"Pol, aku akan pergi belanja. Ada sesuatu yang kau butuhkan?"
"Ini juga hari liburku, ayo pergi berdua."
Arm menoleh ke arahnya.
"Kau yakin?"
"Tentu!"
"Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam mengelilingi tiap rak untuk memastikan tidak ada yang aku lupakan."
"Kalau begitu, akan lebih bagus kalau ada yang menemanimu, 'kan?"
"Jangan mengeluh padaku karena kakimu sakit, oke?" Arm menyeringai lebar.
"Siap, Pak!" Pol mengangguk dan memberi hormat, yang membuat Arm menampar lengannya bercanda.
Satu jam kemudian, ia hampir menyesali keputusannya. Tapi, tentu saja, ia tidak akan mengatakan apa-apa.
Ia terbiasa dengan latihan keras sebagai pengawal, tapi berjalan pelan-pelan mengelilingi rak adalah tingkatan lain dari latihan. Ingatkan ia untuk meminta Chan agar menambahkan berjalan pelan-pelan selama berjam-jam sebagai metode latihan baru.
Tidak heran Arm selalu terlihat lelah sehabis belanja bulanannya. Atau belanja bulanan mereka, lebih tepatnya. Pol selalu menggodanya tentang itu, bahwa umurnya akhirnya mulai menyusulnya.
Tapi sepertinya usianya sendiri juga mulai menyusulnya.
"Oh, ini produk baru!" Mata Arm seolah menyala melihat susu dengan varian rasa baru di depannya.
"Sepertinya mereka baru merilis susu rasa pisang. Haruskah kita mencobanya?" Kepalanya menoleh ke Pol, tangannya memegang sekotak susu.
"Kenapa tidak?" Pol tersenyum melihatnya.
Setelah meletakkan susu di dalam troli, Arm mengeluarkan daftar dari sakunya. Itu adalah satu hal yang Pol sadari dari sahabat‐menjadi-kekasihnya itu. Meskipun ia dikenal dengan reputasinya sebagai ahli teknologi di rumah, Arm lebih memilih menuliskan semua hal yang harus ia ingat di kertas daripada mengetiknya dalam gawai.
Daftar panjang belanjaannya bukanlah pengecualian.
"Aku akan mendorong trolinya dari sini. Kau bisa berjalan di depan dan memerhatikan rak-raknya."
Pol meletakkan tangannya di pundak Arm dan mengecup singkat pipinya sebelum mengambil alih troli. Arm tertawa kecil dan berjinjit untuk mengecupnya balik.
Mereka berhenti di depan bagian keju. Arm memindai rak sebelum mengambil beberapa kemasan keju cheddar.
"Kita juga harus mengambil ramen. Ramen terasa enak dengan keju." Pol berkata sambil tersenyum lebar.
"Kita bisa memakannya di restoran." Arm menolak.
"Dan terganggu pertengkaran Khun Kim dan Khun Tankhun yang berakhir kita bahkan sama sekali tidak bisa makan sesuap pun? Tidak, benar-benar tidak. Kita sungguh harus membeli ramen sendiri dan memasaknya di dapur kita." Pol menggelengkan kepala, ia merinding dengan membayangkannya saja.
Perhentian mereka berikutnya adalah bagian sereal. Arm sedang memandangi rak, mencari ukuran terbesar keripik jagung kesukaannya. Menyadari itu ada di rak tertinggi, ia menghela napas sebal.
Pol tertawa kecil sebelum melangkah mendekat dan mengambilkannya.
"Apa kau sedang mengujiku, atau kau hanya terlalu sombong untuk meminta bantuanku?" Pol bertanya sambil mengatur keripik jagung tersebut dalam troli.
"Keduanya." Arm mendengus sebagai jawaban.
Pol membuat catatan mental agar ia lebih sensitif terhadap kebutuhan kekasihnya yang pemalu.
Setelah dua setengah jam berjalan keliling, pasangan itu akhirnya menyelesaikan tur pasar swalayan mereka dengan satu kotak kardus penuh belanjaan.
"Rasanya aneh." Arm tiba-tiba bicara saat mereka tengah memasukkan belanjaan ke dalam bagasi motor Pol.
"Apa?"
"Ada seseorang yang bersamaku di sini, rasanya aneh."
Pol tersenyum, menutup bagasinya.
"Aku akan pergi denganmu bulan depan, bulan depannya, dan seterusnya sampai aku tidak bisa melakukannya lagi, agar kau lupa bagaimana rasanya pergi sendirian." ujar Pol, membantu Arm dengan helmnya sebelum memakai miliknya sendiri.
Mereka naik ke motor dan meninggalkan pasar swalayan. Arm melingkarkan lengannya erat-erat di pinggang Pol, dengan tubuhnya bersandar pada punggung Pol.
"Pol."
"Ya?"
"Terima kasih." Pol bisa melihat Arm tersenyum sumringah dari kaca spion. Ia tidak tahu berapa kali seseorang bisa jatuh cinta dengan orang yang sama dalam satu kehidupan, tapi ia tidak keberatan jatuh cinta jutaan kali pada Arm.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Simple Things (KinnPorsche The Series Fanfiction)
Fiksi PenggemarTidak seperti Kinn dan Porsche atau Vegas dan Pete dengan latar belakang dan perasaan mereka yang rumit, Pol dan Arm hanyalah dua pengawal yang jatuh cinta. Dengan segala kesederhanaannya, mereka hanya mencintai satu sama lain. (PolArm/Armpol Fanfic...