04. Buku

17 7 0
                                    

Di malam harinya Nata pergi ke cafe di mana anak Aodra sering nongkrong. Cafe itu milik kakak perempuan nya Rivan, setiap malam Rivan menjaga Cafe itu sembari berkumpul dengan teman nya.

Nata datang dengan motor kesayangan nya yang berwarna hitam. Tidak lupa juga style nya yang hitam.

Saat Nata datang Gibran, Rakka dan Marsel sedang mengobrol di situ. Nata pun menghampirinya.

"Eh Nata, gimana Nat jalan sama Billa?" Tanya Rakka

"Apaan si, biasa aja" Nata duduk di samping Marsel

"Lo jalan sama dia ada sensasi apa gitu Nat, buat jadi bahan pembicaraan, ya gak" Ucap Marsel

"Pas gue mampir ke toko buku, gue ketemu nyokapnya "

"DEMI APA?" Gibran, Rakka dan Marsel berbicara secara bersamaan dengan nada yang tinggi membuat semua pelanggan disitu melihat ke arah mereka. Rivan pun yang sedang melayani pelanggan menggelengkan kepala karena kelakuan teman nya itu.

Mereka bertiga langsung terdiam karena malu dan mengurangi suara nya itu agar tidak mengangu orang lain.

"Gila lo Ta belom apa apa udah ketemu nyokapnya aja" ucap Gibran

"Ya kenapa si, cuma gitu doang kalian jangan lebay"

"Bukan gitu nat, cowok yang paling deket sama nyokap nya Billa tu cuma Sean" Nata langsung melirik ke arah Marsel "gue si berharapnya entar lo juga bisa deket"

Nata terdiam tak membalas omongan Marsel

"Van, Nata, kaya biasa" ucap Gibran saat Rivan melewati meja mereka

"Oke" balas Rivan seakan tau apa maksud Gibran. Yang artinya kasih Nata kopi yang kaya biasa Nata beli.

Mereka bertiga kembali fokus dengan ponsel di tangan nya. Tak lama kemudian Rivan datang dengan membawa kopi yang di pesan tadi, lalu bergabung dengan mereka.

"Pada ngomongin apa tadi, kayanya seru" ucap Rivan

"Biasa, si Nata sama Billa" balas Rakka

Di sisi lain Nata hanya menghiraukan dan bermain ponselnya.

"Kenapa tu, Nata sama Billa, apakah mereka jadian?"

"Ehh" Rakka memukul tangan Rivan "mereka aja belum deket yakali jadian, jangan aneh-aneh dah"

"Anjir sakit" Rivan mengusap tangan nya yang sedikit ngilu bekas pukulan Rakka tadi "padahal kan gue cuma nanya"

"Udah ganti topik aja" lanjut Gibran

"Ini si Devano sama si Sean kabar nya gimana ni, kok kaga kesini" ucap Marsel

"Si Devano paling nganter nyokap nya ke pasar kali, kalo si Sean..." Rakka melihat Nata, ia berniat bertanya lewat mara. Nata pun melihat ke arah nya, lalu Rakka memalingkan wajahnya karena tatapan Nata begitu tajam.

"Pasar apaan anjir, emang ada pasar kalo malem? Pasar setan? Ada sih pasar malem tapi kan di daerah sini kaga ada" lanjut Rivan

Tak lama setelah itu datang Devano dan Sean secara bersamaan ke cafe itu.

"Wehhh datang bareng nie, janjian kah?" Ucap Rivan

"Kaga, gue sama Sean gak sengaja ketemu di lampu merah terus kesini nya bareng" lanjut Devano

"Jodoh sih fiks"

"Jodoh apaan sih" ketus Sean "bukan jodoh tapi takdir"

"Nahh iya tuh, takdir namanya" ucap Marsel layaknya menyemprot Rivan dengan kata-kata

"Eh sini duduk jangan berdiri wae" Rivan menepuk kursi yang ada di sampingnya menyuruh mereka untuk duduk, Devano pun duduk di samping Rivan

"Gue gak bisa lama" seraya mereka semua melihat ke arah Sean

Nata melihat Sean meletakan buku diary nya itu di atas meja, buku itu yang sering Sean bawa kemana-mana.

"Lo mau lanjutin nulis di buku diary lo itu, kaya nya ribet tu buku lo bawa terus" Gibran menatap Nata tajam karena perkataan Nata tadi takut menyinggung Sean, namun Nata hanya melihat ke arah Gibran sebentar dan memutar matanya.

"Engak ko, gue mau bantuin nenek di rumah tadi nenek gak enak badan" jawab Sean

"Udah se lo pulang aja gak papa selagi lo masih jadi anak baik dan lo udah mau mampir ke sini" ucap Gibran

"Oke gue cabut ya" mereka semua di situ mengangguki nya dan membiarkan Sean pergi

Gibran menatap ke arah Nata lagi lalu menggelengkan kepalanya karena Sean dan Nata memang sering berantem cuma karena buku diary Sean yang sering di bawa.

***

Billa berjalan ke kamar sembari membawa teh manis hangat di tangan nya. Ia duduk di kasur melipat kakinya dan menyeruput teh itu pelan-pelan. Dia tak lupa membaca novel yang tadi siang ia membeli bersama Nata. Tak lama setelah itu ia mendapatkan pesan dari Jihan.

—neng Jihan*

Haii billaa, gimana jalan sama Nata nya?

Paan sih han, biasa aja

Biasa aja atau luar biasa

Jihan gue ngantuk mau tidur
babay

Billa meletakan kembali ponselnya dan berbaring di kasur. Billa menatap langit-langit di kamar nya dan terbayang bayangan ayahnya di sana, Billa pun menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan nya akan hal itu lalu ia menarik selimut menutupi semua badannya dan tertidur.

 Billa menatap langit-langit di kamar nya dan terbayang bayangan ayahnya di sana, Billa pun menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan nya akan hal itu lalu ia  menarik selimut menutupi semua badannya dan tertidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Part kali ini segini dulu ya, next part selanjutnya nya

ANGSTRAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang