8. Sulit

221 58 10
                                    

Mata Hoseok terbuka perlahan. Pening dikepalanya sudah lebih baik, tidak seperti ketika ia terjatuh pingsan tadi, rasanya begitu menyakitkan sekaligus mengerikan. Mata Hoseok yang belum sepenuhnya terbuka dipaksa untuk membuka sepenuhnya ketika tiba - tiba saja ia mengingat kepala manusia yang ada di ruang penyimpanan makanan. Tubuhnya bangkit duduk dengan mendadak, membuat kepalanya terasa pening kembali. 

"Hoseok... jangan bangun dulu..."

Hoseok menolehkan kepala, menatap pada Taehyung yang ada dihadapannya, duduk di hadapannya dengan senyuman lebar. Hoseok menepis tangan Taehyung dan beranjak hendak turun dari ranjang. 

"Hoseok... Hoseok... Hoseok... aku mohon..." Taehyung bersimpuh dihadapan Hoseok, dengan cepat tangannya melingkar pada perut Hoseok, mendekapnya erat, menahan Hoseok agar tidak pergi dari hadapannya, "Aku mohon, biarkan aku menjelaskan kepadamu lebih dulu."

"Kau gila!! Jadi selama ini... aku memasak..." Hoseok tidak melanjutkan ucapannya. Terlalu mengerikan. Hoseok mendorong tubuh Taehyung hingga pelukannya terlepas, ia melangkahkan kakinya kembali namun Taehyung yang berdiri dengan cepat menahan kembali kepergiannya. 

"Apa kau benar - benar akan pergi begitu saja tanpa mendengarkan lebih dulu penjelasanku. Tanpa lebih dulu mengetahui apa penyebabku melakukan semua itu," Taehyung mengencangkan pegangannya pada tangan Hoseok, "Aku mencintaimu... aku ingin bersamamu meski aku tahu sulit."

Hoseok masih enggan untuk menatap kearah Taehyung, ia menghela nafas panjang. Haruskah ia memberikan kesempatan pada Taehyung untuk menjelaskan apa yang terjadi dimasalalunya. Atau dia pergi saja, meninggalkan Taehyung untuk selama - lamanya. 

"Hoseok..."

Suara berat Taehyung yang masuk kedalam telinga Hoseok membuat langkah kakinya benar - benar tertahan. Ia memberanikan diri menatap kearah Taehyung. Hoseok kalah. Ia akan memberikan kesempatan. 

Suara batuk dari tubuh kurus Taehyung terdengar begitu memilukan. Suara batuk yang lebih menyakitkan di telinga bahkan dari penderita TBC. Sekitar mulut Taehyung yang dipenuhi darahnya sendiri, mungkin itulah yang membuat batuknya semakin mengerikan. Taehyung tersedak darahnya sendiri. Darah yang keluar dari tendangan dan pukulan teman - teman sekelasnya sendiri. 

"Masih hidup juga kecoa ini..." 

Rambut Taehyung yang dijambak kebelakang membuat kepalanya mendongak paksa dan tatap matanya bertemu pandang dengan Baekho - sang ketua rombongan yang suka sekali menyiksanya. 

"Sudahlah Baekho, ayo tinggalkan dia..." ucap Minhyun yang mengibaskan tangannya yang terkena darah Taehyung, "Bosan aku."

Seringai Baekho tercipta lebar, "Untuk hari ini aku cukupkan sampai disini. Kita bertemu lagi kalau aku sudah dapat mainan menyenangkan ya...."

Taehyung merasa cukup lega ketika jambakan pada rambutnya dilepaskan dan teman - teman sekelasnya itu melangkah pergi dari hadapannya. Taehyung membaringkan pelan tubuhnya diatas tanah. Pada akhirnya seperti ini, ia selalu sendiri, berbaring di atas tanah dibelakang gedung olahraga SMA Seungri yang mewah namun sarat akan ketakutan dan kekhawatiran untuknya. Untuk murid - murid sepertinya yang terlahir miskin tanpa harta, tanpa sendok emas atau perak di tangan mereka.

@@@@@

Taehyung sama seperti korban penindasan lainnya. Serasa tidak bisa menghindari para penindasnya. Ia sudah berusaha pulang lebih awal, tetap ditemukan, dipukuli, dipermalukan. Ia berusaha pulang paling akhir, tetap ditemukan, ditendangi, dipermalukan. Sama seperti hari ini, Taehyung sudah berusaha sekuat tenaganya melawan para penindasnya yang membawa menuju ke sebuah gedung kosong di pinggir kota Seoul. Tapi tenaganya seakan menghilang, ia tidak bisa melawan dan pada akhirnya hanya pasrah diseret. 

Meat LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang