Waktu berlalu seakan begitu lambat. Mungkin karena tidak ada obrolan diantara Hoseok dan Taehyung yang hanya duduk diam didepan kap mobil yang diparkirkan di depan sungai Han. Hoseok sendiri bingung bagaimana caranya hendak pamit dan pulang kerumah, ia hanya sesekali menatap pada Taehyung yang hanya diam menatap kearah sungai Han.
"Sungai Han..."
Ucap Taehyung tiba - tiba, jelas membuat Hoseok terkejut.
"Sungai Han itu pernah menjadi saksi, jika aku pernah berusaha membunuh diriku sendiri," kata Taehyung.
Hoseok melebarkan mata, terkejut dengan pengakuan mengejutkan dari Taehyung. Ia yang biasanya cerewet, banyak bicara dan selalu penasaran akan banyak hal kali ini hanya diam. Menunggu Taehyung melanjutkan ucapannya atau kalau Taehyung tidak ingin melanjutkan ceritanya, dia hanya ingin bersama dengan laki - laki disampingnya ini.
"Aku datang dari desa dengan keluargaku ketika berusia 10 tahun," Taehyung melanjutkan ucapannya, "Ayah yang memiliki mimpi terlalu besar, menjual semua sawah dan perkebunan miliknya untuk modal usaha di ibukota. Siapa yang mengira mimpi besar itu terhempas begitu saja. Uang ayah habis, kami tinggal di rumah kecil yang sempit dan tidak layak. Namun harga diri seorang laki - laki masih saja harus tinggi. Ayah tetap berusaha memasukkanku ke sekolah terbaik di negeri ini, termasuk SMA Seungri. Dia berfikir jika aku bersekolah di sekolah terbaik maka suatu hari nanti nasibku juga akan membaik."
Hoseok mendekat pada Taehyung, ia tahu kemana arah cerita Taehyung tetapi ia memilih diam dan mendengarkan. Hoseok yang cerewet kali ini memilih untuk menjadi pendengar yang baik.
"Memang terbukti, aku kini memiliki perusahaan dengan omset trilyunan tiap bulannya," Taehyung tersenyum getir, "Mungkin karena ditempa di SMA Seungri. Dimana aku mendapatkan hinaan, makian, cacian, tidak jarang pukulan dan tendangan dari murid lainnya yang merasa hidup mereka lebih tinggi derajatnya hanya karena lahir sembari menggenggam sendok emas."
Hoseok menatap pada Taehyung dengan senyuman lembutnya, meski dengan keraguan, ia menggenggam lembut tangan Taehyung.
Kepala Taehyung menoleh, menatap pada paras manis Hoseok yang tercampur dengan sirat kekhawatiran dan kesedihan. Rasanya ia menyesal karena telah bercerita masalalunya yang menyedihkan, ia membuat luka di wajah manis Hoseok. Tangan kiri Taehyung yang tidak dipegang oleh Hoseok terjulur, mengelus lembut pada pipi gembul Hoseok.
"Jika ada yang menganggumu... menindasmu... menyakitimu... bilang padaku," kata Taehyung, "Aku tidak akan biarkan kau mengalami nasib sama sepertiku dulu."
Hoseok menggelengkan kepala, "Aku baik - baik saja Taehyung - ssi."
Taehyung merasa tidak yakin jika Hoseok benar - benar baik - baik saja, anak laki - laki ini sepertinya memang tidak sadar jika ia memberikan uang banyak pada Hoseok bukan hanya untuk menuntaskan hasratnya pada 'daging' kesukannya namun juga karena dia tidak ingin Hoseok ditindas.
"Boleh aku memelukmu Taehyung - ssi?" tanya Hoseok.
Taehyung hanya melebarkan matanya tanpa menjawab pertanyaan Hoseok.
Hoseok insiatif bergerak, memeluk tubuh Taehyung, "Mungkin tidak seberapa... tapi aku harap bisa sedikit menenangkanmu."
Taehyung menganggukkan kepalanya pelan. Matanya tidak lepas dari Hoseok yang mendekat dan mendekap lembut pada tubuhnya.
Hangat.
Taehyung merasa hangat.
Hoseok mengelus lembut pada punggung Taehyung, hingga ia kemudian merasakan tangan Taehyung balas memeluknya.
Hangat.
Hoseok merasa hangat.
@@@@@
Senyuman Hoseok tercipta begitu lebar, bukan hanya karena ini hari Sabtu, jatahnya untuk memasak di rumah Taehyung, tapi secara tidak sengaja ia melihat Jinyoung dan Hyunbin di kafe dekat supermarket tempatnya berbelanja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meat Love
FanfictionHoseok sudah beberapa minggu ini mendapat pekerjaan sambilan yang sangat menguntungkan. Ia hanya perlu memasak dan mendapatkan uang 1 juta tiap minggunya. Pekerjaan yang mudah dan seharusnya Hoseok mencurigai pekerjaan terlalu mudah ini. Hanya saja...