki Shane, Naomi hanya diam.

Imel memberikan resep obat dan Shane yang menerimanya, lalu Shane menarik Imel keluar dari kamar Naomi menuju ruang tamu. Sebelum ke sana, dia memberikan resep itu ke pelayan supaya dibelikan.

Setibanya di ruang tamu, Shane menceritakan semua yang terjadi pada Imel, jujur Imel kaget dan kasihan sama Velyn. Imel tahu Velyn tidak bersalah dan dia juga yakin kalau Velyn tidak tahu apa-apa.

"Dia tidak salah, Shan. Kenapa Kakak mu terlalu egois?" tanya Imel lirih.

Melihat kondisi Velyn yang babak belur tanpa perlawanan membuktikan Velyn tidak salah, kalau dia salah bisa saja dia kabur tanpa harus menemui Naomi dan menerima hukuman yang dia sendiri tidak lakukan.

"Aku juga mikir gitu Kak, tapi Kakak tahu sendiri gimana sifat Kak Nao," balas Shane putus asa.

Shane seperti Imel, dia tidak larut dalam dendam dan bisa berpikir dewasa. Walau dia adik Naomi yang usianya beda 2 tahun, untuk berpikir dewasa dalam emosi maka dia jagonya.

Shane bukan orang pendendam, dia seperti Naomi yang hobi memukul orang. Sayangnya dia tidak pernah seperti Naomi yang main pukul orang tidak bersalah, dia memukul orang yang benar-benar bersalah.

"Kamu awasi Ve, Kakak takut dia terluka lebih parah sama Naomi," kata Imel kuatir.

Shane mengangguk, apa yang Imel katakan memang benar. Belum apa-apa saja Naomi memukul Velyn yang hampir sekarat, entah apa yang akan Naomi lakukan terhadap Velyn ke depannya jika Velyn menjadi budak Naomi.

"Aku usahakan, Kak," balas Shane ragu walau begitu dia akan mengawasi semampunya.

"Ya sudah, Kakak pamit ya soalnya masih banyak kerjaan di rumah sakit. Sampaikan salam Kakak ke Naomi," kata Imel berpamitan lalu kembali ke rumah sakit.

Setelah Imel pergi, dia ke dapur untuk membuat bubur. Walau banyak pelayan, hal makan tetap mereka buat sendiri kecuali malas. Tidak butuh waktu lama, bubur yang dia buat akhirnya jadi juga.

Shane membawa semangkuk bubur, air putih dan obat yang baru saja ditebus sama bodyguard, bertepatan dengan dirinya yang baru saja selesai masak, setelah itu dirinya ke kamar Naomi.

TBC...

20. Revenge and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang