Chapter 10

38 6 0
                                    

🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌟

-

Raka keluar dari kelas bersama Gavin yang sejak pagi terus saja merecoki dirinya, dari bertanya bagaimana rasanya menikah muda? Apakah itu menyenangkan? Kira-kira lo kapan punya anak? Pertanyaan itu terus yang di tanyakan, jika bukan sepupu mungkin Raka sudah menyeretnya agar menjauh.

"Ka, lo mah diem-diem bae. Gak rame di ajakin gosip!" decak Gavin setibanya mereka di parkiran.

"Gue cowok!"

"Lah lo pikir gue apaan?! Cewek gitu?" tanya Gavin tidak terima.

Raka terkekeh, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Dita. Semoga saja perempuan itu menunggunya, karena setau Raka jam pulang sekolahnya lebih cepat dibanding sekolah Dita.

"Ka! Tanggapin gue elah!" gerutu Gavin menggoyang-goyang tangan kiri Raka yang bebas. "Harusnya lo ajak Dita biar pindah kesini, biar gue ada temen curhat buat gibahin lo."

"Boleh juga, nanti gue tanyain."

"Harus itu, emang lo gak takut bini lo di embat orang? Hati-hati Mas bro, apalagi Dita cantik. Mustahil sih kalo nggak ada yang naksir dia." ujar Gavin berniat memanas-manasi.

"Hm."

"Sok hm-hm lo, dalam hati ketar-ketir." ledek Gavin meninju lengan sepupunya itu.

"Gue cabut, lo pulang sana. Jangan keluyuran, nanti Tante Stevi nyariin."

"Iya, gue langsung pulang."

Setelah mengatakan itu Gavin menaiki motornya, Raka juga segera masuk kedalam mobil. Ia tidak boleh membuat Dita menunggu. "Duluan, Vin." pamit Raka menurunkan setengah kaca mobilnya.

"Oke!"

Raka mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, jarak Tri Sakti dan Wijaya itu lumayan jauh. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai kesana jika berkendara, tadi pagi saja Raka hampir terlambat karena mengerjai Dita dulu.

Ting!

Dita
Gue tunggu di halte, telat dikit gue kabur!

Raka terkekeh kecil lalu memasukan ponselnya kedalam saku jaket, sebelum keluar menghampiri perempuan yang duduk di kursi halte seorang diri. Dari wajahnya seperti tengah memikirkan sesuatu, apa ada yang terjadi di sekolah tadi?

"Lagi mikirin gue ya?" tanya Raka membuat Dita terjengkat.

"Ih lo bisa gak sih gak usah kayak setan, nongol sembarangan!" semprot Dita memukul lengan cowok itu dengan sekuat tenaga. "Kapan lo dateng? Jalan kaki?"

Terikat Janji (Dita&Raka) Dalam masa revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang