OLT 3

2K 167 9
                                    

.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Jay dan Jeongwoo berjalan beriringan di koridor rumah sakit, setelah menjenguk ayahnya yang dirawat intensif Jeongwoo merasa dunianya lagi-lagi terasa runtuh. Jay yang paham kondisi merangkul lengan Jeongwoo untuk menempel pada tubuhnya, berusaha untuk menguatkan adik tingkatnya itu.

"Jangan bersedih, jika paman tahu ia akan ikut sedih." Jeongwoo menggeleng lemah, air mata tidak dapat lagi ia tahan. Kata kata dokter tadi terus terdengar seperti kaset rusak di telinganya.

"Kondisi ayah terus memburuk setip harinya. Jay,.. aku takut ayah akan menyusul ibu dan adikku." Jeongwoo dilanda kepanikan yang sangat, pikirannya kalut memikirkan keadaan sang ayah. Ia belum siap kehilangan anggota keluarga lagi. Jeongwoo belum siap jika tuhan mengambil satu satunya keluarga yang Jeongwoo punya. Sekarang atau dalam waktu dekat Jeongwoo belum siap.

Hanya ayah yang Jeongwoo punya saat ini, tragedi kecelakaan lima tahun yang lalu menewaskan ibu dan adik perempuannya, sang ayah selamat namun kondisinya kritis saat itu. tragis memang saat itu Jeongwoo masih mengenyam pendidikan akhir sekolah, andai dulu ia mencegah adiknya mengikuti lomba bernyanyi internasional mungkin sekarang Jeongwoo masih bisa merasakan apa itu kehangatan keluarga.

Air mata lagi-lagi meluncur turun membelai wajah Jeongwoo, menggenggam tangan Jay erat.

"Paman akan baik-baik saja." Jeongwoo menggeleng kecil, Jay pun langsung mencari tempat duduk di lorong rumah sakit. Jeongwoo harus meluapkan kesediaannya.

"Ayah sudah terlalu lama kesakitan." Racau Jeongwoo pelan.
"Dia pasti sangat lelah berjuang, bukan?" Jay menggeleng sebagai jawaban.
"Akupun lelah berjuang sendiri!" Jeongwoo merasa gagal menjadi seorang anak, gagal menjaga keluarganya, gagal menjalani kehidupan dan gagal dalam percintaan.

"Apa yang kau katakan? Kau pria terkuat yang pernah ku temui, paman dan bibi pasti sangat bangga jika mereka tahu perjuangan mu untuk bertahan selama ini." Jay mengusap air mata Jeongwoo.
"Jeongwoo dengarkan aku, kau harus optimis jika paman dapat sembuh total dan bisa berkumpul dengan kita lagi."

"Jika kau menyerah seperti ini, siapa yang akan mendukung paman untuk sembuh? Hanya kau Jeongwoo, kumohon kuatlah. Jika kau merasa lelah ada aku disini untukmu."

"Tapi Jay?, Aku sudah lama berjuang menjadi kuat seperti katamu seorang diri, melewati cobaan hidup yang datang bertubi-tubi dengan senyuman dan berharap suatu saat nanti aku dapat hidup tenang dan bahagia." Jeongwoo terkekeh pelan diiringi isak tangis. Menertawakan kehidupannya yang sangat miris.
"Tapi lihatlah apa yang kudapatkan sekarang? Semua semakin rumit dan menguras emosi. Tidak ada kebahagiaan ataupun ketenangan hidup.
Jay aku lelah dengan semua ini."

"Jeongwoo hidup memang seperti itu."

"Tapi aku tidak ingin hidup seperti ini, keluarga ku dirampas, semua saudara menghilang saat tahu kemalangan menimpa keluarga kami. ayah dirawat intensif selama lima tahun, harta yang kami punya hilang begitu saja. Bahkan Sekarang orang yang sangat ku cinta juga akan pergi."

one last time [HJW]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang