---
Dita keluar dari kamar sehabis merapikan baju juga barang-barangnya. Perutnya keroncongan minta di isi, niatnya Dita akan mencari sesuatu untuk dimasak. Setibanya didapur Dita malah mendapati Raka yang tengah menata beberapa hidangan di atas meja makan, satu alis Dita naik ke atas. Apa Raka yang memasak? Mustahil!
"Baru aja mau gue panggil, duduk." titah Raka menarik satu kursi yang ada disana untuk Dita duduk.
Dita menurut memperhatikan Raka yang mulai mengisi piringnya dengan nasi juga lauk. "Gue gak yakin ini bakalan enak, jadi lo masih bisa milih. Mau makan di luar?" tanya cowok itu penuh harap.
Dita menggembungkan pipinya menimang-nimang, sepertinya makan diluar jauh lebih baik. Makanannya sudah terjamin enak. "Kalo kita makan diluar, masakan lo ini gimana?"
"Bisa kita buang, atau kasih ke kucing nanti." kata Raka berniat mencari keresek. "Ambil jaket, gue beresin ini dulu. Lo tunggu aja di sofa," titahnya.
Dita menggeleng kecil, menepuk kursi disampinya meminta Raka agar segera duduk. "Ngapain makan di luar, lo udah berusaha buat masak ini semua. Makasih sebelumnya, harusnya ini tugas gue, malah lo yang kerjain."
Dita mengambil piring kosong lalu mulai mengisinya seperti yang Raka lakukan tadi. "Selamat makan, gue suka menu makan malamnya."
Raka menyunggingnkan senyumnya, sederhana tapi Raka senang. Kerja kerasnya dalam memasak ternyata dapat terbayar lunas. "Kalo ada yang kurang lo boleh koreksi, biar jadi_"
"Ini terlalu sempurna buat dikatain kurang, kalo gue boleh reting nih ya, dari 1 sampai 10 lo dapet 9!"
"Kenapa 9, gak 10 aja?" tanya Raka mulai tertarik mengikuti alur pembicaraan yang menurutnya sedikit randoom ini.
Dita menelan kunyahan dalam mulutnya sebelum menjawab, masakan Raka ini memang benar-benar enak. Mungkin Dita bisa memberinya nilai 100, tapi ia tidak akan melakukan itu. Yang ada nanti Raka jadi besar kepala. "Rating 10 itu cuma buat masakan gue!" sahut Dita percaya diri.
"Emang...bisa?"
Dita merotasikan bola matanya, apa semeragukan itu dirinya? Oke Dita akui, dirinya memang tidak begitu pandai dalam urusan dapur. Tapi belakangan ini Dita sering membatu Kirana memasak. "Lo ngeraguin gue?!"
Raka menggeleng, ia hanya sedikit terkejut. "Enggak, gue tunggu masakan lo kalo gitu. Pasti rasanya jauh lebih enak dari ini, kan?"
"Iya dong, besok kalo gak kesiangan gue buatin sarapan."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Janji (Dita&Raka) Dalam masa revisi
Teen FictionDita dan Raka dua remaja yang terpaksa menikah muda, karena terikat dengan janji yang dibuat oleh kakek meraka.