Pengalaman Pertama

4.2K 22 0
                                    

Seraya mendengar ijab diucapkan Abi, akupun berjalan menuju tempat duduk umi dan menarik tangannya, dan aku bergegas menjauhi krumunan acara.

Umiku seperti mayat hidup, tanpa ekspresi, diam, melihatku dengan tatapan mata kosong. Beliau begitu tegar dan kuat, mengikhlaskan suaminya menikah dengan wanita yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri.

Pernah suatu hari Aku mendesak beliau untuk menceraikan Abi, jawaban umi singkat
" Umi masih sangat mencintai Abi"
Mataku terbelalak mendengar kalimat tersebut. Hatiku sakit dikuasai kebencian, ketidak percayaan dan kekecewaan yang mendalam. Semenjak saat itu, aku sudah tidak percaya cinta, tidak percaya ketulusan laki-laki dan timbul kebencian dengan pernikahan.

"Kalau hanya ingin merasakan kenikmatan seks,kenapa kita harus berkomitmen dengan pernikahan?!!"

Menikah hanya membebani wanita dengan banyak kewajiban, kewajiban menyenangkan suami, melayani suami, merawat anak, dan berbaur dengan mertua yang terkadang kita lebih memberikan waktu dan perhatian ke mereka dari pada orang tua sendiri karena tuntutan budaya.

Dan setelah semua dilalui dengan sangat berat, sang suami menikah lagi dengan wanita lain dengan alasan "menolong".

"Persetan dengan pernikahan!!" Ucapku dalam hati
Ingin rasanya aku membunuh diriku sendiri agar rasa sakit di hati menghilang. Dadaku sesak dan pikiranku kalut. Aku ingin lari, ingin pergi, ingin menghilang.
Pernah di satu waktu saat mengendarai motor dan melewati rel kereta api, terlintas fikiran ingin kuberhentikan laju motorku di tengah rel agar badanku terlindas kereta. Tapi fikiran itu oudar saat aku mengingat Umiku, aku harus kuat untuk beliau.
———
Suara klakson kendaraan berdengung kencang di perlintasan jalan kota tua. Setelah aku turun dari taxi, akupun berjalan masuk sambil melihat sekeliling ruangan. Terlihat sesosok pria berkaca mata melihatku dan tersenyum.

Jantungku berdegup kencang, ketakutan menyeruak disekujur tubuhku dan keraguan mulai membayang2i keputusanku untuk melepaskan keperawananku.

"Hai om.."
sapaku sambil tersenyum kikuk

Dia membalas senyumku dan mempersilahkanku duduk.

"Mau pesan apa?suka kopi engga?" Tanyanya.

Aku mengangguk dan menunjuk salah satu kopi favoritku, hazelnute latte ice.
Diapun memberi kode kepada pramusaji untuk segera melayani kami.

Aku tertunduk, aku takut, keberanianku seolah sirna, tidak ada kata-kata yang terlontar di mulutku sama sekali, seolah-olah malam itu aku berubah seperti si bisu.

Dia tersenyum
"Sayang takut??" Tanyanya lirih

"Hmmmmmm, iya om, ini pertama kali" jawabku sambil menunduk malu

"Jangan panggil saya om, panggil pak saja, ini juga pertama kali saya mencoba, makanya saya request yang perawan, tapi betul kamu masih perawan kan? jangan tipu-tipu saya, saya sudah bayar mahal!"

"Iya pak, saya masih perawan" jawabku gemetar

"Ok, nanti kita ngobrol lebih intens di hotel" katanya sambil menikmati secangkir cappucino panas.

Dia memperkenalkan dirinya dengan nama Ponco, ini pertama aku menerima BO dan ternyata dia juga pertama kali mencoba jasa ini. Awalnya obrolan begitu kaku tapi lama-kelamaan mencair. Kita sama-sama pecinra kopi, penikmat kopi dan pengagum kopi.

Dia bercerita tentang pengalamannya berkeliling Indonesia hanya untuk mencicipi kopi. Aku mah cuma pecinta kopi ala kadarnya,tidak se serius itu.
——
Aku duduk mematung di sofa sambil melihat pemandangan malam yang dihiasi rintik hujan dari kaca jendela kamar.
Aku segera mengambil lingery yang sudah disiapkan Pak Ponco dan bergegas memakainya. Dia ingin semua nampak natural seperti adegan malam pertama.

Kulepaskan satu persatu baju yang kupakai dan kuganti dengan Lingery warna maroon yang nampak seksi dan menggoda.

Ku oleskan lotion ke seluruh tubuhku, kusemprot parfum dan ku sisir rambutku agar tetap kelihatan rapih.
Tiba-tiba kecupan kecil mendarat di punggungku di barengi pelukan hangat dari belakang. Pak Ponco mengecup telingaku, leherku, dan turun ke bahuku. Tubuhku menggelinjang, badanku sontak menegang dan birahiku mulai terbakar.

Dia membopongku dan merebahkan badanku di atas tempat tidur. Bibirnya menyentuh bibirku, mengecupku dengan lembut, seraya tangannya membelai lembut rembutku. Dia berhenti sejenak, merebahkan tubuhnya di sampingku dan memelukku.
"Jangan takut ya, Bapak akan memperlakukanmu dengan lembut." Kata Pak Ponco

"Iya pak,Awalnya Nara takut, takut dapat pelanggan pertama yang kasar,takut disuruh aneh-aneh." jawabku sambil menunduk malu

Pak Ponco mengecup pipiku, telingaku dan tangannyapun perlahan mulai bergerilya di pahaku.

"Aku ingin merasakan berhubungan seks dengan perawan, karena aku tidak pernah merasakan itu dengan istriku." Bisik Pak Ponco padaku.
——

Dua KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang