Pain.

167 19 0
                                    

"Kamu itu mirip sekali dengan Ayah mu. Sifat dan sikap mu sama persis dengan pria itu, karena hal itu aku membenci dirimu, Ravennzy!" Ucap sang Ibu.

"Hanya karena aku sangat mirip dengan Ayah ku, Ibu jadi membenci aku? aku anak nya, bukankah hal yang wajar jika aku sangat mirip dengan nya?" Ujar sang Anak dengan mata yang mulai memerah.

"Yang jelas, aku membenci Ayah mu. Dan juga dirimu, Ravennzy." Telak sang Ibu.

Bayangan di masalalu membuat Ravennzy merasakan sakit kembali. Saat Ibu yang sangat ia cintai, melontarkan kalimat yang sangat menyakiti hatinya. Ravennzy tak menyangkal, bahwa ia memang begitu mirip dengan Ayahnya. Apakah hanya karena hal ini sang Ibu membenci dirinya? lagi lagi, ia tak kuasa menahan tangis. Sungguh, Ravennzy merasakan sakit yang luar biasa di hatinya. Ia yang tak biasa menangis pun, akhirnya kembali menangis mengingat hal tersebut.

"Hey, Kak Raven!" Panggil seseorang seraya memegang bahu Ravennzy.

Ravennzy yang sedang melamun pun terkejut akan suara seseorang yang sedang memanggilnya. Ia pun menoleh kebelakang, dan ia mendapati Maura dibelakang nya sembari memberikan senyuman ke arah Ravennzy.

Maura pun terkejut melihat raut wajah Ravennzy yang terlihat begitu menyedihkan. Dengan mata yang memerah, dan muka yang penuh air mata.

"Kak, apa yang terjadi? ada hal yang mengganggu mu?" Tanya Maura, sang Adik kelas.

"Tidak ada, Maura. Mata ku hanya kelilipan saja, jangan khawatir." Ucap Ravennzy.

"Tidak mungkin hanya kelilipan. Cerita kan saja apa yang terjadi pada mu, aku siap untuk mendengarkan nya." Ucap Maura.

"Sudah, tidak perlu mengkhawatirkan aku Maura. Kau percaya padaku, bukan? Aku baik baik saja." Jawab Ravennzy.

"Ya sudah kalau begitu, aku tidak memaksa mu. Tetapi, jika kau ingin berbagi cerita silahkan berbagi dengan ku, ya?" Ujar Maura dengan tulus.

"Iya, Maura. Terimakasih." Jawab Ravennzy.

"Iya, sama-sama. Ya sudah, kalau begitu aku pergi ke kantin dulu, ya. Apa kakak ingin ikut denganku?" Tanya Maura.

"Kau duluan saja, aku akan menyusul nanti." Ujar Ravennzy.

Setelah mendengarkan jawaban dari Ravennzy, Maura pun langsung bergegas ke kantin. Disisi lain, Ezio dan temannya sedang berbincang di salah satu meja kantin. Maura yang melihat Ezio tengah berkumpul dengan temannya pun berniat untuk bergabung, Maura segera mendatangi meja Ezio dan teman teman.

"Hai, apa aku boleh bergabung? aku rasa disini tidak ada meja kosong lagi." Ucap Maura.

"Baiklah, silahkan duduk. Tidak masalah jika kau bergabung." Jawab Ezio.

Setelah mendengarkan jawaban salah satu dari mereka, Maura pun mengambil tempat untuk duduk. Tepatnya, disebelah Ezio.

"Apa kau kekasihnya Kak Ravennzy?" Tanya Maura ke arah Ezio.

Ezio pun merasa bingung mengapa gadis disampingnya bertanya seperti itu. Tetapi, ia tak ambil pusing. Ia pun langsung menjawab pertanyaan Maura.

"Iya, aku Ezio. Kekasihnya Ravennzy, ada hal apa kau menanyakan itu?" Jawab Ezio.

"Tak apa, aku hanya bertanya saja. Tadi aku melihat Kak Ravennzy sedang menangis, apa kau mengetahuinya?" Tanya Maura.

Ezio pun dibuat bingung kembali dengan pernyataan itu. Ravennzy, menangis? hal apa yang membuat kekasihnya yang sangat keras kepala itu menangis? Entahlah, ia pun tak mengetahui hal itu. Tapi tak apa, ia akan menanyakan hal itu ketika ia bertemu Ravennzy.

"Saranku, kau harus lebih memperhatikan Kak Ravennzy. Sepertinya dia sedang ada masalah, dan dia sangat bersedih." Ucap Maura.

"Baiklah, terimakasih sudah memberitahuku." Ujar Ezio.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAVENNZY - ChenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang