5. Yang Terbaik

22 3 0
                                    

Happy Reading

...

"Kamu mau tidak, papa jodohkan dengan anak sahabat nya papa?"

Uhukuhuk

Arel tersedang air liurnya sendiri setelah papa mengucapkannya. Arlan yang di sampingnya dengan sigap memberikan air ke Arel, Arel meminum air yang putih yang di berikan abang nya sampai setengah gelas.

"Kenapa pah?" Tanya Arel dengan suara lirih karna habis tersedak

Dia menatap papanya yang ada di sebelah kirinya

"Papa sudah menjodohkan kamu waktu kamu kecil sayang," Ujar papa lembut

Begh

Bagai belati yang tertancap di relung hatinya. Arel tidak mau di jodohkan sedangkan hati nya masih di tempati oleh seseorang yang sekarang entah dia
kemana

Kecewa? Tentu karna Arel masih memikirkan dia yang entah di mana dan bagaimana dengan hubungannya yang sekarang?

Arel bingung dengan hubungannya sekarang karena seseorang telah pergi gitu tanpa meninggalkan pesan atau kabar, jadi ia bingung apa hubungan ini sudah putus? Tapi dia tidak mengatakan apa pun pada-nya sebelum dia pergi. Tapi jika hubungan ini masih berlanjut akan membuat Arel merasakan sakit yang begitu mendalam.

Setelah berdebat dengan pikiran dan hati nya Arel pergi meninggalkan ruang makan dan mengisahkan suara kursi yang bergesekan dengan lantai.

Arel berjalan menuju tangga menaiki tangga satu persatu guna menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua. Sampai di depan kamar dia dengan cepat membuka pintu kamarnya dan Arel langsung menuju ke kasurnya dia mulai ditiduran di sana dengan bahu yang bergetar. Pertanda Arel sedang menangis

Menenggelamkan wajahnya di bantal. Agar orang luar tidak mendengar suara tangis nya

Tok tok tok

"Rel?"

Arlan mengetok pintu kamar Arel tapi tidak ada jawaban dari penghuni nya. Dia menghampiri Arel guna membujuk sang adik karena niat papah nya yang sebenarnya. Arel pergi meninggalkan meja makan sebelum papahnya menyelesaikan ucapannya.

"Rel?"

Tok tok tok

"Ini abang."

Arlan masih berusaha membujuk Arel untuk membukakan pintu kamarnya. Namun hasilnya sama tidak ada jawaban.

"Rel kalo kamu enggak mau ngomong sama papah, setidaknya kamu mau ngomong sama abang dong?" Bujuk Arlan

"Rel?"

Okeh, Arlan menyerah untuk tidak memaksakan Arel. Sedari tadi segala upayah ia sudah lalukan untuk membujuk Arel, namun orangnya tidak mau membuka pintunya dan tidak ada jawaban sama sekali.

Arel menarik napas dengan panjang untuk meredakan tangisnya, tak lupa dia menghapus air mata yang membasahi pipinya

"Buka aja gak dikunci," teriak Arel dari dalam kamar

Arlan yang sempat ingin meninggalkan kamar sang adik dia mengurungkan niatnya kala mendapat jawaban dari orang dalam kamar. Dia sempat tersenyum senang karna Arel masih mau berbicara dengannya.

Tidak mau membuang buang kesempatan Arlan membuka pintu yang tidak terkunci. Terdapat di dalam kamar Arel sedang tiduran di atas kasur dengan membelakangi Arlan. Arlan menghampiri Arel yang ada di atas kasur dan ia duduk di pinggiran kasur yang Arel tempati.

MARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang