Part 3

62 7 2
                                    

Aku tau, kau membenciku, karena penampilanku yang seperti ini. Aku juga tahu kalo kamu hanya bisa menilai orang dari penampilannya saja.

3. Rapat Sekolah

Kini Marcellina sedang duduk diruang tamu bersama, dua orang berbeda gender itu, dan secangkir coklat panas yang sangat pas saat hujan pada malam hari.

“Kak, Aku mau, akses tentang diriku untuk ditutup semua, tanpa terkecuali! Aku hanya ingin bebas untuk beberapa tahun ini,” ucapnya, pada Alien.

Alien hanya mengangguk paham. “Udah, nanti Kaka tutup semua akses media sosial milik-mu.” Alien mematikan leptop miliknya, dan menatap Marcellina dengan intens.

“Dek, apa yakin? Berati kamu akan menghilang dari publik selama beberapa tahun ini?” tanya Alien, Marcellina hanya mengangguk mantap.

“Dan soal perusahaan tetap Aku pantau dari jarak jauh. Aku akan menutup akses mediaku selama Aku selesai SMK,”  jelas Marcellina.

“Baiklah, kakak akan turuti permintaan kamu. Apa malam ini kamu akan menginap disini?” tawar Alien. Marcellina hanya mengangguk.

***

Tepatnya di kediaman Albacete, kini kedua paruh baya sedang berbicara serius.

“Mas, bagimana? Apa kamu sudah menemukan putri kita?” tanya Nyonya Albacete.

“Belum. Aku belum bisa menemukannya, tapi mengenai informasi yang Mas temukan,  putri kita berada di negara kita. Indonesia, setelah kepulangan kita dari Jepang, Aku sedikit menemukan bukti-bukti itu,” jelas Tuan Albacete.

Nyonya Albacete hanya menunduk, sepertinya putri mereka akan sulit untuk ditemukan.

“Mas, besok ada rapat di sekolahnya Marshel, sekaligus ada pembahasan pembangunan gedung, apa kamu akan turun tangan. Setelah kita ke Jepang kamu jarang loh Mas! Gimana ikut yah!” pinta Nyonya Albacete.

“Baiklah. Sudah lama juga Aku tidak kesana! Aku jadi semakin penasaran kenapa pemilik yayasan, kenapa yang selalu muncul bukakan kah dirinya tapi tangan kanannya? Apa dia terlalu privasi sampai harus dirahasiakan?” jawabnya, sela dirinya terus berfikir kenapa ia sangat begitu penasaran dengan pemilik yayasan itu!

***

Kini beralih kepada Marcellina, yang sedang sibuk dengan berkasnya. Ia sudah ahli dalam bisnis walaupun tak Sejago Ayahnya, walaupun dia belum lulus SMK maupun kuliah.

Suara dentingan bolpoin menggema di meja dan ruangannya yang sepi, ia terlihat tenang, tapi masih saja ada yang mengganjal di lubuk hatinya.

“Huff!” Marcellina masih menatap beberapa berkas, yang belum ia selesaikan semalaman, sekarang sudah pukul 2 dini hari, dirinya masih dalam keadaan yang sama. Umpatan kecil tak sengaja ia ucapkan hanya karena frustrasi dirinya kumat, dan menjadi.

Marcellina memutuskan untuk segera melihat-lihat, dokumen dan tugas seta berkas-berkas penting yang telah dikerjakan oleh karyawannya.

***

Pagi, Marcellina terbangun sedikit telat dengan hari biasanya. Untung saja hari ini akan free class, karena akan ada rapat, dan semuanya wajib ikut, terutama siswa kelas XII, yang bulan depan akan melaksanakan kegiatan Try out pertama.

Hari ini Marcellina, sudah siap dengan pakaianya sekarang. Ia tidak memakai pakaian cupu miliknya, tapi lihatlah, dirinya memakai pakaian modis formal dan terkesan sedikit feminim.

Suara hing hels, yang dikenakan Marcellina menjadikan dirinya pusat perhatian di koridor SMK Bina Pertiwi.

Marcellina berjalan disamping Faisal, yang sedang kesusahan menyamankan kecepatannya dari sang bosnya itu. Perlahan Faisal mulai bernafas lega. “Akhirnya, susah juga nyamain langkah si bos, anjir!” ucapnya sedikit mengumpat dalam hatinya. Mana mungkin dirinya berani berbicara kasar didepan majikannya, walaupun dirinya lebih tua 5 tahun dari Marcellina.

Perubahan Gadis Cupu [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang