He Rides a Dragon, Doesn't He? - 2

690 59 39
                                    

nulis ini dalam mood yg baik jdi chapter ini kudunya better than the previous one (semoga). oya terus slight GYUICKY (idc lagi suka itu idc idc yg g terima)

hepi riding all 🫰

***

8 Tahun lalu. Kamp Federasi Sentinel-Guide Internasional.

Pertemuan kedua tiba tiga malam setelah yang pertama.

Apakah sesuatu telah terjadi sehingga rentang waktu antara kedua kejadian begitu singkat? Untuk pertanyaan tersebut, akan lebih tepat apabila membenarkan 'terjadi sesuatu' ke 'sesuatu telah terjadi pada Haruto'.

Kekesalan yang ditumbuhkan oleh sebab kata-kata oleh That-Sentinel-kelas-S menempati ruang dalam dirinya, dan Haruto membiarkannya seperti itu selama beberapa waktu. Yang berakhir dia sesali ketika matahari dan bulan telah bertukar posisi kembali seperti biasa, kepalanya mulai bekerja seperti film yang memutar ulang adegan kesekian tanpa bisa dicegah, percakapannya dengan sentinel itu terdengar di kepalanya, dia bisa melihat bayangan adegan itu melakukan reka ulang di kepalanya.

Haruto ingat, sentinel itu mengusirnya dengan alasan bahwa harinya sudah cukup buruk untuk melayani basa-basinya-yang sebenarnya sangat jelek-Haruto benci mengakui ini, tapi itu terdengar masuk akal jika dipikir lebih jauh dan semakin ia pikirkan perasaan penyesalan merambat-rambat ke dirinya.

Mereka berdua tidak sedekat itu untuk berbasa-basi, demi apapun, mereka bahkan baru berbicara hari itu punbukan jenis pembicaraan yang baik. Akan aneh bilamana Haruto mengharapkan reaksi bersahabat nan penerimaan dari Jeongwoo.

Dengan kedua hal tersebut digabungkan dengan kerasionalan maka sama sekali tidak ada kesalahan atas penolakan Jeongwoo kepada Haruto.

Jeongwoo tidak punya kewajiban untuk mendengarkan celotehan orang yang tak dikenalnya, dan sebaliknya Haruto tidak punya kewajiban untuk mencoba 'menemani' seorang pria yang bahkan belum berkenalan secara resmi dengannya.

Hal-hal ini menyadarkan Haruto dari perasaan negatif yang tidak perlu, sementara itu, kekesalan pergi dan rasa bersalah mulai menggantikan. Perlahan-lahan mengambil alih dirinya di malam kedua.

Malam kedua adalah malam pertama yang terulang kembali namun dengan sedikit perbedaan. Keseluruhannya tidak sama tetapi mirip; Berpikir panjang, reka adegan di kepala, penggalian emosi, penataan logika serta terjaga sepanjang malam-Haruto mulai mempertimbangkan adanya kemungkinan insomnia pada poin ini.

Menurut Haruto dia berhasil menata ini semua pada malam ketiga, maksudnya, dia telah menyadari apa yang salah dan benar-mungkin tidak secara hitam dan putih dan dengan gamblang, dirinya telah menerima rasa bersalah yang sedang terjadi ini nyata, dan demikian dia berencana untuk keluar dari siklus ini dengan suatu penyelesaian; yang masih belum diketahui bagaimana.

Jadi, ringkasnya, malam ketiga adalah malam berisi pikiran-pikiran tentang solusi penyelesaian perkara.

Haruto memikirkan opsi untuk akui, terima, dan lupakan saja. Seolah-olah tidak ada yang terjadi. Kedua belah pihak bisa melanjutkan kehidupan masing-masing seperti sebelumnya. Ini seperti langkah praktis yang sederhana.

Dia telah berada di tahap kedua; penerimaan. Oleh karena itu, satu-satunya langkah terakhir adalah bertindak seakan tidak peduli.

Ya, bagaimanapun, kita tidak menyebut malam ketiga sebagai malam yang panjang dan segalanya apabila hanya berakhir disitu, langsung pada Haruto yang mengambil keputusan untuk bersikap cuek.

Ada opsi kedua ini, pilihan yang sebenarnya terlalu sulit diambil dan hampir seperti membunuh ego tinggi Haruto, itu sesuatu yang orang-orang namai 'meminta maaf'.

𝐀 𝐏𝐋𝐀𝐂𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐂𝐀𝐋𝐋𝐄𝐃 𝐇𝐎𝐌𝐄 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang