Ombak Pasang

3.2K 27 0
                                    

Tangan Pak Ponco mulai menggerayangi isi celana dalamku, jari jemarinya memainkan klitoris dan mengusap-usap kemaluanku.  Tubuhku menggelinjang, cairan kental mulai keluar dari vaginaku dibarengi dengan erangan kenikmatan serta nafas yang mendesah tak beraturan.

Celana dalamku di tarik kebawah, dilepas dan yang membuat aku kaget, tiba-tiba Pak Ponco membuka selangkanganku.
"Ahhh!!"Teriakku lirih manja

"Tidak boleh malu, malam ini vaginamu sepenuhnya milik Bapak!!" Kata Pak ponco sembari menatapku dengan tatapan menggoda.
Diapun mulai memainkan klitorisku dengan lidahnya dan sesekali memasukannya ke liang vaginaku.
Aku semakin terangsang, dan tanpa sadar aku memegang kepala, menjambak rambut Pak Ponco, seolah-olah aku seperti mengarahkan jilatannya tepat di lokasi yang paling kunikmati.
"Aaahhh, terus Pak enak,,hmmmmhhh"

Semakin aku mengerang, Pak Ponco semakin bersemangat.
Aku merasa lendir yang keluar dari vaginaku semakin membanjiri selangkangan, ku tarik kepala Pak Ponco dan akupun memberi kode kalau aku siap di setubuhi.
Dia menindihku, mencium keningku, melumat bibirku sambil mengarahkan penisnya di kemaluanku. Aku memejamkan mata, menahan nafas dan bersiap untuk merasakan sakit.

"Tahan ya,mungkin nanti agak sakit" kata Pak Ponco sambil membelai rambutku.

Pelan-pelan dia memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, semakin ke dalam rasanya semakin sakit dan perih.

"Ahh,perih pak!!"
Sambil merintih, tanpa sadar aku memundurkan pinggulku untuk menghalangi dia memasukkan penisnya lebih dalam.
Direngkuhnya pantatku dengan sigap dia menekan maju agar penisnya bisa leluasa masuk lebih dalam dan menyentuh dinding rahimku.
Aku mengeluh perih diimbangi desahan kenikmatan.
———

Siang begitu terik, antrian pelanggan yang ingin makan siang semakin membludag. Aku duduk santai di meja kasir sambil bermain handphone.

Sesekali aku membuka obrolan grup di whatsapp, sesekali juga aku membuka instagram dan tik tok sekedar hanya ingin melihat vedeo-vedeo konyol yang membuatku tertawa sendiri.

Hampir 2 bulan setelah wisuda aku membantu usaha kuliner orang tuaku. Dulu hanya warung kecil di garasi rumah, sekarang sudah mempunyai 3 cabang di beberapa jalan di kota tempatku tinggal.

Sesekali aku berjaga di cabang 1 yaitu dirumahku sendiri, terkadang di cabang ke 2 dan sesekali pula aku berjaga di cabang ke 3.

Cabang ke 3 terletak di pujasera berdekatan dengan kawasan perkantoran. Jadi setiap jam 12 siang para karyawan-karyawan tersebut mulai mengantri untuk makan di rumah makan kami, seperti siang ini.
Datanglah seorang wanita menghampiriku, dia nampak cantik, rapi, memakai seragam salah satu bank swasta terkenal.

"Meja berapa kak?" Tanyaku

"Meja 25" jawabnya singkat dan acuh tak acuh sambil membuka tas dan mecari dompetnya.

Aku mengulangi menu yang dia pesan dan menyebutkan jumlah pembayaran.

Terlihat ekspresi kaget di wajah wanita itu
"Anjir, dompet gue ketinggalan di kantor!!!"

"Tenang kak,untuk pembayaran bisa non tunai, bisa scan Qris, pakai OVO atau shopepay juga bisa"  jawabku memberikan solusi sambil tersenyum ramah.

Bergegas dia mengambil handphone di dalam tas. Tiba-tiba sesosok pria paruh baya berpakaian senada menghampiri wanita itu.

"Kok lama kenapa Nis? Ada masalah?" Tanya pria tersebut.

"Engga papa Pak, mmmm dompet Anis ketinggalan di meja, tapi ga masalah kok, bayarnya bisa non tunai." Jawab wanita itu dengan ekspresi sedikit takut dan terbata-bata.

"Iya Pak, non tunai lebih praktis" jawabku sambil   menatap pria tersebut lebih dekat dan intens.

Aku sontak terkejut, jantungku tiba-tiba bedegup sangat cepat, dunia seperti berhenti berputar, kami saling memandang terpaku.

Pria yang berdiri didepanku adalah pelangganku.

Dua KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang