Perfect Two, Perfect Us

3.7K 180 56
                                    

malam fellas! chapter kali ini, hjw lokalan. setengah lokal, tepatnya.

hr as arga
jw as renzo

remake dari film Cape No. 7, sebuah film yang diceritakan dengan sangat baik dan emosional. sangat direkomendasikan untuk ditonton 😆

aku harap yang aku tulis ini seenggaknya bisa mengimbangi bagian kecil dari kebagusan cerita aslinya. semoga suka <3

***

Kira-kira sekarang sudah genap sebulan Renzo menetap di sebuah pulau terpencil di tengah laut. kota kecil yang penduduknya kisar sekitar seratus ribu penduduk. Bukan karena kemauan, dia disini semata karena pekerjaan memaksa. Bila dijelaskan secara singkat, pekerjaan Renzo sekarang ialah seorang pencari anggota untuk grup band, yang nantinya akan menampilkan dua lagu pembuka di konser artis naik-daun, Vine. Sekaligus, Renzo akan menjadi manajer band tersebut. Hanya sampai hari konser nanti.

Sekarang para anggota yang mengisi posisi grup band telah ada, sisa waktu sebelum hari-H konser masih dua bulan lagi, tapi grup band yang terbentuk tak memperlihatkan progres apa pun.

Ini buat Renzo kesal.

Masalahnya juga, kota kecil dengan sedikit penduduk ini punya sedikit orang yang berbakat dalam bermusik. Awal kali dia bekerja, yang Renzo lakukan untuk mengumpulkan anggota adalah melakukan audisi. Hasilnya empat orang terpilih. Sedangkan anggota kelima yang merupakan gitaris sekaligus vokalis utama, adalah mantan anggota grup band yang telah berhenti tiga tahun lalu.

Namanya Arga.

Dan serius, Renzo paling terganggu dengan kehadiran manusia itu.

Harapan Renzo, Arga sebagai mantan anggota band yang ibaratnya sudah menjadikan panggung layaknya kampung halaman bisa membimbing dan mendampingi anggota lain yang masih amatir, tapi nyatanya realita justru berkebalikan. Arga adalah manusia paling susah diatur, keras kepala, pembangkang dan tak mau mengalah. Tiap kali latihan, Renzo dan dia pasti terlibat adu mulut.

Bermacam-macam sebabnya. Kadang sepele,

"Bisa nggak kalau selesai latihan lampunya langsung dimatikan?" Renzo mendengus, bergerak menuju saklar dan matikan lampu. "Berapa kali sudah aku ingatkan. Kamu kenapa susah sekali diberitahu sih?" omelnya bersidekap menatap Arga.

Yang diomeli berdiri memandangnya remeh.

"Kamu bisa lakukan sendiri, kenapa harus menyuruhku?"

"Tanggung jawabmu, Arga!"

"Tanggung jawab apanya, ck. Kekanak-kanakkan." setelah bilang begitu dia langsung pergi.

─kadang pula penyebab pertengkaran ialah hal yang serius.

"Selesaikan lagumu,"

"Iyaa, nanti ku selesaikan. Kamu kenapa heboh sekali."

"Arga! Kamu tuh diminta buat dua lagu, dan kamu baru nyelesaiin satuu!"

"Aku tau... Aku tau... Ini juga lagi aku kerjaiin."

"Lagunya gak akan selesai kalau kamu malas-malasan terus, bangun kamu, pemalas." sungut Renzo seraya tendang pelan kaki Arga yang lagi terlentang.

Yang mendapat perlakuan seketika terduduk dengan wajah penuh emosi.

"Kamu bisa sabar sedikit??! Sudah kubilang akan aku kerjakan nanti!"

Renzo mendengus keras sambil buang wajah. Emosi, pandangi wajah Arga. "Terserah kamu. Intinya, sebelum konser nanti lagunya sudah harus selesai!"

"Iya cerewet." balas Arga rendah.

𝐀 𝐏𝐋𝐀𝐂𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐂𝐀𝐋𝐋𝐄𝐃 𝐇𝐎𝐌𝐄 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang