02. What is this?

248 26 3
                                    


Sesampainya di atas, Wooyoung langsung membawa San ke kamar untuk merebahkan badannya. Tidak lupa, ia membaca mantra sihir yang bertujuan agar siapapun tak bisa memasuki ruangan tersebut sembari meletakkan badan hyung-nya dengan perlahan keatas ranjang. Ia merasa sangat khawatir, karena bukan hanya sekali dua kali melihat San dipukuli. Luka bakar bekas timah panas kemarin saja belum kering dan hari ini San sudah mendapat "hadiah" baru. Kulit pipi sebelah kirinya robek, sekujur badannya penuh lebam dan ujung bibirnya juga terus mengeluarkan darah.

Walaupun Wooyoung juga bisa melarikan diri dari istana, ia tak akan melakukan hal itu. Meski melarikan diri, ia akan tetap berada di daerah kekuasaan ayahnya, Astmidite. Dan juga dia adalah seorang pangeran yang mempunyai kewajiban menjaga rakyat di negeri ini. Tindakan pengecut seperti itu mengingatkan nya pada seseorang yang begitu keras kepala. Wooyoung menghela napas panjang, ia mulai beranjak dan mengambil sebuah ramuan obat dan mengoleskan obat itu ke pipi hyung-nya.

"Maaf dari dulu aku hanya bisa berdiri di ujung ruangan tanpa berani membelamu, hyung. Aku hanya tak ingin memperkeruh suasana dan pada akhirnya aku melakukannya hari ini" ucapnya pelan penuh penyesalan. Wooyoung yang tak merasakan reaksi apapun dari San langsung menepuk pundak hyungnya dengan pelan.

"Hyung, apa kau bisa mendengarku??"

San mengernyitkan dahinya menahan sakit, ia terdiam sebentar mencoba membuka matanya perlahan tetapi rasa sakit yang diterima terlalu parah hingga ia bahkan tidak bisa merasakan badannya sendiri, mati rasa.

"Ah, maaf kau bilang apa? Telingaku agak berdengung" Wooyoung yang menerima telepati singkat itu tak bisa menahan air matanya lagi, ia menangis disana bagaikan seorang anak kecil berumur 5 tahun. San agak terkejut karena itu pertama kali seorang Jung Wooyoung menunjukan wajahnya yang sedang menangis tersedu-sedu. Adiknya yang ia kenal sangat pendiam dan tak pernah menunjukan emosi apapun padanya sejak kecil, entah karena ia memang tegar ataupun sebenarnya ia tak ingin membuat orang disekitarnya khawatir. San perlahan menarik tangan Wooyoung, mengikis jarak antara mereka lalu mengelus lembut rambut adik bungsunya itu.

"Hei, apa benar bocah ini bernama Jung Wooyoung? Sudahlah aku tak apa jadi jangan menangis lagi. Luka seperti ini tidak ada apa apanya saat aku masih memilikimu"

"Sial aku ingin tertawa tapi bibir dan pipiku terasa perih" ucap San lewat telepati yang sukses di hadiahi tatapan tajam oleh Wooyoung.

Setelah itu, Wooyoung hanya bisa memalingkan wajahnya karena merasa malu, tetapi tangannya tetap setia mengoleskan obat dan memberikan sihir regenerasi pada hyung-nya. San yang mengerti hanya tersenyum tipis dan mengusap punggung adiknya agar segera berhenti menangis. Jujur saja, San tidak tega jika melihat adiknya menangis apalagi karena dirinya.

.

Setelah selesai mengobati selama beberapa menit, Wooyoung mengusap air matanya dan duduk termenung sambil memainkan jarinya untuk sesaat.

"Maafkan aku hyung, aku sunggguh menyesal tak kembali lebih awal karena berhari-hari mencari Mingi-hyung.."

"Tak perlu meminta maaf, aku bersyukur memiliki adik sepertimu yang selalu menjaga kami"

"Dan aku lega karena ini pertama kalinya kau berani untuk membelaku yang bodoh ini" lanjutnya.

.

.

.

.


FOREST 16.48

"Hei, apa yang kau lakukan disini?!"

Seorang pemuda yang terlihat lebih muda darinya menodongkan sebuah pedang ke depan wajah tampan seorang Song Mingi. Ia yang awalnya berniat untuk melewati bocah itu mengurungkan langkahnya saat melihat barrier yang sangat kuat di hadapannya. Energi yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya. Karena barrier itu berwarna transparan ia bisa melihat ada sebuah kerajaan yang sangat besar dan indah didalamnya.

Bloody Moon | Minyun | ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang