⚠️ TRIGGER WARNING
Suicidal thoughts, mentions of self-harming
Semua orang tahu Arm telah menyelamatkan Pol lebih dari sekali. Ia membuat Pol yakin pada dirinya sendiri, ia membuat Pol bertahan ketika ia hampir menyerah, ia menjadikan dirinya perisai bagi Pol berkali-kali, terlalu banyak hingga orang-orang tidak lagi menghitung.
Itulah alasan mengapa tidak ada yang pernah bertanya-tanya pada Pol mengapa ia jatuh cinta pada Arm.
Karena di samping itupun, Arm pada dasarnya adalah orang yang mudah dicintai. Ia jenius, baik hati, peduli, periang, dan ia salah satu pengawal paling handal di keluarga itu. Perlakuan istimewanya pada Pol hanya menambah panjang daftarnya.
Tapi tidak demikian dengan Arm. Bukan berarti ada yang berani bertanya, tapi mereka yang tidak mengenal Arm dengan baik, mereka diam-diam bertanya mengapa Arm jatuh cinta dengan seseorang seperti Pol.
Ia ceroboh, ia menganggap enteng segala hal, leluconnya garing, ia tidak menonjol seperti Arm, orang-orang biasanya mengesampingkannya sebagai pengawal tukang main-main yang tidak berbahaya.
Tapi mereka bukan Arm, dan itu yang membedakan sudut pandang mereka dengan Arm. Karena mereka tidak akan pernah bisa melihat Pol dari pasangan mata milik Arm.
Arm, pernah sekali, hidup seperti mesin tanpa tujuan. Ia hidup karena ia diperintahkan untuk hidup, karena ia diperintahkan untuk tidak mati. Ia melakukan apa yang keluarga itu perintahkan padanya. Ia keluar untuk mengawal keluarga tersebut, ia membuat program, perangkat keras, dan senjata, juga ia bangun pagi dan tidur sesuai jadwal yang ditentukan.
Tanpa tujuan, hanya perintah.
Lalu Pol datang.
Bukan berarti ia datang dan dunia Arm tiba-tiba terang benderang dengan pelangi di segala penjuru langitnya, tentu saja tidak.
Pol datang dan tiba-tiba ada seseorang yang bisa ia ajak bicara. Bukan hanya soal perkejaan, Arm bahkan bisa bicara soal makan siang hari yang rasanya terlalu pedas baginya dan Pol tetap akan mendengarkannya dengan bersemangat.
Dulu sebelum mereka menjadi teman sekamar—ketika Arm kebanyakan tinggal di ruang senjata karena kamarnya terasa hampa—tiap saat teman sekamar Pol sedang tugas malam, ia akan tidur di kamar Pol dan mereka akan melakukan apapun untuk membuat mereka sendiri merasa lelah hingga jatuh tertidur.
Tiba-tiba, ia punya banyak sekali alasan untuk tetap hidup. Untuk makan malam tengah malam mereka, untuk lebih banyak bicara dan bertukar gelak yang akan membuat kepalanya pening, untuk lebih banyak lelucon garing Pol yang justru ia temukan lucu, atau sederhananya, untuk lebih banyak waktu mereka bersama.
Jadi, Arm mulai menggambar kupu-kupu.
Di pergelangan tangannya.
Ketika yang satu akhirnya bersih tercuci, ia akan menggambar yang lainnya. Tapi ia akan menamai mereka dengan nama yang sama.
Pol.
Ia menamai mereka Pol.
Agar apabila ia mengiris mereka, itu berarti ia membunuh Pol. Dan ia tak mau itu terjadi, jadi ia berhenti mengiris tangannya sendiri.
Ia berhenti mencoba membunuh dirinya sendiri dengan cara yang alami, seperti sengaja menempatkan dirinya di ujung pistol—agar pistol itu akan menembaknya dan ia berakhir meninggal. Ia berhenti melakukannya, karena ada banyak hal yang ingin ia lakukan dengan Pol.
Begitu banyak hal yang tidak bisa ia lakukan bila ia meninggal dunia.
Pada akhirnya, Arm lelah juga melihat 'Pol' menghilang, jadi ia mulai berpikir apa ia harus mentato kupu-kupu itu.
Tapi, tidak. Pol sebenarnya memberinya kupu-kupu lain. Atau, banyak kupu-kupu.
Di hatinya.
Pol akan membawakan secangkir kopi tiap kali ia lembur. Bukan sembarang kopi, tapi kopi kesukaannya. Dari merk kesukaannya, dengan resep kesukaannya.
"Jangan duduk begitu, itu buruk untuk postur tubuhmu. Itu juga akan membuatmu sakit punggung." kata Pol ketika ia melihat posisi duduk Arm. Ia akan menarik pundaknya ke belakang sehingga Arm tidak membungkuk di atas meja, hingga itu menjadi kebiasaannya untuk duduk dengan tegak.
Dulu Arm seringkali kembali ke kamar setelah tengah malam, terlalu lelah untuk membuka selimutnya. Tapi ia akan menemukan dirinya sendiri tertutup di bawah selimut ketika ia bangun di pagi hari. Tentu saja, itu perbuatan pria yang lebih tinggi tersebut.
Sekali, ia pernah mengalami sakit perut parah yang berarti memuntahkan apapun yang ia makan. Pol terjaga sepanjang malam waktu itu, bersedia dengan ember di samping ranjanvnya. Dan meskipun Arm adalah salah satu jenis pasien terburuk, ia masih dengan sabar mengurusnya.
Semua itu, jauh sebelum mereka menjadi apa-apa. Itulah bagaimana Pol memberinya kupu-kupu, menggantikan satu yang ada di pergelangan tangannya.
Satu hari, berbulan-bulan setelah mereka mulai berpacaran, ia menceritakan pada Pol tentang 'Pol' si kupu-kupu—yang ada di pergelangan tangannya.
Dan respons Pol adalah untuk mengambil kedua tangannya dan mencium dalam-dalam pergelangan tangannya, di mana 'Pol' si kupu-kupu pernah hinggap.
"Aku tidak tahu apa ini hal yang tepat untuk dikatakan," Ia mencium pergelangan tangan kanan Arm, "tapi aku harap aku bisa jadi kupu-kupumu selamanya." Lalu diciumnya pergelangan tangan kiri Arm.
Itulah bagaimana Pol masih memberinya kupu-kupu, hingga saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Simple Things (KinnPorsche The Series Fanfiction)
FanfictionTidak seperti Kinn dan Porsche atau Vegas dan Pete dengan latar belakang dan perasaan mereka yang rumit, Pol dan Arm hanyalah dua pengawal yang jatuh cinta. Dengan segala kesederhanaannya, mereka hanya mencintai satu sama lain. (PolArm/Armpol Fanfic...