Setelah melewati rintangan yang cukup sulit, akhirnya mereka dapat menapakkan kaki di negeri Astmidite. Aura dingin mulai menerpa kulit mereka, dingin yang begitu menusuk hingga terasa sesak. Sesekali para fairy itu terbatuk menghadapi perbedaan ekstrim dari kedua negeri tersebut. Seonghwa terus menuntun mereka didepan, ia menggunakan insting untuk menemukan jejak dari pangerannya.
"Bagaimana bisa para vampire itu hidup disini? Nafasku bahkan masih terasa sesak" ucap Yeosang. Terlihat alisnya mengerut menahan sakit di tenggorokannya.
"Sudahlah, kau tidak akan mati hanya karena sakit seperti itu bukan?" Ucap Minghao sambil menyenggol pundak si pangeran pirang tersebut.
"Mati? tidak ada yang lebih baik dariku dalam hal bertahan hidup"
Pemuda yang lebih pendek darinya itu menyeringai kecil sambil menggelengkan kepalanya. Minghao-pun ikut tersenyum, tetapi hal itu tidak mengurangi sedikitpun kewaspadaan mereka.Sepoi angin malam mulai berhembus semakin kencang. Instingnya menuntun mereka ke arah mata air itu, tampak dengan sangat jelas kilauan dari pantulan cahaya bulan didepan sana. Seonghwa menatap kosong jernih air tersebut sesekali menyentuhnya. Yeosang yang memerhatikan itu tidak mengerti apa makna yang tersirat dari raut wajah Bagindanya, tetapi ia dapat merasakan bahwa..
"Sesuatu yang besar sedang menanti kita didepan"
.
.
.
.
."Hei apa kau mendengarnya?"
Seonghwa meletakkan telunjuknya didepan mulut tanda diam. Suara tapak kuda yang begitu jelas di telinga mereka itu terasa semakin dekat.
Saat hendak bersembunyi dan menjauh, ratusan bebatuan berapi melesat ke arah mereka. Dengan cekatan, Seonghwa dan Minghao berhasil menangkisnya walau sedikit kewalahan. Percikan dari api hitam itu sedikit membakar pakaian mereka. Deru detak jantung yang kian berdegup kencang memecah kesunyian yang terasa. Sial, apakah mereka ketahuan?
"Haha, refleks yang bagus!" Suara tawa khas dari seorang pria berkuda memuji mereka dari kejauhan. Kabut yang tebal itu sukses menghalangi penglihatan. Seonghwa menatap siluet itu dengan tajam dan berusaha melindungi para fairy-nya didepan.
Mereka bertiga berusaha untuk santai dan tidak terlihat mencurigakan hingga sosok vampire itu terlihat dan tak terhalang lagi oleh kabut.
"Tidak perlu bertingkah seolah olah kalian adalah makhluk kotor seperti kami" Manik mata vampire itu masih terpaku pada tangannya sendiri, jemari itu masih memain mainkan sihir.
"Siapa kau?"
"Aneh jika kalian tidak mengenalku"
DEG!
"Ya~ aku kesini hanya untuk bersenang senang. Maukah kalian ikut bersamaku?" Perlahan kaki dari vampire itu beranjak mendekati mereka.
"Jika tidak.. maka kalian akan mati" Dengan enteng ia menjentikkan jarinya dan menyerang Minghao sebagai tanda peringatan. Seketika auranya menjadi begitu mencekam dan berat, tawa yang tadinya sebuah candaan menjadi nada ancaman.
Minghao mengernyitkan alisnya, lengannya sedikit terbakar dan lukanya terasa perih dan panas
"Baginda.. bekas luka itu.." Yeosang angkat bicara. Seonghwa mengamatinya dan ia tersadar bahwa bekas luka tersebut sama seperti luka bakar yang melukai putra bungsunya hingga hampir di ambang kematian. hal itu membuatnya terlihat murka, sangat.
"Aku tidak takut akan kematian, brengsek" Seonghwa menghentakkan tongkatnya di atas tanah lalu mulai merapalkan mantra.
Yeosang dan Minghao terkejut bukan main mendengar itu. Beberapa detik mereka memandang satu sama lain lalu segera mengambil posisi siaga untuk menyerang. Semburat merah terlihat di udara, baru kali ini mereka merasakan aura sekuat ini dari pemimpin mereka. Minghao menepuk pundak Yeosang memintanya untuk minggir.
"Hei *archer, kau bertanggung jawab atas serangan jarak jauh" Ucapnya sambil melesat dengan sangat cepat mencari titik buta yang pas untuk menyerang.
*sebutan untuk para pemanah
Yeosang membalas dengan anggukan, ia secepat mungkin menaiki tebing dan mengganti panahnya dengan yang biasa ia gunakan. Mencari arah mata angin yang pas untuk membidik.
Vampire itu tertawa kencang hingga terbahak-bahak. Tangannya menutupi setengah wajahnya dan matanya terbelalak menahan geli yang tak tertahankan.
"Bagus! bagus! si brengsek ini menginginkan kalian! terutama kau, mau hidup ataupun mati." telunjuk pemuda itu mengacung pada Seonghwa.
"Sebaiknya kau jangan meremehkan kami!" Ucap Minghao penuh penekanan.
--TAK!
Minghao menyerang vampire tersebut dengan melempar banyak kunai beracun. Senjata tersebut berukuran kecil namun lumayan panjang, sangat cocok untuk menyerang jarak jauh maupun dekat.
Dengan bodohnya vampire itu tidak beranjak dari tempatnya berdiri, seluruh tubuhnya sudah tertancap. Namun, lagi lagi ia hanya tertawa dan mencabut benda tersebut dengan santai. Darah mengucur deras dari badannya, menggumpal.
"Hei.. seluruh tubuhku ini terbuat dari racun, bodoh." Vampire tersebut membuka lebar telapak tangannya, mengeluarkan sihir darah hitam yang begitu pekat.
"MINGHAO HYUNG, AWAS!"
Dengan sigap, Seonghwa membuat lingkaran sihir dibawah kakinya, membentuk barrier yang melindungi tubuh fairynya serangan fatal. Dengan sihirnya, Yeosang menarik paksa Minghao menjauh dari area hitam tersebut dan memasuki barrier.
"Ω μεγάλες ψυχές, προστατέψτε μας!"
Manik itu menyalang didalam gelap, memperlihatkan cahaya yang begitu menyilaukan dari sihirnya.
"KAU TIDAK AKAN PERNAH BISA MELUKAI ANAK ANAKKU LAGI!!"
Suara nyaring ledakan yang beradu kini sudah tak terhenti. Tanah yang mereka pijak bahkan sudah menjadi lautan api. Retakan yang ada pada ibu pertiwi menjadi pertanda betapa hancurnya hati seorang Seonghwa malam ini.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Moon | Minyun | ATEEZ
Fanfic{Update Setiap Minggu} Song Mingi, the second Prince of the Astmidite kingdom who for hundreds of years wandered to find the reincarnation of his "mate" all other feelings mixed up, how does he deal with his family and his love? this makes him compl...