Jeongwoo pernah menjadi orang yang paling bahagia di belahan bumi ini. Mengukir momen kebahagiaan bersama dengan sang kekasih, Haruto Watanabe.
Tetapi kebahagiaan itu berakhir sejak 2 tahun lalu, ketika dunia berakhir dengan penyebab yang klise─tapi nyata─yaitu zombie. Serangan misterius zombie yang menyerang manusia berhasil merebut segalanya.
Kematian, kelaparan, penderitaan dan keterpurukan telah menjadi makanan sehari-hari. Cahaya matahari tak pernah sama lagi, selalu tertutupi oleh asap pekat yang seolah tak akan pernah habis.
Tetap, manusia berhasil bertahan. Pemerintah yang selamat membangun sebuah tembok besar yang menghalau dari para zombie dan membuat kamp-kamp pengungsian di setiap belahan dunia. Populasi manusia berkurang secara drastis menjadi satu per sepuluh.
Ketika Jeongwoo datang ke kamp pengungsian untuk pertama kali, Jeongwoo secara sukarela menawarkan bantuan untuk membantu para petugas kesehatan merawat para penyintas di kamp pengungsian yang selalu datang tiap harinya. Itu diputuskan dengan cepat, ketika Jeongwoo melihat keadaan yang begitu ramai di kamp pengungsian oleh para penyintas yang selamat, sedangkan para petugas kesehatan yang terdiri dari beberapa orang nampak kewalahan menangani luka-luka setiap orang. Itulah mengapa Jeongwoo menawarkan bantuan darinya. Walaupun sedikit dia berharap bisa membantu.
***
"Bagaimana kabarmu hari ini?"
"Seperti biasa."
"Biasa yang bagaimana Jeongwoo... Biasa seperti harimu baik atau biasa dalam konteks yang lain?"
Hyunsuk, si penanya pantang menyerah menanyai Jeongwoo, meminta kejelasan, berusaha agar pemuda yang lebih muda darinya itu bisa bangkit dari keterpurukan masa lalu yang membelenggu.
Figur Jeongwoo yang berwajah sarat akan kemurungan itu tak menanggapi lebih. Setelah dia diam sesaat, seolah menimang jawaban selanjutnya, dia lekas menjawab.
"Ya... Biasa saja Hyung."
Menghela nafas, Hyunsuk lalu menyodorkan seporsi nasi dengan kare kepada Jeongwoo yang diterima dengan lemah.
Hyunsuk mengenal Jeongwoo sudah 2 tahun. Dia salah satu dokter yang bekerja di salah satu kamp pengungsian ketika Jeongwoo datang ke tempat dia bekerja. Kamp pengungsian selalu dipenuhi tangisan dan rintihan kesakitan─itu hal lumrah─tetapi Jeongwoo bahkan tidak melakukan keduanya. Dia justru bagaikan tubuh yang kehilangan setengah raga.
Ketika dia datang, sosoknya terduduk diam dengan pandangan yang tak fokus. Dia sepenuhnya diam dalam artian yang sebenarnya. Tak bicara, tak bergerak. Ada kali beberapa rekan Hyunsuk termasuk dia sendiri yang mengira bahwa Jeongwoo telah digigit oleh para zombie, sehingga Jeongwoo secara alami keluar-masuk dari ruang isolasi, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan berulang pada tubuh Jeongwoo sama sekali tidak ditemukan satu pun luka gigitan. Maka ini meninggalkan pertanyaan dalam benak Hyunsuk. Hal apakah yang kiranya membuat Jeongwoo sangat pendiam? Ataukah memang dia perangainya seperti itu sejak awal. Diam dan tenang.
Praktisnya, Hyunsuk penasaran kepada Jeongwoo. Pada setiap kesempatan, Jeongwoo akan pergi menjauhi keramaian. Setelah 12 minggu pengamatan, Hyunsuk ketahui dia pergi ke atap gedung kamp pengungsian. Sosoknya selalu terlihat diam, murung, melamun─bahkan mungkin bisa seharian apabila Hyunsuk tak menegurnya.
Hyunsuk penasaran dengan Jeongwoo. Pendekatan selama berbulan-bulan dilakukan dan menghasilkan keakraban di antara dia dan Jeongwoo. Suatu hari, akhirnya jawaban yang Hyunsuk cari di dapatkan─ialah karena sang suami, yang telah meninggal 2 tahun lalu ketika melindungi Jeongwoo dari zombie yang berusaha menyerang tatkala keduanya pergi menyelamatkan diri dari apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐏𝐋𝐀𝐂𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐂𝐀𝐋𝐋𝐄𝐃 𝐇𝐎𝐌𝐄 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎
Fanfictiononeshot sampai series pendek ada di sini! *** a.n: pada dasarnya kumpulan ide di otak yang kalau dibuang sayang tapi kalau dijadikan ff authornya nggak sanggup :")