Galau

41 4 0
                                    

Hari minggu biasanya digunakan oleh kebanyakan orang untuk bersantai, terutama mereka yang akan bekerja sepanjang waktu. Mengunjungi tempat wisata atau kafetaria merupakan bentuk apresiasi terhadap diri sendiri karena sudah bekerja keras, menghibur diri sendiri maupun mengajak keluarga besar untuk bersenang-senang. Namun lain hal dengan seorang gadis yang tampak muram sejak tiba kesana, ia duduk di salah satu kursi kafetaria yang cukup ramai menunggu kedatangan seseorang.

Tangan nya bergerak lincah mengetik sesuatu pada layar ponsel, ia mengerang kesal beberapa kali kemudian menggigit bibirnya karena tak bisa meluapkan kemarahan yang mulai terpancar pada ekspresinya.

Winda menghempaskan gawai mahalnya ke meja, tak peduli benda itu akan rusak atau pecah dia tak bisa mentoleransi lagi kelakuan pria yang sampai detik ini masih menyandang status kekasihnya. Gadis itu tidak bodoh, tapi sebagaimana kita manusia normal yang memiliki rasa takut jika masalah akan menghampiri begitulah yang Winda rasakan sekarang.

Aran, pemuda itu menyimpan beberapa foto nya yang berpakaian seksi ketika mereka di Bali. Terus mengancam akan menyebarkan gambar tersebut kalau Winda berani memutuskan nya, sebenarnya dalam foto itu ia masih berpakaian lengkap cuma keadaan Winda ketika gambarnya diambil sedang terpengaruh alkohol. Pose nakal dan wajah tak sadarkan diri itu yang membuatnya geram, Aran sengaja menjebaknya dan bodoh kenapa Winda tidak menyadari bajingan itu memanfaatkan ketakutan nya.

Sekarang dia akan berhenti khawatir pada gambar itu, tidak peduli seberapa keras Aran akan mengancam, Winda akan putus darinya. Dia muak harus menurunkan harga dirinya, sepanjang malam setelah perbincangan nya beberapa waktu lalu bersama Arifin ia jadi memikirkan kembali pilihan apa yang akan dia ambil. Winda tentu bisa mendapatkan pemuda lain yang jauh lebih baik dari Aran, atau justru dia menemukan Mr. Right yang selama ini dia mimpikan.  Siapa tau kan?

Ditengah kerumunan orang mengantri, Winda dapat melihat orang yang sedari tadi ditunggunya. Pria itu tersenyum namun bukan nya senang menerima senyum palsu itu, Winda merasa mual. Kenapa dia tidak sadar lebih awal ketika membandingkan Aran dengan laki-laki disekitarnya sekarang, pemuda itu tampak biasa saja dan semua pakaian yang dia kenakan adalah pemberian nya. Selain membuang uang, ia juga membuang waktu karena berkencan dengan pria tidak tahu malu seperti Aran.

Dimana letak ketampanan yang selama ini ia agungkan, sekarang Aran tampak sangat biasa saja dimatanya. Brengsek

Mungkinkah dirinya memang sudah terkena pelet Aran sampai tak menyadari kalau lelaki kere sama sekali tidak keren. Bahkan pegawai salah satu penjaga stand minuman diujung sana jauh lebih tampan dibandingkan Aran.

Pantas saja Arifin selalu menghinanya karena menangisi kelakuan Aran, dia benar kalau mengatakan Winda sangat bodoh dan tidak tertolong karena tak bisa melihat semua keburukan dalam diri kekasihnya.

"Hei, udah lama nunggu? Sorry ya telat, aku abis dari car wash. Belum pesen makanan?" Sungguh membosankan sekali melihat raut muka sok ganteng Aran, lagi-lagi ia ingin sekali membenturkan kepalanya.

"Baru setengah jam doang, sans aja. Tumben kamu bawa mobil aku ke car wash, biasanya minta duit dulu ke aku baru mau nyuciin mobil nya. Takut ada barang selingkuhan kamu lagi yang ketinggalan ya?" Sahutnya untuk perkataan Aran yang mengandung banyak arti, lagi pula memang tumben sekali Aran mau mencuci mobil padahal selama ini laki-laki jangkung itu tak pernah mau melakukan nya tanpa dipaksa oleh Winda.

"Kamu pesen sana makanan nya, aku males ngantri", tambah Winda karena melihat raut tak suka dari muka kekasihnya. Ia tidak peduli bila Aran merasa diperlakukan seperti pesuruh karena selama delapan bulan mereka berkencan, Winda sudah menuruti semua yang dikehendaki pemuda itu.

Taste Me, Sir!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang