Fakta

1.8K 311 30
                                    

Disitanya ponsel mereka ketika mereka melangkahkan kaki ke dalam rumah ternyata memiliki sisi baiknya. Itu membuat para pengawal menemukan banyak cara untuk menghibur diri mereka sendiri seraya berbaur satu sama lain.

Untuk malam ini, dengan satu mangkuk ramen instan yang mereka makan bersama—mereka ingin mencobanya terlebih dahulu jadi mereka hanya membeli satu, tapi berbagi semangkuk ramen memang terdengar romantis—Pol menantang Arm untuk menulis daftar fakta tentang satu sama lain.

"Berapa banyak?" tanya Arm.

"Dua puluh?"

"Apakah hidupku begitu rumitnya sampai kau bisa menulis dua puluh fakta tentangku?" Ia mengerutkan alis.

"Sebenarnya, aku tidak yakin. Lima belas?"

"Sepuluh." Nada bicara Arm tidak memberi ruang bagi Pol untuk menolak. Pol membuka mulutnya untuk bicara sebelum menutupnya kembali.

"Baiklah, sepuluh, kalau begitu."

Mereka mulai menulis, melirik satu sama lain tiap beberapa saat. Setelah beberapa menit kesunyian, Pol memecahnya dengan membanting kertasnya ke atas meja.

"Selesai!"

Arm menyusul beberapa detik kemudian.

"Sekarang, ayo bacakan bersuara! Kau lebih dahulu." Pol berseru. Arm membelalak tidak setuju tapi tetap mengikuti.

"Nomor satu, Arm tidak suka manis. Nomor dua, Arm tidak suka memakai kemeja. Tunggu, bagaimana kau tahu?"

"Kau tidak punya kemeja selain kemeja putih yang diberikan sebagai seragam, dan kau selalu mengenakan jaket tiap kita pergi ke luar." Pol mengedipkan sebelah mata padanya.

"Nomor tiga, Arm masih menggunakan parfum kedaluwarsa hanya karena itu adalab parfum mahal. Hei, kau dengar aku, kita ada di era di mana gaya hidup minimalis telah dinormalisasi. Menggunakan sesuatu hingga benar-benar habis adalah hal wajar!" Arm berteriak, mencubit pinggang Pol.

"Apa aku pernah mengatakan itu tidak wajar?!"

"Nomor empat, Arm suka melingkari hari-hari penting jadi ia selalu membeli kalender tiap tahun." Arm tersenyum membacanya. Sebenarnya, ia hanya suka menulis ulang tahun Pol di kalendernya—ia tidak akan pernah memberi tahu Pol tentang ini, tentunya.

"Nomor lima, Arm baru—kau sungguh menganggap ini fakta?!" Arm melotot pada Pol, mulutnya menganga.

"Itu adalah fakta menyenangkan!"

"Bagaimana mungkin ini bisa menjadi fakta menyenangkan?!"

"Semua orang akan terkejut mengetahui si jenius Arm yang selalu mereka sanjung baru mengetahui ini beberapa hari lalu. Jadi, yap, ini adalah fakta menyenangkan."

"Jangan berani-beraninya kau mengatakan satu kata tentang ini pada siapapun!" Arm mengangkat sebuah bantal, mengancam akan melemparnya ke arah Pol.

"Porsche?"

"Kau butuh aku mengoleskan lem super ke bibirmu?"

"Bagaimana dengan Khun Tankhun, atau... Pete! Pete berhak mengetahui ini, bukan begitu?"

Arm bangkit dari sofa dan berjalan ke kabinet dapur.

"Oke, tidak! Aku tidak akan beri tahu siapapun, aku berjanji!' Pol buru-buru menggenggam tangan kekasihnya.

Arm memutar mata, bibirnya cemberut.

"Kau ingin melanjutkan?"

Arm, meskipun sambil melotot, tetap mengambil kertasnya dari meja.

"Kelima, Arm baru mengetahui beberapa hari lalu bahwa wortel tidak bisa menyembuhkan miopi. Keenam, Arm selalu membaca Kata-kata Bijak sebelum tidur tiap malam. Ketujuh, Arm punya toleransi yang tinggi terhadap rasa sakit. Tunggu sebentar, dari mana kau tahu ini?'

The Simple Things (KinnPorsche The Series Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang