05. Sebuah peringatan

63 38 0
                                    

KALO ADA TYPO/ KESALAHAN LAINNYA, TOLONG BANTU KOMEN, TERIMAKASIH♥
.
.
.

05. Sebuah peringatan

"Aku memilih mencintai. Jadi, jika nantinya ada sakit yang dirasa, biarkan itu menjadi tanggung jawabku sendiri. "

"Anasera, panggil Anas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anasera, panggil Anas." Gadis berbulu mata lentik dan pipi tirus itu menjabat tangan Findy. Definisi dari cewek aja suka, apalagi cowok.

"Findy," sahut Findy tersenyum sangat manis.

"Gue Alvanzi, panggil Alvan aja biar gak ribet." Lelaki dengan tubuh kekar itu mengajak Findy ber-tos ala pria—dengan cara mengepalkan jemarinya.

"Findy." Gadis itu kembali tersenyum.

Di dalam sebuah ruangan mereka berada. Ruangan yang tidak terlalu besar namun cukup lengkap isinya. Sepertinya ruangan yang sedang mereka pijaki ini memang sudah disetel khusus untuk acara.

"Jadi Ri, Anas sama Bang Panji ini kenalan Abhu yang pas itu 'ku ceritain. Mereka yang punya gedung ini. Bukan mereka, sih, tapi orang tuanya." Abhu menatap sekeliling ruangan ini, mengisyaratkan agar Findy juga ikut untuk melakukan hal yang sama.

Bukannya ikut menatap sekitar, Findy malah menatap Abhu. Ia salah fokus karena mendengar bahwa Abhu telah mengganti nama panggilannya. Ternyata, nama Fenari benar-benar resmi.

"Jadi, acaranya kapan, Fin?" Tanya Anas menghentikan lamunan Findy.

"Oh, secepatnya, Nas. Eh, tapi belum tahu kapannya, soalnya masih nyari tempat," jawab Findy dengan gugup. Pasalnya tadi ia sedang asik memerhatikan Abhu, tetapi malah diganggu. Abhu, Anas, dan Alvan menyadari pergerakan Findy, sangat jelas. Hal itu membuat mereka tersenyum dan saling pandang.

"Semua hari minggu dan tanggal merah mulai hari ini gue kosongin. Tentuin aja kapannya, Fin. Abhu bilang paling acaranya di hari libur, kan?" Ucap Alvin membuat Findy syok.

"Yaudah, lo pada bisa lihat-lihat dulu tempat ini. Gue masih ada urusan. Duluan ya." Alvin pamit pergi duluan.

"Silakan, Bhu, lo ajak Findy keliling aja." Anas mempersilakan Abhu dan Findy. Setelahnya ia menepi untuk duduk di salah satu bangku yang berjajar rapi dan fokus kepada ponselnya.

"Jadi biayanya berapa, Ri?" Findy mendekat dan agak berbisik kepada Abhu.

Abhu tertawa melihat raut Findy yang masih sangat tidak percaya itu. "Gratis, Ri."

"Kok bisa?" Jawaban dari Abhu tadi lebih membuatnya kaget.

"Dengan syarat, mereka mau gabung di Sahabatasi. Boleh, 'kan?" Abhu mulai berjalan perlahan.

Tertulis untuk Abahari [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang