Kamu

2.8K 21 0
                                    

Dia tersenyum manis sambil menyodorkan kartu ATM ke arahku. Kutundukkan pandanganku sambil meraihnya, aku berharap karena hijabku dia tidak mengenalku, aku berharap dia lupa padaku, dan aku berharap kita tidak akan pernah bertemu lagi.
"Mba namanya siapa?" Kata pria tersebut
"Hmmmm Liana Pak," jawabku singkat sambil melontarkan sedikit senyum.
Buru-buru aku memproses pembayaran non tunai, dan mungkin saat ini alam sedang tidak mendukungku karena secara tiba-tiba mesin EDC nga offline.
"Njir, jangan offline dong,plisss!!" Teriakku dalam hati.

Kucoba deep beberapa kartu ATM tersebut ke mesin EDC tapi selalu gagal.  Pria tersebut tersenyum seperti menertawakanku, seperti bahagia melihat gerak geriku yang terlihat gugup.

"Mohon maaf Pak, EDC kami sedang gangguan, pembayarannya bisa dialihkan lewat Scan Qris atau tunai saja?" Kataku pada pria tersebut

Kulihat dia mengeluarkan handphone dari sakunya dan mulai mengarahkannya ke papan barkot tepat depanku.

"Berhasil ya mba, bukti saya kirim kemana?" Kata pria tersebut
"Bisa dikirim via whatsapp toko kami" jawabku sambil meyodorkan kartu nama toko.
"Saya kirim ke nomor mbaknya boleh?"

Aku tersontak, mencari jawaban penolakan yang sekiranya tidak menyinggung beliau. Aku panik, kulirik ekspresi wanita yang ada disamping pria itu  seperti keheranan.

"Ya Tuhan, gimana ini???apakah aku harus memberikan nomor whatsappku?atau tidak usah?kalau tidak usah alasan yang tepat apa?"

Setelah dengan proses memantapkan hati sepenuhnya dan Dengan  banyak pertimbangan akibat baik buruknya, akhirnya aku menyerah, aku menulis nomor hp ku di secarik kertas dan menyerahkannya ke pria tersebut. Seketika dia terlihat seumringah dan bersemangat.

"Segera saya kirim buktinya ya mba" kata pria tersebut sambil berlalu meninggalkanku duduk tertegun kehabisan akal dan kata-kata. Aku berharap kertas itu hilang atau raib di tiup angin.

Tiba-tiba terdengar hp ku berbunyi, terlihat notifikasi whatsapp masuk, kubuka, dan hal yang tidak kuharapkan terjadi, pria tersebut mengirimkan bukti pembayaran dengan bonus emoticon senyum dan kalimat
"Lama sekali aku mencarimu"
Perasaanku saat ini antara malu dan terharu.

Kubuka foto profilnya, dia berdiri menyamping tanpa melihat kamera dengan latar pantai biru dan ber awan. Dia terlihat gagah diusianya yang tidak lagi muda dan nampak tampan dan matang.
kubaca dalam hati nama di dalam profil whatsappnya , "Aris Prayogo" .
Akhirnya aku tau nama asli pria yang memerawaniku.
Setelah sekian tahun tidak bertemu, dia muncul tiba-tiba tanpa ada isyarat dan pertanda.
Dulu, dia hanya memesanku sekali dan setelah itu dia tidak ada kabar seperti hilang ditelan bumi.
———-

Minggu pagi yang cerah, kuayunkan sepeda berkeliling komplek menghirup udara segar sembari berolahraga.

Aku harus menjaga badanku agar tetap bugar, dan merawat badanku agar tetap menarik. Setelah lulus kuliah, aku hanya mengambil job sesekali dan hanya melayani pelanggan-pelanggan lama (pelanggan prioritas). Tentu saja pelanggan itu kupilih-pilih yang sekiranya sesuai dengan mood ku. Agak berlebihan memang, tapi itu akan menaikkan tarif layananku dibandingkan jika aku mau melayani banyak pelanggan.

Akhirnya aku harus melewati rumah yang paling tidak ingjn aq lewati, rumah istri muda Abi ku. Tapi apa daya, rumahnya ada di komplek utama dan setiap berkeliling memang harus melewati rumahnya.

"Semoga Abi tidak melihatku" bisikku dalam hati

Aku pun mengayunkan sepeda dengan santai dan enggan menoleh ke rumah tersebut.

Alangkah terkejutnya saat anak balita tiba-tiba muncul berlari mengejar bola yang menggelinding ke arah jalan. Spontanitas aku menarik rem dan turun dari sepeda. Aku kaget, ingin marah tapi dia hanya anak-anak.

Dia menangis karena kaget, ku dekati dia sembari kuambil bola yang dia kejar. Ku belaj rambutnya, kugendong dan ku antarkan dia kedalam rumah. Dia Elly, adik tiriku,,

Akupun masuk ke rumah,
"Assalamualaikum"
Hening tidak ada jawaban

Tangisan Elly mulai berhenti, kepalanya di senderkan ke dadaku dan tangannya memegang bola sangat erat, mungkin dia takut bolanya menggelinding lagi.

Aku seperti flash back di kejadian beberapa tahun yang lalu, saat aku ridak sengaja melihat Niti bersetubuh dengan laki-laki asing di kamarku.

Jantungku mulai berdegup agak kencang, aku ingin berhenti melangkah, tapi aku dikuasai rasa penasaran.

Kuberanikan diri mendekati kamar utama, kulihat kedalam, tidak ada siapa-siapa.

Aku semakin penasaran, kemana Niti??kemana dia sampai tega meninggalkan Elly bermain sendiri?
Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi, aku melangkah pelan, kupeluk erat Ely dan kuisyaratkan dia untuk tetap tenang. Pintu kamar mandi terlihat sedikit terbuka, kuintip dan terlihat Niti yang telanjang sedang asyik berendam di dalam bath up, bernyanyi-nyanyi kecil sambil meremas-remas payudaranya sendiri.
Awalnya aku merasa itu biasa saja, tapi setelah kucermati ada hal yang aneh, dia tertawa-tawa kecil, sesekali dia bicara dengan nada manja. Kugeser pintu dan memperluas pandanganku, aku terkejut melihat Niti bertelanjang ria didepan HP yang sepertinya memang sengaja di pasang tepat di depan badannya.

Ku balikkan badan ely, agar anak kecil itu tidak melihat apa yang dilakukan ibunya. Aku semakin penasaran, kufokuskan pandanganku ke layar HP, sepertinya dia sedang live, entahlah yang pasti sepertinya dia menikmatinya.
"Mama..." Teriak Ely.
Aku kaget dan
spontan kuletakkan balita itu diatas tempat tidur dan segera berlari keluar rumah, kuraih sepeda dan ku kayuh sekencang-kencangnya menjauhi rumah Niti.
Dalam hatiku berkecamuk, inginku maki dan kuhina wanita murahan itu, tapi aku merasa tidak layak melakukannya, karena aku sendiri juga pelacur.
——
Bunyi notifikasi grup Whatsapp terdengar nyaring, saling bersahut-sahutan. Aku penasaran, segera kubuka dan kubaca.
Dari grup KKN yang sudah lama sekali tidak ada obrolan tiba-tiba ramai. Kulihat gambar yang dikirim Ines, seperti undangan pernikahan, kubaca dengan teliti isinya,

"Anjir,, serius Ines mau kawin sama Wawan??? Cinlok kah mereka??? Kenapa aku tidak tau kalau mereka cinlok??kok bisa??!!"

Aku masih tidak percaya dengan isi undangan tersebut, atau mungkin ini hanya undangan bohongan agar kami kumpul lagi? Aku langsung menelpon Ines untuk memastikannya lagi.

"Halo Nes, itu bener yang di grup,kamu mau kawin sama wawan?" Tanyaku tanpa ba bi bu

Kudengar Ines menjawabnya dengan tertawa terbahak-bahak
"Hahahaha aku sendiri juga kagak percaya Na, tapi gimana lagi, udah ada jabang bayi dalam perut ini.. hahahaha!"
———

Dua KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang