Sebelum pergi, Pete pernah memberi tahu mereka sebuah rute rahasia menuju ke luar rumah. Mereka tidak pernah mengira itu akan berguna hingga hari ini tiba.
"Langitnya jernih malam ini." ujar Pol.
Di sampingnya, Arm mengangguk dan tersenyum.
"Kau mau pergi melihat bintang?"
"Bukankah kita sedang melakukannya sekarang?"
"Ayo pergi melihat bintang di luar, dari jembatan Rama."
Arm menatapnya.
"Kau bercanda, bukan?"
Pol tidak tertawa, tidak juga menepak pelan lengannya seperti yang biasa ia lakukan ketika ia bercanda dan Arm menganggapnya serius.
"Kau tidak bercanda?"
Ekspresi Arm berubah menjadi ekspresi tidak percaya.
"Apakah mengawal Khun Tankhun akhirnya membuatmu kehilangan akal?"
Pada akhirnya, biarpun begitu Arm tetap mengikuti rencananya.
Jadi, mereka berjalan mengikuti rute yang diberitahukan Pete pada mereka, sambil menghindari pengawal yang ditempatkan di sepanjang jalan hingga mereka sampai di garasi. Pol menarik motornya keluar rumah, hingga mereka berada di luar jangkauan pendengaran sebelum menyalakannya.
Mereka berhenti di sebuah toko kelontong kecil untuk membeli sebotol teh hijau untuk mereka masing-masing sebelum melanjutkan perjalanan malam mereka.
"Pol, menurutmu apa pekerjaan mereka?' Arm bertanya ketika mereka melewati sebuah gedung apartemen mewah.
"Apa?!"
"Menurutmu, apa pekerjaan mereka?!"
"Aku tidak bisa mendengarmu!"
Arm memutar bola matanya, kesal.
Pol memarkir motornya dan memiringkannya sedikit agar Arm bisa lebih mudah turun dari motor. Arm memandang sekitarnya, matanya seolah menyala dan sebuah senyum merekah di wajahnya.
Untuk beberapa orang yang juga tengah memandangi bintang dari sana, jembatan adalah titik pusat dari pemandangan malam ini. Tapi di mata Pol, pria yang tersenyum di sampingnya adalah pemandangan terindah yang pernah ia lihat. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa bangganya Pol karena diberikan kesempatan untuk merekahkan senyum tersebut di wajah Arm.
Pol meletakkan tangannya melingkari pinggang Arm dan menariknya mendekat. Arm mendongak padanya sebelum menyandarkan kepala di pundak Pol.
Teh hijau lama terlupakan di bagasi, mereka tetap seperti itu selama entah siapa yang tahu berapa lama hingga jalanan semakin lengang seiring berlalunya waktu. Armlah yang awalnya ragu-ragu untuk pergi, tapi ia juga yang perlu diingatkan bahwa mereka akan kurang tidur jika tetap di sana lebih lama.
Pol membantu Arm dengan helmnya sebelum memasang miliknya sendiri dan menyalakan motor. Pol melingkarkan tangannya di pinggang Pol selama mereka berkendara melintasi jalanan. Untuk sesaat, Pol melepaskan tangannya dari setang kemudi untuk mengelus tangan kekasihnya, yang berujung Arm memukul tangannya dan berteriak panik.
"Kau ingin membunuh kita? Berkendaralah dengan baik!"
Arm mengeratkan pelukannya dan tersenyum lebar di balik helmnya yang tertutup. Ia bukan orang yang suka melanggar peraturan, tapi ia tidak menyesal melanggar satu kali ini.
Botol-botol teh hijau itu tetap terlupakan hingga mereka membuka bagasi motor Arm untuk memasukkan belanjaan seminggu setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Simple Things (KinnPorsche The Series Fanfiction)
FanfictionTidak seperti Kinn dan Porsche atau Vegas dan Pete dengan latar belakang dan perasaan mereka yang rumit, Pol dan Arm hanyalah dua pengawal yang jatuh cinta. Dengan segala kesederhanaannya, mereka hanya mencintai satu sama lain. (PolArm/Armpol Fanfic...