CHAPTER 03

67 25 46
                                    

"Eunghh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eunghh..." Seorang gadis melenguh seraya bergeliat kecil.

Perlahan mata gadis itu terbuka. Dia Alya. Ia melepas handuk kecil yang ditaruh dikepalanya. Tunggu-tunggu, apakah semalam ia demam? Apakah Atha yang mengompresnya semalam? Yang benar saja! Atha masuk ke dalam kamarnya? bagaimana jika Atha melakukan hal yang tidak-tidak pada dirinya? Astaghfirullah, maafin Alya udah su'udzon lagi.

Gadis itu terduduk lalu tangannya meraih jam beker yang berada di atas nakas.

Seketika matanya membulat sempurna kala melihat jam yang menunjukan pukul 07.00 itu artinya ia sudah terlambat pergi ke sekolah.

Tak mau berlama-lama di sana, Alya bergegas pergi menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya.

Tak lama kemudian, Alya keluar dari kamar dengan tubuh yang sudah mengenakan pakaian seragam sekolahnya. Beruntung Atha kemarin malam membawa kopernya.

Alya menaiki angkot untuk sampai menuju sekolahnya. Sejak tadi di apartemen, ia sama sekali tak melihat keberadaan Atha. Mungkin saja lelaki itu sudah pulang ke rumahnya, atau bisa jadi lelaki itu pergi ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, Alya menatap nanar gerbang yang sudah ditutup. Mau tak mau gadis itu harus pergi menuju belakang sekolah untuk bisa sampai ke dalam, meski harus melompat terlebih dahulu.

Dengan mudahnya Alya berhasil berada di atas dinding yang lumayan tinggi, gadis itu menaiki bebatuan yang berada di dekat dinding. Hal itu memudahkannya untuk bisa sampai di atas.

Bruk

Alya terjatuh karena kehilangan keseimbangannya. Lututnya terluka akibat goresan saat terjatuh barusan.

Alya meringis kala merasakan lututnya yang nyeri, terlebih lagi lututnya mengeluarkan darah.

Tiba-tiba ada tiga orang yang datang mengerumuninya. Tidak Alya tebak pun ia sudah tahu bahwa itu adalah si perundung yang suka merundung dirinya.

"Anak orkay jatuh nih," celetuk seorang gadis yang bernama Lola.

"Tumbenan juga dia terlambat," sahut Naily queen bullying.

"Nai, kita pergi aja, yu," ajak Serly sedikit takut.

"Gue gak mau kena skors lagi karena ngebully dia."

Alya hanya menunduk tak berani menatap ketiga orang itu. Entah apa yang kali ini akan mereka perbuat padanya.

Naily menatap Serly tajam. "Berani-beraninya lo cabut, perusahaan ayah lo bangkrut," ancamnya membuat Serly memilih menunduk.

Kini Alya tahu bahwa Serly ternyata ada alasan untuk ikut dengan Naily menjadi perundung dan tunduk pada gadis itu. Naily yang suka mengancam orang-orang yang tak mau lagi memihaknya.

Tiba-tiba saja Naily menunduk menatap Alya seraya menyeringai. "Kasih semua uang jajan lo sama gue!" tegasnya.

Alya menggeleng pelan. Sejak dulu Naily dan para antek-anteknya memang selalu mengambil uang sakunya mengakibatkan dirinya tak pernah merasakan bagaimana rasanya jajanan kantin. Sepertinya kali ini ia tak bisa lagi memberikan uang jajannya pada mereka, karena jika ia memberikan uang sakunya, ia tak bisa menghemat. Ia juga begini karena sekarang dirinya hidup sendiri dan dirinya masih menumpang di apartemen Atha, lelaki baik yang menolongnya semalam.

ATHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang