Dinamika

1.3K 244 7
                                    

"Sebentar, biar aku perjelas."

Pete, mengenakan sarung dan kaus dalam tanpa lengan kesayangannya, duduk di lantai bersebelahan dengan Arm. Satu kakinya menopang siku.

"Jadi, saat ini kau sedang khawatir secara berlebihan tentang cintamu untuk Pol?"

"Itu bukan kekhawatiran berlebih!"

"Ya, apapun itu sebutannya. Dan itu karena kau tidak merasa cemburu ketika orang lain terlalu dekat dengan Pol?"

"Begini, maksudku, aku tetap cemburu kalau melihatnya terlalu dekat dengan orang lain. Tapi, tidak sampai aku begitu marah hingga aku ingin meninju orang tersebut. Aku biasanya hanya memegang tangan Pol, atau menepuk pelan pundaknya untuk mengingatkan, begitu saja. Kau paham maksudku?"

Pol menggigit bibir dan mengangguk-angguk paham.

"Dan itu membuatmu bertanya-tanya pada dirimu sendiri apa kau benar-benar mencintainya?"

"Yep."

Pete memijat pelipis, otaknya sakit memikirkannya. Ia tidak terbiasa dengan ini, Arm meminta nasehat soal cinta padanya. Meskipun Arm memang selalu datang padanya kalau ia perlu berdiskusi tentang pekerjaan, itu selalu berbanding terbalik kalau menyangkut kehidupan percintaan mereka.

Selalu ia yang datang pada Arm, dan Arm akan mendengarkannya baik-baik. Selalu seperti itu, bahkan sebelum Arm mengencani Pol.

Situasi ini terasa aneh baginya.

Ini adalah waktu yang langka ketika kebiasaan buruk Arm mengkhawatirkan sesuatu secara berlebihan mulai menganggunya dan ia butuh mengeluarkan pikiran itu dari kepalanya.

Untungnya, ini adalah waktu ketika Tankhun menyeret kedua pengawal utamanya untuk mengunjungi rumah keluarga kedua. Ia bilang pada mereka bahwa ia merindukan Pete, tapi bahkan rerumputan tahu bahwa ia hanya ingin bertemu keponakannya. Atau teman bermainnya, lebih tepatnya.

Sementara Pol dan Vegas berada di halaman belakang, bergabung dalam permainan konyol bersama Tankhun dan Venice, Arm dan Pete memutuskan untuk tetap di dalam.

Terlebih setelah Pete melihat ekspresi gundah sahabat karibnya.

"Wajahmu akan membuat mataharinya kabur." ujar Pete ketika ia menarik Arm untuk duduk di ruang keluarga.

Dan di sinilah mereka sekarang.

Arm berdeham, memecah lamunan Pete.

"Arm."

Arm ber-hm panjang sebagai jawaban.

"Mengapa menurutmu cemburu harus jadi bagian dari jatuh cinta?" tanya Pete.

"Karena... Kau tidak akan ingin seseorang terlalu dekat dengan kekasihmu?" Arm menjawab, tangannya bergerak-gerak kecil di atas pangkuannya.

"Bahkan jika kekasihmu tahu batasannya?'

Arm tidak merespon kali ini. Ia justru memberikan Pete pertanyaan lain.

"Apa kau pernah cemburu pada Khun Vegas, Pete?" Arm bertanya dengan suara pelan.

"Tidak juga. Bukan karena aku tidak bisa merasa cemburu, tapi... Tidak ada yang berani terlalu dekat dengan Vegas." Pete terkekeh pada kalimat terakhirnya.

"Bagaimana jika seseorang cukup berani untuk bergerak mendekatinya?'

"Nah, itu, aku akan cemburu, mungkin?" Pete menoleh ke arah Arm, "kami tidak pernah menjadi pasangan yang normal sejak awal, Arm. Jika normal digambarkan dengan menyesuaikan diri dengan semua orang. Maksudku, siapa yang akan jatuh cinta pada orang yang menyekapnya, eh?"

"Tapi, Arm, tiap hubungan punya dinamika sendiri, bukankah begitu? Dan, kupikir begitulah dinamika kami. Kami tidak bisa menyesuaikan diri dengan standar semua orang, memang kenapa? Kami menikmati hidup kami, kami nyaman dengan apapun yang kami lakukan. Kenapa harus repot-repot mengikuti standar orang lain kalau pada akhirnya itu tidak cocok dengan kami?" lanjutnya.

Arm tertawa pelan. Matahari sudah mulai tenggelam, sinarnya masuk menembus jendela, sebagian menerpa wajahnya.

Oh, dramatis sekali, Pete membatin pada dirinya sendiri.

"Bagaimana kau mengartikan cinta, Arm?"

Arm tidak punya kesempatan untuk menjawab karena trio pengasuh bayi—yang salah satunya juga seorang bayi dalam tubuh orang dewasa—berjalan masuk.

Pete menepuk punggungnya dua kali, "Jangan terlalu dipikirkan. Nanti otakmu sakit."

"Ayo, ayo! Serialnya sebentar lagi mulai!" Tankhun mengusir kedua pengawalnya menuju jalan utama.

Malam itu, ketika mereka akhirnya tiba di dalam privasi kamar mereka—Arm memastikan telah mengunci pintu kali ini—Arm menghentikan Pol yang sedang berjalan ke kamar mandi dengan merangkulnya dari belakang.

"Kenapa? Kau tidak apa-apa?" Pol bertanya, menoleh ke belakang untuk memandangnya.

"Aku baik-baik saja. Biarkan aku seperti ini sebentar saja." kata Arm, suaranya teredam oleh punggung Pol.

Pol meletakkan tangannya di atas tangan Arm dan mengusap-usapnya dengan ibu jari.

"Aku menyayangimu." Arm berucap, lebih seperti afirmasi kepada dirinya sendiri.

Ia tidak tahu bagaimana orang-orang lain mengartikan cinta, atau apa yang tertulis sebagai definisi dari cinta di dalam kamus. Tapi baginya, cinta adalah tentang menemukan kebahagiaan, kenyamanan, dan mengenali keberadaan dirinya sendiri dalam diri orang lain.

Dan ia menemukannya pada orang dalam pelukannya saat ini.

The Simple Things (KinnPorsche The Series Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang