Vijf

0 1 0
                                    

Terkadang, istirahat sejenak dari permasalahan adalah hal terbijak yang bisa dilakukan.

ㆀㆀㆀ


Akhirnya Mira terbangun dari lelapnya, pikirannya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ia berencana untuk membersihkan badan lalu menyiapkan makan malam. Tetapi rencana Mira menjadi tertunda karena ada suara klakson sepeda motor dari arah luar.
"Pesanan makanan!"
Mira mengintip dari jendela rumah, Ia tidak memesan makanan apa pun namun mengapa ada pengantar makanan di luar?
"Kak Mira lagi ngapain?"
Suara Kara mengkagetkan Mira yang masih mengintip dari jendela, "aduh Kara. Kaget kakak!"
Kara pun tergelak, "lagian sih, ngapain kakak ngintip-ngintip gitu."
"Diluar ada pengantar makanan, kan kita nggak mesen. Jadi kakak ngintip dari jendela dul-"
"Oh iya! Itu, pesenan aku, Kak," seru Kara.
Ia pun langsung keluar dan mengambil pesanannya. Mira hanya diam berdiri di tempat tadi, nyawanya masih belum terkumpul sempurna untuk mencerna apa yang terjadi.
"Totalnya 128.000 rupiah ya, Mas," ujar si pengantar makanan.
Kara mengeluarkan selembar uang seratus ribuan dan juga selembar uang lima puluhan lalu menyodorkannya kepada si pengantar makanan, "kembaliannya ambil aja, Mas."
Raut wajah si pengantar makanan tersebut pun langsung berbinar, "makasih banyak ya, Mas."
Kara hanya tersenyum lalu masuk ke dalam rumah. Sejak kecil, Mira dan Kara dibiasakan untuk berbagi kepada orang lain. Walaupun mereka bukanlah orang yang berada, Mira dan Kara selalu memberi bantuan yang bisa mereka berikan kepada orang lain. Entah itu materi, benda, ataupun tenaga.
"Kamu pesan makanan?" tanya Mira.
Kara mengangguk.
"Tumben."
"Iya lah, kan gaji pertama aku di konveksi udah cair," ujar Kara bangga lalu menyengir.
"Enak tuh," celetuk Mira.
"Iya dong, makanya kak Mira itu kerja di bidang desain kayak a-"
"Makanannya!" seru Mira. Ia pun tergelak melihat wajah cemberut Kara.

ㆀㆀㆀ


"Kak Mira, tadi kak Olin suruh aku nanya ke kakak," ujar Arin. Dia adalah salah satu dari dua mahasiswa magang yang membantu tim Mira untuk mem-back up tugas Aji.
"Iya, tanya apa?"
"Itu, berkas yang mau dikasih ke Pak Budi harus di print berapa rangkap, Mbak?"
Pak Budi yang dimaksud Arin adalah adalah bos tim Mira.
"Oh itu, print dua rangkap aja. Satu untuk Pak bos, sisanya untuk kita sama tim perlengkapan.
Arin mengangguk, "oke, Mbak. Aku print ini dulu ya."
Mira hanya mengangguk lalu menghela napas panjang. Proyek yang sedang mereka garap sekarang bisa dibilang adalah proyek yang sangat-sangat kompleks. Tak boleh ada satu pun kesalahan pada hasil akhirnya. Mira dan timnya benar-benar kewalahan, apalagi Aji yang tiba-tiba resign dan tak bisa dikabari sampai sekarang. Walau sudah ada dua mahasiswa yang sedang magang, tetap saja mereka kewalahan.
Pak bos dan tim Mira sudah berkali-berkali mencoba menghubungi Aji bahkan sampai mendatangi rumahnya. Tetapi tak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.
"Dari beberapa hari yang lalu rumah itu sudah kosong, Mbak, Mas."
Setidaknya itulah yang dikatakan oleh tetangga di samping rumah Aji saat Mira dan tim mengunjungi kediaman Aji.
"Mir, udah jam makan siang nih. Kita ke Neko Meko yuk. Udah laper banget nih," ajak Vera.
Mira menatap layar komputernya yang menampakkan folder-folder berkas yang harus ia selesaikan besok.
"Tapi Ver, kerjaan aku masih banyak banget. Kamu tau kan ini harus dikumpul besok," keluh Mira.
"Telat makan juga bikin nggak fokus, Mira," nasihat Danang.
Olin pun ikut bersuara, "udah ah, bentar juga, Mir. Kita nanti juga bakal lembur bareng-bareng, kok."
Vera dan Danang pun mengangguk-mengangguk sambil menatap Mira.
Mira pun menghembuskan napas, "ya udah ayo."
"Yeay. Let's go to Neko Meko!" seru Vera berapi-api.

ㆀㆀㆀ


Di sinilah Mira, Vera, Olin, Danang, dan Arin berada. Teman Arin yang lainnya tidak ikut karena ia mengaku kalau ia adalah seorang vegan. Neko Meko sendiri adalah resto khusus makanan seafood dan daging-dagingan.
"Arin, itu beneran temen lo si Dhita itu vegan?"
Arin mengangguk, "iya. Dia bilang mau jadi vegan sejak empat bulan yang lalu deh kayaknya."
"Serius tuh, mahasiswa milih jadi vegan?" ringis Olin. "Gue aja udah setiap minggu makan daging tetep tipes pas bikin laporan magang sama pas skripsian. Tepar di RS hampir 2 minggu dah."
"Mungkin dia lebih kuat dari elo, Lin," celetuk Vera.
"Ember, lo kan kuat di bibir buat ngejulid aja, Lin," Danang pun terbahak.
"Elo yang gua julidin," seru Vera kesal.
Mira dan yang lainnya pun hanya tertawa dan geleng-geleng melihat perdebatan Olin dan Danang yang tak ada habisnya.
Tak lama kemudian pramusaji menghantarkan pesanan mereka.
"Wah, siapa tuh yang mesen sate cumi!" seru Danang.
Mira pun melihat melihat ke arah Danang.
"Oh ... ternyata Mira-ku sayang nan cantik plus manis yang mesen," ujar Danang sambil melirik-lirik ke arah piring sate cumi pesanan Mira.
Mira yang tak mengerti maksud Danang hanya diam dan mengedip-ngedipkan matanya.
"Yaelah, Mir. Si Danang itu cinta banget sama sate cumi. Jadi dia langsung ngiler gitu, pengen minta juga," ledek Olin.
"Oh ... boleh-boleh. Ambil aja langsung."
"Cie, perhatian banget sama kesukaan calon suami," celetuk Vera.
Pipi Olin tiba-tiba memerah, "ih, apaan sih, Ver. Calon apanya, calon ditabok iya!"
Arin pun tertawa melihat Olin yang salah tingkah, sedangkan Mira memperhatikan Danang yang sekilas tersenyum saat mendengar ucapan malu-malu Olin. Mira baru menyadari, Olin mengetahui banyak hal tentang Danang dan mereka cukup sering menghabiskan waktu-dalam artian berdebat-bersama.
Dilihat-lihat, Olin dan Danang adalah pasangan yang cukup serasi, walaupun sering berdebat mereka juga sering pulang bersama ataupun saling membantu saat bekerja. Apa pun akhir dari hubungan mereka, Mira hanya berharap teman-temannya bisa mendapatkan pasangan terbaik dalam hidup mereka. Sedangkan Mira sendiri, apa kabar dengannya?
Mira menggeleng-gelengkan kepala, ia tak belum terpikir untuk menjalin hubungan dengan pria mana pun. Sekarang ia hanya fokus untuk bekerja agar Kara bisa menyelesaikan studinya.
"Kak Mira kenapa geleng-geleng? Mbak pusing?" tanya Arin dengan wajah lugu.
Mira berkedip, "ah, enggak. Nggak kenapa-kenapa kok."
"Biasa mah itu, Rin. Overthinking sama kerjaan itu akibatnya," celetuk Vera lalu tergelak.

ㆀㆀㆀ

•) Update setiap hari jumat🐋
•) Vote dan kritik saran kalian sangat dinanti💕

The OrphansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang