Chapter 03

46 6 0
                                    

🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋

___

Raka
Pulang sekolah gue jemput.

Dita merebahkan kepalanya di atas meja, mood-nya mendadak buruk setelah menerima pesan dari cowok itu. Semalam mereka sempat bertukar nomer, itupun atas dasar paksaan dari Kirana dan Liana. Mereka bilang agar  Dita dan Raka mudah untuk saling berkomunikasi nantinya.

"Kenapa, ada masalah?" tanya Devan, saat ini mereka tengah berada dikantin.

"Gak ada, agak males aja. Lo bilang mau beliin gue mochi, kok gak ada?!"

Devan tergelak mendengar tagihan itu, tangannya terangkat mengusap lembut puncak kepala Dita. "Tadi pagi gue gak sempet beli, besok ya."

"Ck, lo mah gitu!"

"Iya gue minta maaf, apa mau nanti aja sepulang sekolah belinya?"

Dita menggeleng kecil, hari ini gadis itu tidak bisa pulang bersama Devan. Meskipun tidak yakin Raka akan datang menjemputnya, tapi tidak ada salahnya juga Dita antisipasi. Devan tidak boleh tau dulu tentang hubungannya bersama Raka, entahlah Dita hanya malas saja mengenalkannya pada Devan. Lagipula hubungan mereka belum tentu berjalan lama kan?

"Dita?"

Dita menoleh mendapati Gilang yang kini berdiri disampinya. "Iya Lang, Kenapa?"

"Hari ini lo free ngak?" tanyanya.

Dia pasti mau ngajak jalan lagi.

"Hari ini gue mau nemenin Mama keluar, jadi harus langsung balik. Lo mau ngajak pergi ya?" tanya Dita beralasan meski ada rasa bersalah karena selalu menolak ajakan cowok itu.

"Kemarin geu beli tiket konser, tadinya gue mau ngajak lo nonton. Tapi gapapa, kita bisa pergi lain kali."

"Sorry ya Lang, belakangan ini gue emang lagi gak bisa main keluar."

Ini untuk yang kesekian kalinya Gilang mengajaknya pergi, sudah sering cowok itu mengajak Dita jalan atau sekedar makan di kantin. Sesering itu juga Dita menolak ajakannya, buka apa-apa hanya saja Dita takut seperti memberi harapan pada cowok itu. Walaupun sebenarnya Dita sudah melakukannya, dengan gadis itu menerima setiap coklat yang Gilang bawakan saja itu sudah cukup dianggap lampu hijau.

"Gue harap besok-besok saat gue ngajak jalan, lo bisa ya Dit." pintanya terdengar memelas.

Devan yang sedari tadi menjadi penonton kini mulai berdecak malas, apa cowok itu tidak peka jika gadis yang berusaha didekatinya itu sebenarnya risih dengan kehadirannya.

"Lo boleh ngajak pergi, tapi jangan maksa. Jangan buat dia tertekan dan dengan terpaksa nerima ajakan lo!" ujar Devan yang sontak membuat Dita menoleh, tumben sahabatnya itu mau angkat bicara. Biasanya jika ada Gilang menghampiri Dita, Devan akan langsung sibuk dengan dunianya.

Terikat Janji (Dita&Raka) Dalam masa revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang