Di malam hari enam anggota inti Aodra berkumpul di markas mereka untuk menjalani ride night mereka.
Pada jam 23.30 mereka semua sudah siap melajukan motor nya. Yang paling depan memimpin mereka adalah Nata dan di ikut oleh lima orang lain nya di belakang.
Di balik helm Nata ia tersenyum tipis melihat bintang yang paling terang disana. Nata salah satu seseorang pecinta malam, ia paling bahagia jika di langit hitam sana ada bulan dan bintang yang menyinari nya.
Langit di atas melambangkan kebahagiaan bagi anggota inti Aodra yang dapat melakukan ride night lagi meskipun salah satu mereka tidak dapat bergabung. Di langit atas memang cerah meskipun awan mendung kadang menutupi nya.
Beberapa dari mereka melakukan jumpping di jalan. Mereka bebas berkendara karena jalanan sangat sepi, apa lagi bagi Rakka dan Marsel mereka sangat aktif beraktivitas di jalanan itu.
Mereka berhenti di salah satu jalanan yang sepi dengan lampu jalan yang menyinari mereka "Kayanya kita gak bisa sampe lama deh, gue khawatir bokap gue nyariin, nanti bahaya" ucap Nata seraya menyopot helm nya.
"Iya sih, kalo bokap Nata liat bisa-bisa kita rapat di kantor polisi" Rivan terkekeh receh lalu menabok tangan Marsel "iya njir bener, nanti kita di wawancara bokap nya Nata ribet kan jadinya, lagian juga sepi gak ada Sean"
beberapa dari mereka mengangguki omongan Marsel. Anak Aodra memang selalu solid dalam pertemanan, jika salah satu dari mereka tidak ada pastinya ada yang kurang, apa lagi dari awal Aodra terbentuk mereka hanya bertujuh itu.
Nata mengangkat kepalanya melihat ke arah Marsel. Benar saja lelaki itu memang mereka bersalah kepada Sean.
"Ya udah kita semua balik aja, gak enak juga sama warga sekitar yang keberisikan karena motor kita ini" jelas Devano kepada mereka.
"Eh iya beberapa dari kita kan ada yang beda arah juga ya, gimana kalo kita perpisahan disini" ajak Gibran lalu Rakka tertawa.
"Ada perpisahan segala kek gak bakal ketemu lagi aja" Rakka masih tertawa "lebay lo Gib"
"Ya mungkin aja besok lo mati kan" Rakka melototi Gibran.
"Oke kita berpisah di sini, gue juga mau ke rumah nenek dulu" seketika Rivan melirik Nata dan tersenyum tipis. Rivan tau maksud Nata ingin ke rumah nenek nya.
"Oke besok kita ketemu di sekolah, Van lo jangan sakit lagi" ucap Marsel
Rivan menggeleng kan kepalanya "kaga, gue kaga bakal sakit lagi" mereka semua tersenyum
Beberapa dari mereka mulai pergi meninggalkan tempat mereka berkumpul tadi.
***
Nata mengetuk pintu rumah nenek nya yang tak lama di buka oleh Sean. Setelah pintu terbuka Sean membeku seketika melihat Nata, hatinya berdetak kencang.
"Mau apa lo" tanya Sean
"Mau ke dalem" Nata langsung menerobos masuk ke rumah dan duduk di sofa ruang tamu.
"Nenek udah tidur, jangan bikin dia bangun"
"Siapa yang mau bangunin nenek, orang gue cuma mau disini" Nata duduk melipat kakinya dan tangan nya.
Sean berusaha mengabaikan Nata dan berniat ingin masuk ke kamar nya untuk membiarkan Nata di sana sendiri.
"Se!!" Langkah nya terhenti saat Nata memanggil namanya. Sean tak membalikan badannya dia hanya menengok ke arah kanan di mana Nata duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGSTRAWA
Teen Fiction[JANGAN LUPA VOTE] {FOLLOW JUGA JANGAN LUPA} "Aku ingin menjadi matahari di saat kau redup" **Hanata Alfarez, lelaki pecinta senja dan laut yang berhasil membuat semua orang di sisinya bahagia, setelah itu ia pergi menjadi cerita yang abadi** "Matah...