A Deepest Secret About You

1.7K 145 8
                                    

Tanyakan pada orang-orang seperti apa sosok Haruto Auriant itu dan 3 jawaban akan langsung didapatkan: paras semenawan bak Dewa Agung, calon pewaris keluarga Auriant, dan tak tersentuh seperti dinding es di Selatan.

Tapi yang namanya omongan publik, tak sepenuhnya benar dan tak sepenuhnya salah. Benar bahwa rupa duke muda itu tampan tiada tanding. Namun setengah benar untuk dia adalah calon pewaris keluarga Auriant dan bahwa dia tak tersentuh. Begitu banyaknya orang mengatakan bahwa putra istri kedua dari Manor Auriant tak tersentuh, keras, kaku dan tak berperasaan. Karena memang jarang terlihat wajahnya menunjukkan ekspresi selain rahang terkatup tegas dan raut tenangnya, tapi jelas tak benar, sebab nyatanya dengan langkah lebarnya sekarang kedua sudut bibirnya bergetar-getar tertahan agar tak naik membentuk senyuman.

Dia harus tahan diri agar tidak berlari─menjaga etikat─meskipun rasa dalam hati membuncah ingin cepat bertemu dengan sosok yang sudah menginvasi pikiran sejak 5 tahun lalu.

Suara pintu terbuka, bergema di dalam perpustakaan yang luas. Haruto tak butuh kepayahan untuk menemukan sosok yang dicari, sebab figurnya selalu berada di tempat yang sama. Duduk di sebuah meja yang letaknya di sudut, terapit oleh rak-rak berisi ratusan buku tebal. Sinar matahari menjelang siang mengenai sepanjang wajah, kepalanya sedikit menunduk dengan kedua tangan memegang buku. Selama 5 tahun, Jeongwoo Demaury tak pernah berubah.

"Apa yang sedang kamu baca Jeongwoo?"

Posisi Haruto berdiri di depan Jeongwoo, membungkuk sedikit badannya mengintip bacaan. Mana kala Jeongwoo menengadah terkejut oleh suaranya, dia langsung terjebak pandang dengan Haruto. Mata bertemu mata. Jeongwoo seolah dibawa untuk menyelami, menelusuri dan mengagumi keindahan pada sepasang bola mata hitam. Tatapan itu berlangsung selama lima belas detik dengan diisi kesenyapan. Hingga akhirnya anak lelaki Demaury tersadar.

"D-duke Muda Haruto…"

Haruto berdiri tegap kembali yang diikuti oleh Jeongwoo yang dengan sigap langsung memberikan gestur hormat.

"Salam kepada Duke Muda, semoga anda selalu dilindungi oleh Dewi."

Jeongwoo membungkuk sopan. Satu tangannya diletakkan di dada kiri, etikat sempurna dalam menyapa bangsawan dengan gelar yang lebih tinggi.

"Kamu harus berhenti bersikap formal denganku Jeongwoo. Aku sudah sering menyebutkannya kan..."

Jeongwoo berdiri tegap kembali dan tersenyum lemah. "Saya mana berani…"

Haruto memang sudah sangat sering memintanya untuk menghapuskan kesopanan ketika hanya ada mereka berdua, namun bahkan jika di setiap pertemuan Haruto meminta Jeongwoo tak akan pernah menurut. Untuk seorang putra dari Baron yang hanya pengajar, Jeongwoo tak berani.

"Anda datang sejak kapan? Saya tidak sadar..."

"Tidak mungkin sadar, kamu begitu fokus dengan bukumu.."

Kekehan ringan lolos dari mulut Haruto, Jeongwoo hanya menanggapinya dengan senyum disertai rona tipis di kedua pipi. Malu atas kebiasaannya yang diingat oleh orang lain.

"Tentang apa itu?"

"Sejarah Kekaisaran Dinding Besar..."

"Sudah menyelesaikannya?"

"Hampir.."

"Kamu boleh lanjutkan membacamu Jeongwoo." Ragu di wajah Jeongwoo begitu kentara, maka cepat-cepat Haruto melanjutkan. "Aku datang hanya mau melihatmu saja."

Penjelasannya singkat tapi ambigu buat Jeongwoo─setidaknya dengan perasaan lain di hatinya, ucapan barusan terdengar ganjal. Ingin mengartikan tapi takut salah paham, bila didiamkan hasilnya pasti kepala jeongwoo dibuat kepikiran. Ujungnya sirkuit otak Jeongwoo tetap dikacaukan.

Keduanya duduk berhadapan, Jeongwoo menutup buku, hasilkan kebingungan di wajah Haruto.

"Tuan Auriant sudah datang dari jauh, daripada saya abaikan jauh lebih baik jika berbicara..."

Jeongwoo tidak tahu, tapi hati Haruto menghangat dibuatnya.

"Sebenarnya ini rahasia, tapi akan aku beritahu. Kedatanganku rencananya hanya ingin melihatmu membaca, dan memang hanya itu. Tapi, kalau diajak bicara, itu bonus."

Berakhir keduanya berbincang banyak. Senyap akan hadir di setiap kali topik diskusi berakhir tapi Haruto akan selalu membangun percakapan. Selalu punya hal untuk ditanyakan, dibicarakan dengan Jeongwoo dari hal pertanyaan tak penting sampai rumor populer yang tak sengaja dia dengar dari para pelayan.

"Jadi begitu Tuan Auriant… Dinding Besar sebelum menjadi Kekaisaran seperti sekarang mulanya adalah kerajaan perompak. Sampai akhirnya Kaisar Finnick IV datang merebut tanah itu..."

"Jeongwoo,"

"Iya Tuan?"

"Minggu depan acara kedewasaanku.."

Jeongwoo spontan menyunggingkan senyum. "Iya, saya sudah dengar kabarnya. Heboh sekali dibicarakan di koran kota."

"Nanti, datang ya."

"Pasti Tuan─"

"Bukan sebagai tamu─tapi partnerku."

Sontak ekspresi hangat Jeongwoo memudar, berganti dengan kesenyapan. Haruto terdiam sejenak membiarkan Jeongwoo yang kebingungan untuk mencerna kalimatnya─perkiraannya begini. Barulah setelah lima menit berselang Haruto kembali menegaskan.

"Tolong jadi pendampingku di acara kedewasaanku nanti."

Diperjelas seperti itu tambah dikejutkan lah Jeongwoo. Masalahnya, dalam hukum konstitusi negara dipaparkan dengan jelas bahwa siapapun yang menjadi pendamping dalam acara kedewasaan seseorang adalah sang tunangan.

Tapi.. Yang mengajak ini adalah putra seorang Duke… Mungkinkah ada salah paham?

"Tuan Duke Muda.. Euu, saya rasa ada salah paham..."

Haruto menggeleng cepat.

"Tidak ada sama sekali. Aku murni memintamu untuk menjadi pendampingku."

"Tidak bisa,"

"Kenapa?"

"Kasta─"

"Jeongwoo, aku suka kamu sejak dulu. Mungkin sejak 4-5 tahun yang lalu. Awalnya aku kira perasaanku ini cuma cinta anak-anak sesaat yang lama-kelamaan akan hilang. Tapi setelah bertahun-tahun yang terjadi justru sebaliknya, justru semakin dalam. Aku benar-benar mencintaimu Jeongwoo."

"...."

"Aku sangat menginginkanmu,."

Mata Jeongwoo mengerjap bingung, bagian dada yang seakan dideru ombak laut bergemuruh hebat. Tenggorokan tercekat dan rasanya ada sesuatu yang tertahan berdesakan ingin keluar di kedua matanya.

"Kenapa baru sekarang?" Susah payah Jeongwoo bicara membalas Haruto. Suara seolah bergetar bagai ada tombak di tenggorokan. "S-saya kira perasaan saya akan selamanya tak terbalas.."

Dengan cepat kedua mata Duke Muda Auriant membelalak terkejut. Tak sempat dia mengatakan apa-apa, Jeongwoo telah mengimbuhi ucapan kembali.

"Tuan Auriant maaf saya lancang, saya jatuh cinta pada Anda." bersamaan dengan itu lelehan air mata jatuh di pipi Jeongwoo.

Selesai.

apocalypse part 2 skip dulu yh, belum kelar aku nulisnya. kapan dilanjut belum tau, jdi jangan terlalu ditunggu plis nanti kecewa :')

btw ada yang ngeh sama namanya gak? Auriant dan Demaury. yang ngeh, sini kita pelukan dulu 🤗🥲

𝐀 𝐏𝐋𝐀𝐂𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐂𝐀𝐋𝐋𝐄𝐃 𝐇𝐎𝐌𝐄 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang