sumpah ya, kesusahan sendiri nulis ini NANTI AKU MAU STOP NULIS YANG SERIUS2 AH CAPEEEKK
***
Hari itu, di antara figur-figur yang tampil glamour, sesosok Dewa melewati Haruto. Amat menakjubkan sosoknya, yang memantrai Haruto untuk menarik kepingan-kepingan bagian masa lalu. Aroma tubuh yang dia tinggalkan bawa api yang telah dilantarkan, tumbuhkan kembali daun-daun di pohon yang bersisakan ranting.
Mungkin Haruto sungguhan kena mantra. Mungkin juga ternyata sekarang dia menjadi boneka marionette. Yang gerakannya dikendalikan dengan tali. Atau mungkin ialah semata memang hanya dirinya. Yang pasti Haruto bagaikan kehilangan kendali. Kedua tungkainya dengan mantap menuju Dewa itu.
Dewa yang ini cantik. Matanya seindah kristal dengan suatu sudut yang menyihir figurnya menjadi sesosok yang capable, berpengaruh, dan tajam. Setiap fitur di wajahnya luar biasa memukau. Haruto yang terpesona tak mungkin pilih untuk berdiam diri sekedar menikmati sesaat kecantikan tersebut.
Derap kakinya berbunyi, bergema ditiap aduannya dengan lantai. Seolah-olah suaranya membungkam suara-suara lain. Ketika kedua tungkai telah membawanya pada sang tujuan, baru lah mulutnya mengambil peran.
"Permisi,"
Orang itu berbalik, yang dengan naturalnya, lalu menampakkan ekspresi terkejut. Persis demikian juga ekspresi yang terpasang di wajah Haruto sesaat lalu.
Adalah Jeongwoo yang juwita. Seseorang yang pernah berikan satu kesempatan untuk tidur dengannya.
Detik demi detik berlalu. Keduanya diam seribu bahasa, seolah masih belum lepas dari betapa mengejutkan situasi sekarang. Jeongwoo menatapnya tanpa lepas barang sedetik pun. Haruto tersenyum kecil sekali dan ia ingin menanyakan ratusan pertanyaan.
"Yeonu!"
Namun, suara itu terdengar, mengalihkan kepala Jeongwoo untuk menoleh pada si pemanggil, yang datang ke arah mereka dengan mantap, dengan kepercayaan diri penuh, dengan senyum lebar memandang lurus hanya kepada Jeongwoo. Dia berdiri tepat bersebelahan dengan Jeongwoo, begitu dekat, timbulkan tanya lain di benak Haruto.
"Dia Yeonu?" pikirnya.
Dia menoleh sekilas pada Haruto.
"Kau mengenal orang ini?" tanyanya.
Seperti tersadar, Jeongwoo, yang ternyata adalah Yeonu, akhirnya memutus tatapannya. Ia balas menatap orang di sebelahnya. Katanya, "Bukan siapa-siapa."
Dengan demikian, kedua orang itu pun pergi. Sementara Haruto memperhatikan punggung keduanya dengan perasaan campur aduk.
Apakah dia telah salah mengira orang lain sebagai Jeongwoo?
Rasanya tak mungkin salah. Ingatan malam itu masih membekas begitu jelas, Haruto rasa dia tak melupakan satu detail pun.
Ataukah itu hanya pikirannya?
Ia tak melupakan satu detail pun, Haruto bahkan bisa menjanjikan itu. Tapi kerja otak manusia siapa yang bisa memanipulasi. Bisa jadi ada suatu komponen kecil memori kala itu yang tersingkir dari lemari memorinya Mungkin terjatuh. Terlalu sempit ruang lemari tersebut sampai tak sengaja beberapa komponen terjatuh dari tempatnya disimpan, dan akhirnya terlupakan. Atau mungkin sudah dimakan oleh rayap-rayap pemakan ingatan, seandainya memang ada yang seperti itu.
Sudah seperti ini, tak mungkin Haruto berdiam di tempat. Sudah sejauh ini ia sampai, daripada mundur lebih baik maju dapatkan jawaban. Barangkali akan antarkan dia pada sebuah kepastian.
Realita memang memperlihatkan kenyataan, tetapi segenap pikiran dan hati Haruto menabuhkan pemikiran yang berbeda. Suaranya memprovokasi Haruto bahwa yang dia lihat benar adalah Jeongwoo. Jeongwoo yang itu Yang pernah dia cari-cari ke penjuru kota tapi berujung kehampaan. Jeongwoo yang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐏𝐋𝐀𝐂𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐂𝐀𝐋𝐋𝐄𝐃 𝐇𝐎𝐌𝐄 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎
Fanfictiononeshot sampai series pendek ada di sini! *** a.n: pada dasarnya kumpulan ide di otak yang kalau dibuang sayang tapi kalau dijadikan ff authornya nggak sanggup :")