Part 7

199 15 0
                                    

Untung saja Shane melihat ke arah mana Velyn pergi, lalu dia menghampiri Velyn dan duduk di sampingnya.

Velyn tentu saja kaget melihat Shane berada di sebelahnya, bahkan dia tidak sadar Shane berada di sini mungkin efek dari melamun.

"Kemarin Kakak ke mana?" tanya Shane menatap bunga-bunga di taman ini.

"Ke makam Mama, kemarin aku kangen," balas Velyn jujur.

Percuma juga Velyn berbohong, dia tahu Shane paling sadar gerak-geriknya kalau berbohong toh berbohong juga tidak ada gunanya.

"Kenapa tidak bilang? Kalau Kakak bilang, Kakak tidak akan dihukum Kak Nao," kata Shane menuntut penjelasan.

"Waktu itu kalian tidak ada di rumah dan aku pergi juga diam-diam, lagipula sudah terlanjur juga Shan," balas Velyn memandangi bunga-bunga yang indah.

"Kak, batalkan niat bodoh Kakak itu," kata Shane mengubah arah pembicaraan.

"Tidak Shan, aku hanya seorang budak di sini. Perkataan Kakak mu merupakan perintah untukku, aku akan mengabulkannya," balas Velyn menunduk.

"Apa Kakak tidak mau punya anak?" tanya Shane memastikan, dia harap jawaban sesuai harapan dia.

"Setiap orang mau punya anak, Shan. Tapi, tidak semua orang bisa memiliki anak. Mungkin aku salah satunya, aku tidak apa.

Sudah aku katakan aku hanya budak, hidupku di tangan Kakak mu. Jika dia menginginkan aku mati, ya aku harus mati," jelas Velyn panjang lebar, Shane tahu nada Velyn sangat lirih.

Shane tidak bodoh untuk tidak menyadari kesedihan Velyn akibat perkataan Naomi, dia akan bicara dengan Naomi sekali lagi.

"Aku melarang Kakak ke dokter sore ini," tegas Shane.

Velyn tidak menjawab, dia berdiri dan diam sebentar menatap bunga-bunga di taman ini barulah dia berbalik menatap Shane.

"Maaf Shan, aku tetap pergi. Aku masuk ke kamar dulu, makasih sudah perhatian," balas Velyn lalu pergi.

"Tunggu Kak," kata Shane memegang tangan Velyn.

"Ada apa?" tanya Velyn bingung.

"Kenapa Kakak mau-mau saja jadi budak Kak Nao?" tanya Shane menuntut penjelasan.

Menurut Shane semua ini ada alasannya, tidak ada satu orang pun yang bersedia menanggung beban yang bukan kesalahan orang itu sendiri.

"Sejujurnya aku benci mengatakan ini, Mama meninggal karena baj*ng*n dan baj*ng*n itu sudah meninggal.

Aku tidak sengaja melihat ruang kerjanya dan aku baru tahu kalau baj*ng*n itu pernah membunuh keluarga kalian.

Sejak saat itu, aku mulai mencari tahu identitas kalian dan melindungi kalian dari jauh hingga pindah sekolah untuk melindungi kalian secara dekat.

Semua yang aku lakukan tidak sebanding dengan kematian orang tua kalian, maka dari itu sebanyak apa pun aku berusaha tetap saja tidak ada artinya.

Makanya aku memberanikan diri untuk mengaku, jika beban ini bisa kalian bebaskan dengan membunuhku maka aku ikhlas.

Maaf, aku jadi cerita. Aku permisi," jelas Velyn panjang lebar, lalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Shane.

"Kamu terlalu baik, Kak Ve," guman Shane lirih.

Tanpa mereka sadari, Naomi mendengar semua percakapan mereka. Setelah itu, Naomi kembali ke ruang kerjanya biarlah dia saja yang mengetahui kalau dia habis menguping.

Velyn kembali ke kamar, Shane tidak bisa tinggal diam. Shane tahu betapa menderitanya Velyn saat ini, dia mencari Naomi untuk memaksa Naomi membatalkan niat bodoh Velyn.

Shane mencari di seluruh rumah, hingga dia melihat Naomi duduk di meja kerjanya. Dia masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu, Naomi yang melihat kehadiran dia hanya menoleh.

Brak!

Mengeprak meja dengan keras, reaksi Naomi biasa saja. Dia sudah tahu gimana adiknya jika emosi, jadi hal ini bukan hal baru. Untung saja mejanya tidak rusak, jadi dia tidak perlu membeli meja baru lagi.

"Kak, kalau Kakak sayang aku. Kakak batalin niat Kak Ve, aku tidak suka punya Kakak baj*ng*n yang melakukan sex tapi lari dari tanggungjawabnya.

Ini bukan salah Kak Ve, Kak. Salah baj*ng*n itu, kenapa Kakak menghukum orang yang tidak salah dan tidak tahu apa-apa?

Mana Kak Naomi yang aku kenal?" murka Shane mengutarakan pendapatnya.

"Kamu tenang saja, Kakak akan batalkan," balas Naomi, Shane kaget mendengarnya.

"Kakak serius 'kan," kata Shane memastikan.

"Iya, Kakak serius. Balik kamar gih atau bantu Kakak ngurus berkas-berkas ini," balas Naomi diangguki Shane senang.

Shane tentu saja percaya dengan perkataan Naomi, dia tahu kalau Naomi tidak berbohong padanya. Dia dengan senang hati membantu Naomi mengurus berkas-berkas perusahaan yang menumpuk.

Berjam-jam mengurus berkas, mereka menyelesaikan pekerjaan dan kembali ke kamar masing-masing.

Naomi yang baru masuk kamar, melihat Velyn yang sudah rapi. Dia tidak bodoh untuk tidak mengetahui ke mana Velyn akan pergi, dia tidak akan membiarkan Velyn pergi dari rumah ini.

"Mau ke mana, kamu?" tanya Naomi menatap Velyn tajam.

Jujur Velyn sangat takut dengan tatapan tajam Naomi, seolah ingin memakan hidup-hidup dirinya.

"Ke dok-ter," balas Velyn gugup.

"Naked sekarang," kata Naomi membuat Velyn kaget.

"Tap-" balas Velyn terpotong ucapan Naomi.

"Ku bilang naked ya naked! Apa perlu ku buat kau naked di depan umum?" tanya Naomi sinis dibalas gelengan.

Velyn tahu sifat Naomi, jika dia berkata demikian maka hal itu akan terjadi.

Apalagi Naomi tergolong anak yang nekat dan semua harus dia dapatkan, jika dia tidak dapat maka dia akan terus melakukan.

"Kalau tidak mau buruan!" lanjut Naomi dengan nada sedikit lebih tinggi.

Velyn naked di depan Naomi, walau dia malu dia melakukan yang Naomi perintahkan.

Naomi tersenyum tipis melihat Velyn naked, banyak tanda kepemilikan yang dia buat semalam di sana.

Perkataan Shane membuat hati dia sedikit luluh, perlu dia akui kalau ini murni bukan kesalahan Velyn sayangnya kebencian dia belum reda juga.

Velyn yang sudah full naked hanya menunduk, menunggu perintah dari Naomi yang sekarang memegang kendali atas hidupnya.

"Dengar baik-baik, mulai hari ini dan seterusnya kamu dilarang pergi ke mana pun kecuali sekitar rumah. Paham?" tegas Naomi diangguki Velyn.

"Kemarin ke mana?" tanya Naomi dengan nada datar.

"Makam Mama," balas Velyn menunduk.

Naomi menghampiri Velyn, membuat jarak mereka sangat dekat. Naomi mengangkat dagu Velyn, sehingga tatapan mereka bertemu.

"Lihat orangnya saat bicara," kata Naomi menatap Velyn.

"Maaf," balas Velyn pelan, tentu saja Naomi masih mendengarnya.

"Sepertinya kamu perlu dihukum biar ngerti," kata Naomi tersenyum miring, Velyn sudah ketakutan.

Velyn lebih baik terpukul atau terkena benda tajam, daripada dia dihukum seperti melayani Naomi yang membuat dirinya lelah.

Tanpa sadar, Velyn mundur beberapa langkah membuat Naomi merangkul pinggang Velyn untuk mengunci pergerakannya.

TBC...

20. Revenge and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang