Apa kau menyukaiku?

2.4K 386 24
                                    

Kebalikan dari apa yang orang bilang bahwa Pol akan jadi yang pertama menyatakan perasaannya pada Arm, sebenarnya justru Arm yang memulainya.

Mereka tidak sepenuhnya salah. Pol memang menyatakannya lebih dulu, tapi ia melakukannya karena Arm bertanya.

Saat itu pukul sebelas malam, mereka sudah berada di ranjang, berselimut hangat di dalam duvet putih. Arm duduk di ranjannya sementara Pol sudah setengah tertidur ketika Arm memanggilnya tiba-tiba.

"Pol!"

"Ada apa?" Pol tersentak bangun.

"Apa sebutan untuk tikus yang berjalan dengan dua kaki?"

"Hah?'

"Mickey Mouse."

Pol menatapnya ternganga, sementara Arm memasang wajah datar, memandangi tangan di atas pangkuannya.

"Berikutnya, apa sebutan untuk anjing yang berjalan dengan dua kaki?"

"Mana aku tahu!"

"Goofy."

"Goofy seekor anjing?!"

"Kau tidak tahu?"

"Eh, tidak?"

Arm menatapnya, "Apa kau pernah menonton Mickey Mouse saat kecil?"

"Tentu saja pernah! Aku hanya tidak berpikir ia seekor anjing, ia tidak terlihat seperti anjing."

"Oke, pertanyaan berikutnya. Apa sebutan untuk bebek yang berjalan dengan dua kaki?"

"Donald Duck!"

"Semua bebek berjalan dengan dua kaki, Bodoh!" Arm tertawa begitu keras hingga matanya berair. Ia tidak berhenti hingga Pol memukulnya dengan bantal.

"Satu pertanyaan lagi. Siapa yang mencuri kilau dari bintang dan meletakkannya di matamu?"

Pol, yang kini sepenuhnya terbangun, menatapnya dengan mulut terbuka.

"Kau sedang menggombal?"

"Mungkin."

"Bagaimanpun, jawabannya sepertinya bukan orangtuaku. Tidak seperti anak mereka ini, mereka adalah warga negara yang taat hukum. Mereka tidak akan mencuri apapun dari manapun, apalagi bintang."

"Satu pertanyaan lagi—"

"Kau mengatakan hal yang sama sebelumnya!"

"Hanya satu lagi!"

"Kau lebih baik tidur sebelum aku memasukkan wasabi ke mulutmu!"

"Aku janji ini yang terakhir!"

Pol menyerah.

"Baik, lanjutkan."

"Pertanyaan terakhir. Kau cemburu?"

Pol hampir tersedak liurnya sendiri.

"Apa? Dengan siapa?"

"Pete, atau aku."

"Hah?"

"Kau terus menggodaku tiap kali aku sedang mengurus Pete. Orang bilang jika seseorang terus menggodamu ketika kau bersama orang lain, itu artinya ia cemburu. Jadi, apa kau cemburu?

"Tidak?"

Arm mengerutkan alis dan bersandar pada kepala ranjangnya.

"Ayo ganti pertanyaannya."

Pol tidak protes atau berkata apapun, Arm menganggapnya sebagai tanda baginya untuk melanjutkan.

"Kau menyukai Pete?"

"Tidak." Pol menjawab sangat cepat, seperti ia tidak berpikir sama sekali.

"Serius?" Arm menoleh ke arah Pol yang kini kembali berbaring.

Pol mengangguk.

"Kalau begitu, kau menyukaiku?"

"Ya." Seolah ia telah menyiapkan jawabannya sebelumnya, Pol lagi-lagi menjawab dengan sangat cepat.

"Hah?"

"Siapa yang tidak suka padamu? Kau baik, perhatian, dan dapat diandalkan. Siapa yang akan membencimu?"

"Aku serius, Bodoh!" Arm memukulnya dengan bantal sementara Pol menyeringai lebar.

"Oke, oke. Aku suka padamu. Tidak, aku bukan hanya suka padamu. Aku jatuh cinta padamu."

Arm menatapnya, mengedipkan mata beberapa kali.

"Lalu kenapa kau tidak cemburu dengan Pete?"

"Kenapa aku harus cemburu?"

"Karena kau menyukaiku?"

Pol tersenyum, ia berbalik ke sisinya menopang pada siku, tangannya menyangga kepala.

"Kenapa aku harus cemburu pada orang yang kau sukai? Meskipun aku jatuh cinta padamu, tidak berarti kau harus balik mencintaiku, bukan?"

Arm menggigit bagian dalam bibir bawahnya.

"Kalau begitu, jadilah pacarku."

Pol duduk tegak seketika.

"Apa?"

"Jadilah pacarku."

Pol tidak segera menjawab.

"Aku juga mencintaimu, jadi ayo berpacaran."

Pol tidak yakin bagaimana harus menjawab, jadi ia hanya mengangguk canggung sebelum sebelum meraih tangan Arm dan membawanya mendekati bibirnya.

"Apa boleh?'

Bukannya memberi jawaban verbal, Arm justru mengusapkan tangannya ke bibir Pol dan tertawa kecil.

"Aku mencintaimu, Bodoh."

The Simple Things (KinnPorsche The Series Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang