- chapter 10

1 0 0
                                    

[semua berbeda]

°°°

"Wahh, kau memang hebat!"

"Baru kali ini aku melihat anak muda yang keahlian berpedang nya setara dengan prajurit tingkat atas!"

"Sungguh pantas raja memilih mu!"

"aku malu ingin mengatakannya, tapi aku ingin mengatakannya. Apakah kau bisa mengajari aku?"

Suara ricuh itu terdengar sangat jelas dari tempat pelatihan.

"Apa yang membuat mereka sangat ribut seperti itu!?" Kesal Hersa. Ia segera berjalan dengan cepat menuju ke tempat pelatihan.

Saat sudah sampai, ia melihat banyak prajurit yang sedang duduk mengelilingi lapangan pelatihan.

"Apa yang terjadi!" Seru Hersa.

Seketika semuanya menjadi hening, beberapa orang yang ada di hadapannya memberikan jalan. Terlihat jelas di sana Wilder sedang bertarung bersama prajurit tingkat atas.

"Cih! Bahkan dia sudah membuat prajurit kerajaan terkagum kagum pada dirinya!" Cemoh Hersa dengan pelan.

"Berhenti!" Teriak Hersa. Seketika suara pedang yang berdenting sedari tadi berhenti dan keadaan menjadi sangat sunyi.

"Panglima kerajaan, apa yang membuat mu datang ke tempat ini, apakah ada yang perlu kami lakukan," Ucap prajurit tingkat atas yang bertarung bersama Wilder sebelumnya dengan sedikit menunduk.

Hersa mengangkat tangan nya dan menunjuk Wilder, "Aku akan bertarung bersama pemuda itu," Ucap nya.

"Tuan Hersa, aku menolak," Ungkap Wilder.

Semua orang yang berada di sana terkejut dengan perkataan Wilder barusan. Bukan hanya karna ia menolak, tapi juga karna dengan lancar nya ia memanggil panglima kerajaan dengan sebutan tuan tanpa gelar. Kebijakan kerajaan melarang seseorang yang berstatus lebih rendah memanggil orang berstatus lebih tinggi tanpa gelar, karna itu bisa di sebut dengan merendahkan martabat seorang yang memiliki gelar.

"Hey kau, cepat bersujud dan meminta maaf!" Perintah prajurit tingkat atas itu dengan menyodorkan pedangnya tepat pada leher Wilder.

"Turunkan pedang mu, dia hanyalah orang baru yang tidak tahu peraturan," Perintah Hersa.

Prajurit itu patuh tanpa bantahan, menurunkan pedang nya dan keluar dari area pelatihan.

Hersa mengambil pedang salah satu prajurit Yang ada di sampingnya.

"Kau siap?" Tanya Hersa.

"Tuan, sudah aku bilang, aku menolak bertarung bersama mu," Ucap Wilder menolak lagi.

"Jika kau seorang pria sejati, kau tidak akan takut pada apa pun, walau maut sekalipun," Dengan cepat Hersa menggerakkan pedangnya ke arah Wilder. Wilder yang belum siap pun jatuh terduduk dengan bahu yang sedikit terluka akibat tergores ujung pedang milik Hersa.

"Wilder, kau sangat bodoh! Pasti ayah sangat kecewa padamu. Bagaimana kau bisa lupa, di masa ini kau hanyalah pemuda biasa yang tidak memiliki keahlian selain berpedang, terlebih lagi seharusnya kau tidak boleh mengeluarkan keahlian mu dengan terlalu berlebihan! Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Batin Wilder dengan menggerutu.

"Tuan, kekuatan ku tidak setara dengan mu..," Ucap Wilder dengan kawah yang di buat buat.

"Cepat berdiri, apakah kau adalah wanita yang tidak berdaya sampai harus memohon seperti itu!" Bentak Hersa. Lagi lagi ia menggerakkan pedangnya dengan gesit dan hendak menusuk paha Wilder dengan kuat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

decisive timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang