Welcome, Paris

24 7 0
                                    

Delapan belas jam perjalanan udara dari Seoul ke Paris membuat Cherry merasakan nyeri di kedua lututnya. Pada akhirnya ia sampai juga di Kota Romantis itu.

Begitu keluar dari kawasan bandara, ia langsung menaiki salah satu taksi yang ada disana. Wanita itu minta diantarkan ke hotel terdekat, berharap dirinya bisa istirahat sesegera mungkin.

"Astaga! Aku hampir lupa mengabari Asahi!" Gumamnya tanpa berniat mengambil ponsel dari dalam handbagnya, karena dia terlalu lelah.

"Yes, maam? Any problems?" Tanya sopir taxi yang ditumpanginya.

"Nothing." Jawab Cherry singkat.

Butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di hotel yang Cherry inginkan. Sesampainya disana, ia langsung keluar dan tak lupa membayar biaya sewa taksinya.

"Thank you!" Katanya kemudian bergegas masuk ke dalam hotel.

Setelah mengurus reservasinya yang memakan waktu tidak cukup lama, wanita bermarga Choi itu mendapatkan kunci kamarnya, nomor 245.

"Ah! Lega rasanya aku sudah sampai!" Katanya dan langsung membaringkan tubuhnya di kasur.

Jangan lupakan pakaian pesta yang masih membalut tubuhnya. Sebab ia melarikan diri tanpa planning atau persiapan apapun. Hanya membawa handbag berisi ponsel dan dompet.

Drrrrtttt...

Tiba-tiba ponselnya berdering. Satu panggilan masuk dari Asahi.

"Aku sudah sampai. Terima kasih atas pertolonganmu." Cherry membuka percakapan itu lebih dulu.

"Syukurlah. Lalu, apa rencanamu ke depan?" Tanya Asahi dari seberang sana, Korea.

"Entahlah... Saat ini aku hanya ingin beristirahat. Mungkin besok aku akan memikirkannya." Jawab Cherry.

"Kuharap kau bisa menjaga dirimu dengan baik. Kabari aku jika kau butuh sesuatu." Kata Asahi lagi.

"Terima kasih. Tapi kurasa tidak perlu. Aku akan memikirkan jalanku sendiri nanti. Aku sudah terlalu banyak merepotkanmu." Tolaknya halus. Cherry merasa tidak enak. Jujur, Asahi adalah lelaki yang sangat baik.

Mungkin Cherry tidak tahu, Asahi telah menyukainya. Tapi pria Jepang dengan marga Hamada itu malah membantunya lepas perjodohan tersebut. Bahkan rela melukai dirinya sendiri demi menciptakan drama yang bahkan Cherry tidak mengetahui alurnya. Ya, mungkin memang membantu?

"Baiklah! Kalau begitu maumu. Aku tutup dulu. Selamat beristirahat!"

"Ya..."

Percakapan mereka terhenti disitu saja. Untuk selanjutnya, ingatkan Cherry agar membersihkan diri dulu sebelum tenggelam dalam pelukan kasur yang hangat. Tapi, hal itu terlambat. Wanita itu sudah berada di atas kasur dengan posisi memeluk guling dan siap memasuki dunia mimpi.

***

Malam sudah larut. Baru saja Asahi ingin memejamkan matanya, ponselnya bergetar tiba-tiba. Dengan rasa malas ia bangun dari kasur dan mengambil ponselnya di atas meja.

"Ashh!" Asahi meringis saat tangannya yang terbalut perban tidak sengaja terhantuk meja.

Mau tidak mau ia mengambil benda pipih hitam itu dengan tangan yang lain. Di layarnya tertulis satu panggilan masuk dari Cherry.

Mata lelaki itu melirik ke arah jam.

Pantas, disana sudah pagi.

"Ada apa?" Tanyanya, membuka percakapan.

"Aku tidak tahu harus apa. Bisa kau membantuku? Sekali ini saja, kumohon. Aku bahkan tidak punya sehelai baju ganti yang harus kupakai nanti." Jelas Cherry darisana, panjang lebar.

A BEAUTIFUL GOODBYE, ISN'T IT? (Bang Yedam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang