Epilog

40 2 0
                                    

Seperti judulnya, kisah ini tertulis untuk Abahari, sosok laki-laki yang akrab 'ku sapa Bahari.

Kalimat itu adalah awal dari prolog yang aku buat di tulisan ini, dan tidak disangka saat ini sudah sampai di akhir. Walaupun jika dipikir, aku dan Bahari hanya memiliki epilog, tanpa berawalan prolog ... berakhir sebelum dimulai.

***

Malam ini adalah malam tahun baru. Pergantian tahun yang sangat Findy tunggu. Gadis itu sudah menyiapkan ini dari lama.

"Fin, barang-barang kamu udah siap semua?" tanya Ibunya Findy memasuki kamar yang sengaja tidak dikunci.

"Udah. Bu, gapapa 'kan kalo aku berangkat abis tahun baru? Aku mau di sini dulu. Sekitar jam setengah satu pagi nanti on the way, gimana?" Sebenarnya Findy sudah bilang dari jauh-jauh hari. Perkataannya barusan hanya sekadar memastikan.

"Iya. Yaudah, Ibu, Bapak, sama Adek duluan ke rumah Bibi, ya? Nanti kamu nyusul sama Teteh. Jendela udah Ibu kunci semua, nanti kamu tinggal kunci pintu utama, sama gerbang. Jangan lupa kuncinya dibawa!" Mendengar itu, Findy hanya mengangguk. Setelah itu Ibunya berjalan keluar kamar dan sudah dipastikan langsung berangkat.

Karena tahu saat ini di rumah hanya ada dirinya, Findy bebas melakukan niatnya itu. Kakaknya saat ini sedang di rumah temannya untuk bakar-bakaran, sekalian merayakan perpisahan.

Perlahan tangan mungil Findy membuka ponselnya. Ia membuka roomchat bersama Abhu. Entah mengapa kali ini jarinya seakan lemas dan tidak bisa bergerak untuk mengetik sesuatu yang sudah lama ia rencanakan.

Bahariii

Rii

Iya ri? ga keluar?

Nggak, maless wkwk

Klo keluar sm kau mau😭

Haha aku ini lg di rumah sodara rii

Lgi bakar²

Eh parah bener sodaranya di bakar

Dosa rii

Ngga gituu

Kamu ga bakar² ri?

Di rumah gada siapa²

Mau beli jagung tapi mager

Telor dibakar enak gasi?😭

fenariiiii gaje😭

ri telepon yuk?

Baru mau ngajak, wkwk

Setelahnya Abhu benar-benar menelepon Findy. Karena niat awal gadis itu juga ingin menelepon Abhu, jadi tanpa ragu ia mengangkatnya.

"Happy anniversary, Fenariii!"

Jantung Findy seolah melambat. Apa katanya tadi?

"Hulu sia hurung! Jadian aja nggak pernah." Nggak salah, 'kan, jika Findy jawab seperti itu?

Kekehan terdengar dari seberang sana. Dalam hati Findy mencatat baik-baik suara tawa Abhu. Mungkin saja kedepannya ia tidak akan pernah mendengarnya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tertulis untuk Abahari [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang