04. 해변

206 26 14
                                        

DIA ADALAH LUKA

YANG SELALU KURINDUKAN

.

.

Yunho hanya terdiam menatap pemuda itu sekilas lalu memejamkan mata menikmati sunyinya laut dan desiran ombak yang menenangnya. Sejenak Yunho berpikir apa yang dilakukan pemuda ini disini. Tapi setelah melihat raut wajahnya, mungkin dia juga ingin meluapkan kegelisahan. Yunho menghela nafas pendek lalu berusaha menemani pria tanpa nama ini, sepertinya dia kesepian dan begitu rapuh. Ya, dimatanya ia terlihat begitu.


"Lalu apakah saat ia tiada, kau baru menyesali kepergiannya?" Yunho angkat bicara setelah beberapa menit terdiam, termenung dengan netra yang kosong menatap laut.


"Aku sangat merindukannya, sangat amat merindukannya" pemuda yang terduduk disampingnya ini berhenti memainkan pasir lalu menatap langit malam dengan sorot sendu.


"tetapi aku juga harus menjaga sesuatu yang ia percayakan padaku, jadi tidak boleh ada penyesalan. Kini yang bisa kulakukan hanyalah mencari reinkarnasinya tanpa arah" Ucapnya dengan kalut, wajah tampannya pun terlihat sayu. Yunho terdiam, berpikir untuk merangkai kata apa yang cocok untuk menghibur pemuda itu. Tetapi Yunho sendiripun memang tak begitu mengerti akan perasaan cinta karena Seonghwa selalu memberikan kasih sayang yang cukup untuknya dan para saudara saudaranya di Acacia.

"Hei, perasaan cinta dan kasih sayang apakah sama?" Kini Yunho benar-benar penasaran akan rasa cinta setelah mendengar kisahnya.

Pemuda tersebut tersenyum kecil

"Terlihat sama namun berbeda. Cinta adalah rasa yang mungkin beberapa tingkat diatas rasa kasih sayang, karena kau akan rela mengorbankan apapun demi orang yang kau cintai"

"Rindu ini terus menikamku, bahkan rasanya lebih buruk daripada kematian"


"Haruskah aku melakukan itu?" gumamnya dalam hati.

Yunho segera menggelengkan kepalanya kemudian perlahan membuka mata, menampakkan manik mata seindah kristal berwarna biru laut. Manik itu menatap dalam netra pemuda itu. Jemarinya mulai mengelus rambutnya dengan lembut. Jujur, pemuda tersebut sempat terpana dengan kecantikan Yunho. Netra membuatnya terhanyut pada ketenangan yang secara tak langsung dirasakannya. Tak sadar beberapa menit mereka terdiam pada posisi tersebut dan akhirnya Yunho bergumam kecil sambil menangkup wajah pemuda itu.


"Kau tidak membunuhnya kan? Jangan menganggap dirimu seburuk itu. Gadis itu akan sedih jika kau begini"

"Dan juga sepertinya dia bahkan masih menunggu sang pangeran untuk menjemputnya, teruslah mencarinya dan kutukan itu akan hilang"


DEG!

"Bagaimana kau tau..?" Ucapnya gemetar. Pemuda terkejut bukan main, jantungnya bahkan terasa berhenti berdegup. Yunho hanya tersenyum simpul, setelahnya tatapan pemuda bertubuh tinggi itu menjadi kosong dan badannya pun ingin ambruk tanda tak sadarkan diri.


"HEI KAU!" Dengan sigap ia menangkap bahu Yunho agar tidak terjatuh ke pasir dan perlahan memangku kepala Yunho ke tangannya. Pemuda tanpa nama itu meracau dalam hati.

"ARRGH SIALAN!!" Sungguh hari ini begitu melelahkan bagi pemuda itu. Semua seperti pecahan kaca yang harus ia kumpulkan satu persatu.

.

.

"Maaf aku lupa mengabarimu. Kau ada dimana?" Tanpa permisi, suara yang tak asing menyusup kedalam telinganya. Sebuah telepati.


"Pantai" sahutnya singkat


"Kau disana lagi? Aku bahkan sudah bosan mendengarmu mengunjungi tempat itu"


"Jangan banyak bicara, Hyung. Ada apa?" ucapnya gusar


"Appa sedang tidak berada di kerajaan. Jika mau, kau bisa tinggal disini selama beberapa minggu"


"Apakah kau dipukuli lagi ?"


Hyung-nya itu terdiam beberapa saat .

"Aku baik baik saja, jadi kemarilah. Adik bungsumu itu terus merengek kepadaku agar kita dapat berkumpul kembali."


"Kau sungguh tak pandai menyembunyikan sesuatu, tapi baiklah" Tanpa ia sadari, hyung-nya sedang tersenyum gembira saat ini.


"Ah, apakah aku bisa membawa seseorang untuk tinggal disana?" Menurutnya pemuda yang kini masih tertidur lelap di tangannya ini adalah salah satu kunci untuk menemukan kekasihnya, entah mengapa ia berfirasat seperti itu.


"Hei Song Mingi, Kau ingin membawa siapa?"


"Hanya seorang--- UKH!"


Nafasnya tercekat, tangan kanannya meremas dada karena jantungnya terasa sangat sakit. Ia mencoba untuk tetap mengatur oksigen yang masuk ke paru-parunya agar tetap terjaga. Suara lolongan serigala mulai memekakkan telinga. Sudah hampir tepat tengah malam dan Mingi melupakan bahwa hari ini bulan purnama akan muncul. Ia mengumpat dalam hati, bagaimana bisa ia melupakan hari ini?


"Hei, ada apa?! apakah kau mendengarku?" Ucap hyungnya khawatir.


Mingi dengan cekatan membopong tubuh Yunho dan menyenderkannya di bawah pohon, ia ingin berdiri dan menjauh meninggalkan Yunho disana agar tak terjadi sesuatu yang berbahaya tetapi tenaganya telah terkuras habis. Ia melihat sekujur tangannya sudah dipenuhi dengan garis-garis berwarna ungu pekat didalam pembuluh darahnya. Kutukan itu mulai menjalari tubuhnya. Pikirannya mulai tak terkedali.


"SADARLAH, SONG MINGI!!"


Malam yang seperti neraka akan dimulai.

.

.

.

.

Bloody Moon | Minyun | ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang