Iring-iringan mobil yang membawa jenazah Sehun telah tiba di kediaman Wang. Beberapa kali Nyonya Wang meminta Sean untuk turun menyaksikan wajah putranya sebelum peti jenazah ditutup.
Sean tidak berhenti menangis sambil memeluk foto dan baju piyama milik sang suami yang terakhir dipakainya. Piyama tersebut masih menebar aroma tubuh Sehun dan itu membuat Sean merasakan kehadiran sang suami.
"Zhan Ge, ayo turun. Semua sudah menunggumu. Kita akan mengantar Sehun Ge ke peristirahatan yang terakhir." Yibo masih berusaha merayu kakak iparnya. Merasa bahwa kegiatannya terganggu, Sean melempar tatapan sinis pada adik iparnya. "Kalau kalian mau pergi, ya pergi saja. Aku benci pada kakakmu yang dengan seenaknya meninggalkanku sendirian," ucapnya dengan menggeram. Yibo merasa aura Sean begitu menakutkan. Ia jadi khawatir jika kakak iparnya mengalami depresi dan gangguan jiwa.
Wang Yibo sudah cukup sabar membujuk kelincinya yang keras kepala. Ia memijat pangkal hidungnya hingga meninggalkan bekas kemerahan. Kepalanya sakit sebenarnya, tapi ia kesampingkan demi membujuk Sean.
"Xiao Hun dan Bao Yu, di mana mereka? Awas saja kalau kalian berani memisahkanku dengan anak-anak dari suamiku!"
Entah bagaimana lagi caranya menghadapi Sean. Yibo hampir kehilangan kendali beberapa detik, akibat ucapan Sean yang mengada-ngada. Ingin rasanya ia menarik Sean lalu membungkam bibirnya agar tidak berkata yang aneh-aneh.
"Baiklah, aku menyerah," kata Yibo lalu berjalan hendak keluar dari kamar, "jangan menyesal jika kau tidak bisa melihatnya lagi, kita akan pergi tanpa kehadiranmu, Zhan."
Wang Yibo meninggalkan Sean di kamar. Ia sendiri merasa terpukul atas kepergian sang kakak yang terlalu cepat. Di saat ia ingin berkumpul bersama keluarga, justru malah dihadapkan dengan kematian. Semua yang tadi sempat ditahan akhirnya meluap. Yibo menangis tanpa henti dalam beberapa menit di samping peti jenazah Sehun. Walaupun jasadnya sudah dibersihkan dan diberi pakaian bagus, luka di wajahnya terlihat mengenaskan.
"Ge, kenapa kau pergi secepat ini? Kenapa kau tega meninggalkan kami semua di sini. Zhan Ge... dia... membencimu Ge. Kau jahat katanya. Kenapa juga kau tega meninggalkan Xiao Hun dan Bao Yu? Mereka masih membutuhkanmu, Ge." Yibo mengusap air matanya yang masih terus mengalir di pipi.
Nyonya Wang langsung memeluk punggung Yibo dan ikut menangis. Tuan Wang. "Sudah Nak. Ini semua memang takdir Tuhan. Relakan kepergian kakakmu." Di belakang, Tuan Wang pun sedang duduk di kursi rodanya sambil menitikkan air mata. Di sana, hanya Tuan Wang yang terlihat tegar menghadapi keadaan.
" Kenapa bukan aku saja yang kau cabut nyawanya, Tuhan? Padahal aku sakit dan hanya tinggal menunggu ajal, tapi kenapa justru kau membawanya lebih dulu?" Tuan Wang berkata dalam hati.
"Hiks... hiks.... " Tuan Wang terisak lirih meratapi kematian sang anak. Orang tua mana yang tidak sedih melihat anaknya pergi lebih dulu. Takdir memang tidak bisa di tebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mate is My Brother in Law (YIZHAN) 🚦🚦END
FanficPerjuangan Yibo untuk mendapatkan cinta dari kakak ipar nya 😂 😂 😂 😂 😂 CERITA Milik SENDIRI DI LARANG PLAGIAT