Silent Lust Madness

1.4K 131 33
                                    

hai, guys. lo pada ada yang kangenin book ini gasi?

***

Pangeran Kedua kerajaan Lotusia itu menggumam sinis. Sekelebat perasaan campur aduk oleh kemurkaan, kekecewaan, kepanikan beserta kekalutan.

"Kerahkan pasukan untuk mencari Jeongwoo. Bawa dia padaku apapun yang terjadi!" serunya keras, nyaris membuat pria lain yang sedang mengikuti di sebelahnya tersudutkan oleh emosinya, tapi berusaha ia tahan.

Jadi, seluruh hal ini tidak akan terjadi apabila kekasih hati Sang Pangeran tidak memilih melarikan diri dari konflik batin (yang sekarang membuat kepala Pangeran Lotusia menjerit-jerit.)

***

Mundur pada beberapa hari sebelumnya, minggu, bahkan.

Pangeran Kedua Lotusia yang disayangi seluruh negeri tengah berkuda pagi bersama dengan tangan kanan setianya. Sebuah agenda rutin.

Kedua wajah masing-masing memamerkan tawa lepas yang bahagia. Saling bercanda di atas kuda. Berlomba-lomba dalam menyatakan siapakah yang terbaik dalam berkuda kali ini, siapa pemenangnya, siapa yang tercepat, kuda siapa yang lengah kebobolan balap.

"Harusnya kau melatih teknikmu lagi!" lolos tawa riang orang yang menemani Pangeran Lotusia, tak lain bernama Jeongwoo.

Haruto, sang Pangeran, mendengkus gurau. "Aku hanya sengaja mengalah." elaknya.

"Sengaja apanya! Akui saja Pangeran, Hahaha!"

"Ya ya. Terserahmu." Haruto menikmati cara Jeongwoo tersenyum lebar memandangnya geli. "Ayo sarapan, setelah itu temani aku pergi mengunjungi Marquess Sehun."

Anggukan Jeongwoo menjadi akhir dari kegiatan berkuda pagi mereka.

Pangeran Haruto dan Jeongwoo melangsungkan agenda sarapan bersama mereka, sebuah rutinitas lainnya. Tetapi, sebelum keduanya sempat mengangkat sendok, seorang utusan Raja datang membawa kabar.

"Atas arahan dari Yang Mulia Raja, Pangeran Haruto dimohon untuk segera mendatangi istana. Mohon segera bersiap, saya akan menunggu di luar dengan kereta kuda."

Demikian, sarapan kali ini terpaksa tertunda. Jeongwoo pun mendampingi sang Pangeran sebagaimana bagian dari tugasnya sebagai seorang pengawal pribadi.

"Kira-kira apa yang mendasari perintah ini?"

Duduk berhadap-hadapan adalah Pangeran Haruto dan Si Yang Paling Setia Jeongwoo. Bertukar pikiran singkat mengenai pemanggilan Raja yang terhitung terlalu awal. Mestilah ada sesuatu, hal yang penting, barangkali mendesak. Sampai-sampai pukul setengah tujuh pagi begini sudah mengadakan pertemuan. Harap-harap bukan hal buruk.

Ujungnya kebingungan Haruto dijawab dengan ketidaktahuan. Jeongwoo itu menggeleng pelan dan berkata, "Aku tak kepikiran apapun. Semoga sesuatu yang baik."

"Terlintas dipikiranku tentang jalur distribusi di Petunia, jalan pintasan yang baru mulai beroperasi. Menurutmu?" si Haruto berspekulasi sekaligus menanyakan pendapat pihak lain.

"Em, mungkin demikian, berhembus kabar bahwa jalur tersebut meski baru beroperasi tapi sudah dimanfaatkan secara negatif oleh sekelompok pihak. Kemungkinan Yang Mulia Raja akan membicarakan masalah ini nanti."

Pembicaraan itu berlanjut terus seputaran jalur distribusi di Petunia hingga akhirnya kereta kuda memasuki wilayah istana dan pengawal mengumumkan kedatangan mereka.

Tak sampai dua detik setelah kaki menapaki tanah, kedatangan Jeongwoo lantas disambut oleh seorang ksatria kerajaan yang menghampiri Jeongwoo dan Haruto dengan langkah yang tergesa-gesa.

𝐀 𝐏𝐋𝐀𝐂𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐂𝐀𝐋𝐋𝐄𝐃 𝐇𝐎𝐌𝐄 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang