Pagi menjelang. Namun Asahi tak bergerak dari tidurnya. Pria itu merasa kepalanya sangat pusing dan kedinginan. Padahal, cuaca diluar sangat cerah pagi itu. Tidak ada hujan ataupun tanda-tandanya sedikit pun.
Dia berusaha untuk bangun. Namun usahanya sia-sia. Sebab tubuhnya terasa berat untuk bangkit.
Tiba-tiba pintu terbuka menampakkan sosok wanita dewasa, lebih tepatnya Nyonya Hamada. Ia menatap Asahi khawatir, apalagi setelah Asahi menoleh ke sumber suara dengan tatapan lemah.
Sang ibu menghampiri dan langsung menyentuh kening Asahi untuk mengecek suhu tubuh puteranya itu.
Betapa terkejutnya wanita itu saat mengetahui suhu tubuh anaknya sangat tinggi. Lalu ia memanggil beberapa pelayan.
"Iya Nyonya. Apa ada yang harus kami lakukan?" Tanya salah satu pelayan tertua disana.
"Panggilkan Dokter Kim. Sisanya diantara kalian tolong rawat puteraku dengan baik. Siapkan sarapan!" Suruh Nyonya Hamada.
Pelayan tertua mengangguk patuh dan mengarahkan pelayan lainnya untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh nyonya besar. Sebagian menuju dapur untuk menyiapkan sarapan, sebagiannya lagi menyiapkan kompres untuk tuan muda mereka dan mulai membersihkan kamarnya.
"Beristirahatlah. Ibu akan kembali lagi nanti." Kata Nyonya Hamada seraya mengusap puncak kepala puteranya sebelum beranjak pergi dari sana.
Asahi sendirian lagi. Hanya ditemani oleh beberapa pelayan yang menyuapinya sarapan dan menggantikan pakaian. Mereka juga tak lupa mengompres tuan muda yang sedang sakit itu.
Tak lama, Dokter Kim datang. Tidak banyak yang dibicarakan oleh dokter berwajah cerah itu. Setelah memeriksa kondisi Asahi, ia meresepkan obat yang diberikan kepada pelayan tertua.
"Terima kasih dokter. Saya akan merawat tuan muda dengan baik!" Ucap pelayan Ma.
"Memang seharusnya begitu. Cepat sembuh, tuan. Saya permisi!"
Asahi menganggukkan kepalanya lemah. Sementara pelayan yang lain mengantarkan Dokter Kim ke depan, Pelayan Ma menjalankan tugasnya. Wanita tua itu memberikan obat pada tuan mudanya.
"Ibu Ma..." panggil Asahi.
Pria itu memanggilnya ibu, karena Pelayan Ma telah mengurusnya sejak kecil.
"Ya tuan? Katakan apa ada yang harus kukerjakan?" Tanya Pelayan Ma.
Asahi menggeleng, "Semalam aku bertemu Chaeyeon dalam mimpi."
"Apakah tuan muda pergi ke pantai itu kemarin?" Tanya Pelayan Ma lagi.
Pelayan tua itu sudah hapal betul apa yang tuan mudanya lakukan jika sampai jatuh sakit seperti itu.
"Ya. Aku kesana untuk mengunjunginya. Aku sangat merindukannya, Ibu Ma..." jawab Asahi makin melemah dengan suaranya yang bergetar.
"Tuan harus bisa mengikhlaskannya. Tuan akan seperti ini jika tuan tidak bisa. Aku yakin semua orang ingin tuan hidup dengan bahagia." Nasehat Pelayan Ma.
Setelah itu Asahi tidak menjawab. Pikirannya melayang entah kemana. Menciptakan keheningan di ruangan yang lumayan besar itu.
Pelayan Ma pun berpamitan dari sana setelah sebelumnya sempat mengucapkan pada tuan mudanya agar segera sembuh.
Tinggallah Asahi sendiri disana yang tidak lama kemudian kembali tertidur.
Hening kembali menyelimuti kamar lelaki itu. Sampai akhirnya seseorang tanpa ragu duduk di tepi ranjang, menatap lelaki itu dengan senyum di wajah cantiknya.
Satu tangannya terulur. Mengusap kepala lelaki itu penuh rasa lembut dan sayang. Hal itu sedikit mengusiknya, hingga siempunya mata membuka matanya.
"Chaeyeonnie..." gumam Asahi saat menyadari wanita yang selama ini ia rindukan, tengah duduk di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A BEAUTIFUL GOODBYE, ISN'T IT? (Bang Yedam)
RomantiekCherry: Kyle, pria romantis dan penuh kejutan, kutemukan di Paris adalah cinta pertama dan terakhir yang tak mungkin aku lupakan hingga akhir hayatku.. Kyle: Maaf aku tidak bisa menjagamu seumur hidupku.. "Ketika dua insan yang saling mencinta harus...