PERJODOHAN

48 11 2
                                    

Ingatkan Cherry untuk tidak menangis lagi.

Kesekian kalinya, ia dipaksa menerima perjodohan yang bahkan tak diinginkan.

Saat teman-temannya yang lain, menikmati kebebasan mereka. Cherry harus berjuang akibat ketidakbebasannya.

"Kau sudah siap?" kata Mama yang baru saja mengecek putrinya.

Wanita paruh baya itu mendekati Cherry, putri semata wayangnya yang masih termenung di depan cermin. Kedua tangannya yang berada di bahunya, membuat Cherry kembali pada kesadarannya.

"Ya, mama?" tanya Cherry karena tidak memahami apa yang dibicarakan barusan.

"Apa kau sudah siap, putriku yang cantik?"

Memahami arah pembicaraan ibunya, Cherry menolehkan kepalanya dan menatap mamanya lemah.

"Aku tidak akan pernah siap sampai kapanpun, ma. Apakah aku tidak dibolehkan menolak perjodohan ini?"

Suara gadis itu terdengar seperti tercekat, hampir menangis. Sungguh, Cherry ingin terbebas dari keadaan ini. Namun, sang mama rupanya tak peduli pada anak gadisnya itu. Ia tampak memutar kedua bola matanya dan menatap anaknya tajam.

"Kau terlahir sebagai putri konglomerat, orang terpandang. Memang begitulah jalan hidupmu. Tidak ada waktu untuk bermain-main,"

"Apalagi untuk menolak perjodohanmu. Ikuti apa yang telah orang tuamu atur. Kau mengerti?" tegas mama.

Setelah itu, mama keluar dengan beribu rasa kesal di kepalanya. Tak lama kemudian, datanglah beberapa maid yang menjemput Cherry agar segera turun ke bawah. Sebab, keluarga "calon suami" nya sudah menunggu di bawah.

Cherry pun turun dengan rasa yang bercampur aduk. Marah, kesal, tidak terima hingga membuat wajahnya kusut sampai di ambang pintu menuju ruang pertemuan dua keluarga tersebut.

Mama yang menyadarinya langsung menghampiri Cherry.

"Kau tidak ingin mempermalukan keluargamu sendiri, kan?" tanya mama berbisik. Cherry menjawabnya dengan gelengan pelan.

"Maka, tersenyumlah dan tunjukkan kecantikanmu pada mereka."

Cherry meringis mendengar intimidasi mamanya. Dengan terpaksa ia memasang senyumnya.

"Bagus. Ayo temui mereka."

Kedua wanita itu berjalan memasuki ruang pertemuan. Beberapa pasang mata menatap Cherry penuh rasa kagum. Kecantikan bagai seorang putri dongeng yang tak pernah mereka lihat sebelumnya. Termasuk sepasang mata milik pria Jepang yang diam-diam mengulum senyumnya.

"Wah! Inikah putri kalian?" tanya Nyonya Hamada kagum.

"Sungguh cantik dan sempurna! Berapa lama kalian menyimpan berlian ini?" pujinya kemudian.

Mendengarnya, papa dan mama Cherry tersenyum puas. Kecantikan putri mereka mampu menghipnotis orang-orang dalam sekejap. Belum lagi keahlian lainnya yang mungkin akan membuat mereka mati.

"Putri kami ini baru saja menyelesaikan studinya di Australia." kata papa penuh rasa bangga.

"Ah! Sudah cantik, pintar pula! Pasangan yang sangat cocok dengan putra kami." sahut Tuan Hamada, melirik putranya yang duduk tepat di sebelahnya.

"Perkenalkan dirimu, nak." suruhnya.

Cherry membungkukkan sedikit tubuhnya, "Perkenalkan namaku Cherry. Aku senang bisa menemui kalian malam ini."

Senyumnya merekah dari wajah cantiknya. Walaupun tak ada satupun yang menyadari bahwa senyuman itu hanyalah sebuah keterpaksaan, penuh tekanan batin.

Tiba-tiba putra dari pasangan Hamada, berinisiatif berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Cherry. Anak lelaki itu menundukkan sedikit punggungnya sambil mengulurkan tangannya.

"Namaku Hamada Asahi. Sungguh beruntung bisa mengenal putri cantik Tuan dan Nyonya Choi."

Dia terdiam cukup lama sampai Cherry menyematkan tangannya pada tangan pria itu. Momen yang romantis dan masih sopan, membuat orang tua mereka menaruh harapan yang sangat tinggi pada mereka di kemudian hari.

Asahi mengantarkan Cherry menuju kursinya yang berada bersebelahan dengannya. Setelah mengisyaratkan terima kasih, Cherry duduk dan disusul olehnya.

"Lihatlah! Putra dan putri kita sangat serasi. Perpaduan tampan dan cantik, pasti kelak cucu-cucu kita akan mewarisinya." ujar Nyonya Hamada penuh kebahagiaan di hatinya.

Berbanding terbalik dengan Cherry, dengan sejuta rasa gundah di hatinya. Berharap pemuda Hamada yang akan dijodohkan dengannya itu memiliki keinginan yang sama, yaitu menolak perjodohan tersebut.

-to be continued-

A BEAUTIFUL GOODBYE, ISN'T IT? (Bang Yedam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang