Worried

382 38 1
                                    

Saat ini, Ravennzy dan teman-temannya tengah berkumpul di kantin sekolah, dengan Ezio tentunya.

"Wih, sudah ada yang official nih!" ujar Farrelino.

"Perasaan kemarin ada yang bilang tidak mau berpacaran lagi, lalu ini apa?" sindir Farrelino kepada Ravennzy.

Ravennzy yang pusing dengan celoteh Farrelino pun hanya memilih diam. Ia pun juga bingung, bagaimana Ezio bisa membuatnya jatuh cinta dalam waktu yang cukup singkat. Sedangkan Maura yang sudah lama mendekatinya, tak mampu membuat Ravennzy jatuh cinta. Ah ya! Maura, kemana gadis itu?

Begitu juga dengan Ezio, yang sedari tadi hanya diam memperhatikan orang orang dihadapannya. Tak biasanya ia diam. Biasanya, pria lucu ini akan selalu mengomel membicarakan hal tidak penting.

"Hey, Ezio. Kenapa kau diam saja? tumben sekali.." tanya Reyen.

"Huh? aku tak apa, Reyen." jawab Ezio.

"Kau kenapa sayang? apa yang kau inginkan?" tanya Ravennzy kepada sang kekasih.

"Tidak ada, Ravennzy. Aku hanya sedang tidak mood saja." jawab Ezio, seraya menyembunyikan tangan kirinya.

Ravennzy yang bingung melihat tingkah Ezio, langsung saja bertanya "Ada yang kau sembunyikan dariku? beritahu aku!"

"Ravennzy, perih. Tanganku perih." ucap Ezio sambil menunjukkan tangan kirinya.

"Astaga, sayang. What happened to you?" tanya Ravennzy.

Ia sangat khawatir kepada Ezio. Bagaimana tidak? tangan kiri mulus pria itu menjadi merah dan sedikit melepuh.

"Tadi aku memasak air untuk membuat teh. Saat aku mengangkat panci, air nya malah tumpah dan mengenai tanganku." jelas Ezio.

"Ezio, sudah berapa kali kau ketumpahan air panas seperti itu? sudah seringkali." kali ini bukan Ravennzy yang membuka suara, melainkan Claire.

Ravennzy melotot, menatap kekasihnya. Bertanya apakah yang dikatakan Claire itu benar, sialnya Ezio mengangguk yang artinya itu semua benar.

"Babe, bisakah kamu lebih berhati-hati? aku tidak tau sudah berapa kali kamu begini, tapi mendengar apa yang Claire katakan, rasanya ini bukan pertama kali lagi. Berhati-hatilah dalam segala hal, jangan ceroboh. Aku tidak suka melihatmu terluka. Apa ini sudah diobati? ku harap ini terakhir kalinya kamu seperti ini, jangan terluka lagi. Kau mengerti, sayangku?" ucap Ravennzy.

"Hum, aku mengerti. Maafkan aku, Ravennzy. Ini sudah diberi obat, jadi tidak apa apa." jelas Ezio.

"Yasudah, tak apa. Aku memaafkanmu. And one more thing, if something happens to you, don't be silent. Tell me, don't hide like this. Aku mengkhawatirkanmu." ucap Ravennzy.

"Baiklah. Terimakasih sudah mengkhawatirkan ku, Ravennzy." ucap Ezio.

" ucap Ezio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RAVENNZY - ChenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang