- chapter 07

2 0 0
                                    

[KERAJAAN EISIGER]

°°°

Wilder mengobati luka Gin dengan hati hati, "apakah sakit?" Tanya Wilder.

"Rasa nya perih."

"Berbalik, akan ku lihat punggung mu." Titah Wilder. Gin hanya mengikuti perintah Wilder dan berbalik.

Wilder mengelus punggung Gin yang di penuhi lebam akibat sebatan bilah bambu.

"Lebam lebam ini pasti sangat menyakitkan." Batin Wilder.

Wilder mulai mengolesi salep kunyit di punggung Gin dengan perlahan agar anak itu tidak merasa kesakitan.

"Upah mu aku potong." Wilder spontan menatap orang yang duduk di hadapannya.

"Bahkan aku belum bekerja, apa kesalahan ku?" Tanya Wilder.

"Seharusnya kau sudah berada di sini sejak pagi, tapi kau datang di siang hari." Jawab Locer sembari mengamplas topeng kayu yang ia pegang.

"Selagi aku masih menerima bayaran harian ku, tidak masalah." Wilder melanjutkan mengobati anak kecil yang sedang berbaring di hadapan.

"Tuan?" Panggil Gin.

"Panggil saja aku kakak Gin." Jawab Wilder.

Gin tiba tiba duduk dan menatap Wilder, "kakak, maaf kan aku, karna aku bayaran mu di potong." Ucap Gin dengan menunduk.

"Aku rasa itu bukan masalah besar." Wilder mengusap kepala Gin dengan lembut.

"Berhentilah berbicara dengan anak itu, dan mulailah bekerja." Locer berdiri dan pergi dari sana.

"Kakak, aku akan melihat kondisi ibu." Gin berdiri, tapi Wilder menarik nya lagi agar terduduk.

"Kau akan tetap di sini." Tekan Wilder.

"Bagaimana dengan ibu?" Tanya Gin khawatir.

"Kau tidak perlu memikirkan orang bodoh seperti itu, dia bahkan tidak memikirkan mu." Wilder tersenyum tipis, "dan kau akan tinggal bersama ku mulai sekarang."

Gin hanya mengangguk patuh, "aku suka anak penurut, tunggu aku selesai bekerja, setelah itu kita pulang dan akan membuat rumah." Setelah mengatakan itu Wilder pergi meninggalkan Gin sendirian di kamar itu.

Wilder beralih mengambil satu balok kayu yang berada tersusun di atas tanah, menaruh nya di atas tempat pahatan, dan mulai mengikis beberapa bagian nya dengan besi pahatan.

"Kenapa kau sangat membela anak itu?" Tanya Locer yang sedang menyusun beberapa topeng di hadapannya.

"Apakah membela seorang anak kecil membutuhkan sebuah alasan?" Tanya Wilder balik.

"Jika itu kau, menurut ku iya. Aku hidup delapan puluh tiga tahun, aku tahu sifat dan sikap seseorang dari wajah nya, dan aku tahu bahwa kau tidak pernah dekat dengan seorang anak kecil sebelum nya." Jawab Locer.

Wilder diam sejenak, setelah itu baru berkata, "Gin masih berumur delapan tahun, daging di tubuhnya belum sempurna, bahkan beberapa urat nya masih dapat di lihat. dia bisa mati karna pukulan sekeras itu, karna wanita itu memukul Gin di bagian leher dan dadanya." Jawab Wilder.

"Tapi bukan berarti kau harus membunuh wanita itu." Locer melempar basi ukir di samping Wilder.

"Dia tidak akan mati." Balas Wilder yakin.

"Apakah menurut orang akan hidup jika kepala nya di tusuk? Bisa saja kau menusuk nadi wanita itu."

"Tidak paman, bibi cilla baik baik saja." Wilder dan Locer kompak melihat ke sumber suara, ternyata Rosal yang datang.

decisive timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang